Beranda / Horor / Tersesat / Lepas Dari Maut

Share

Lepas Dari Maut

Penulis: Nasura2101
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-17 23:39:45

Panik Najwa melinting amplop tersebut, memasukkan ke balik baju dengan wajah khawatir. Bis yang tadi dirasa melaju begitu cepat menjadi terasa lamban. Sekuat apa pun Najwa berusaha tenang tapi tidak bisa. Ia berfikir untuk memepergunakan ilmu Kidang Kencono supaya secepatnya sampai rumah tapi takut mengundang perhatian. Entah mengapa ia menyakini bahwa di dalam bis banyak mata yang mengawasi. Jika ia salah bertindak sesuatu yang fatal akan terjadi.

Hampir malam ketika Najwa memasuki halaman rumah. Tergesa masuk rumah dan mencari Nay, membawa Nay masuk kamar tengah-setiap rumah orang jawa kuno pasti ada kamar tengah- lalu mengambil amplop coklat dari balik baju, menyerahkan pada Nay. Nay memperhatikan amplop dengan seksama lalu menatap adiknya tajam. Najwa mengangguk pasti. Najwa tergesa menyobek amplop, melihat isinya.

Nay kembali menatapap Najwa, tajam. Lagi-lagi Najwa mengangguk pasti. Nay kembali memasukkan isi amplop ke tempatnya, melipat acak. Tergesa Ia pergi ke dapur, setelah Ia menemukan apa yang Ia cari Nay membakar amplop di tangan. Begitu amplop terbakar sepenuhnya Nay kembali ke kamar tengah menemui adiknya. Berbisik di telinga Najwa, lagi-lagi Najwa hanya mengangguk. Kemudian mereka berdua keluar dari kamar tengah menuju kamar di mana Zimat dibaringkan.

Sebelum masuk Najwa mengetuk pintu, Kasumi membukakan pintu. Kedua gadis cantik itu mencium tangan Kasumi, kemudian Najwa berbisik di telinga Kasumi. Bola mata Kasumi terbelalak sambil menutup mulut. Najwa mengenggam erat tangan Kasumi, begitu juga Nay. Kedua gadis itu menatap Kasumi, tajam. Bebera saat kemudian mereka mengangguk pasti.

Panik Kasumi bergegas menyiapkan bekal untuk Zimat, terutama obat dan beberapa lembar pakaian. Sedang Najwa menuju ranjang tempat Zimat berbaring. Zimat tersenyum menyambut Najwa datang, jelas ia menyembunyikan dukanya. Najwa mencium tangan Zimat, bibirnya tidak berucap sepatah kata pun. Airmata jatuh di punggung telapak tangan Zimat.

"Ngapuranen bapak yo nduk?!" (Maafkan bapak ya nduk. red-) ucap Zimat.

Zimat tergugu dalam tangis. Najwa sudah tidak dapat menahan diri. Dia memeluk Zimat, tangisnya pecah. Bathin Keduanya bagai dihujam seribu belati.

Nay mondar-mandir di pendopo. Jelas Ia bingung dan sedang berfikir keras, berkali-kali dia memukul keningnya.

"Come on...! come on ...! come on...!''

Dia terus meracau mengucapkan kalimat yang sama tapi tetap saja menemukan jalan buntu. Jika dia memakai kemampuan supranatural untuk membawa Zimat, mereka akan tau karena musuh-musuhnya telah memasang telik sandi tak kasat mata untuk memata-matai rumah. Jika pakai mobil mereka juga akan tahu karena rumah sudah terkepung. Hanya saja mereka tidak mampu menembus pagar pembatas yang dipasang Kasumi. Pagar pembatas yang di pagari oleh Bolo Sewu milik Kasumi. Kasumi mengusai aji Gembolo Geni Bolo Sewu yang dipelajarinya dari Mbah Wir Kindar-ayah Kasumi. Nay bisa saja minta tolong kepada cemeti Naga Bumi tapi kaki, tangan dan rusuk Zimat yang cedera tidak memungkinkan untuk itu. Sedangkan sebelum tengah malam Zimat sudah harus keluar dari rumah.

Dalam kebingunngan tiba-tiba Nay dikejutkan oleh suara salam,

"Assalamualaikum."

Dia meloncat saking kagetnya, jantungnya juga hampir ikut loncat. Seorang pemuda tampan berambut panjang telah berdiri di dekatnya. Rambut diikat rapi ke belakang, dia tersenyum dan menganguk hormat. Nay memperhatikan pemuda tersebut hampir tidak berkedip. Saat Nay menyadari siapa yang berada di hadapan, wajah Nay bersemu merah tersipu malu. Laki laki di hadapan Nay adalah Pak Lik nya-adik Kasumi. Dulu pernah datang sekali saat Najwa terkena santet tutup bumi. Dialah orang pertama yang bersemedi dan berusaha membangunkan hati Najwa. Putra Mbah Yai Abdul Fatah murid dari Kiyai Mohd Kholil, Safawi. Safawi kembali tersenyum, tangan menujukkan apa yang dibawa. Telunjuk mengarah ke halaman. Ada dua dokar-kereta kuda- yang terparkir di halaman. Yang satu kuda berwarna putih, kereta ini sangat bagus, lengkap dengan atap dan pelindung. Sedang satu lagi kuda berwarna hitam, kereta ini jauh lebih sederhana. Tanpa atap dan pelindung apa pun.

Safawi berbisik di telinga Nay, Nay menganguk pasti. Detik berikutnya, Nay masuk ke dalam rumah, diikuti oleh Safawi. Lima menit kemudian kedunya kembali keluar, Safawi membopong tubuh Zimat. Di belakangnya ada Kasumi, Najwa dan Nay membawa perbekalan. Najwa dan Kasumi naik terlebih dahulu mereka duduk berjajar lalu Safawi meletakkan Zimat di pangkuan Kasumi dan Najwa. Sedangkan Nay duduk di depan bertugas sebagai kusir. Setelah semua perbekalan dinaikkan ke atas kereta, Ketek Putih memberi isyarat agar mereka berangkat. Kereta itu bergerak perlahan meningalkan halaman keluarga Zimat. Sementara Safawi kembali ke dalam rumah, saat keluar dia memanggul karung. Karung itu diletakkan sembarangan di atas kereta, kemudian ditutup terpal, serampangan. Lalu dia naik, duduk di depan sebagai kusir. Lima menit kemudian kereta berjalan pelan meninggalkan kediaman keluarga Zimat. Kira-kira seratus meter kereta dihentak dengan kecepatan tinggi menembus pekatnya malam. Seolah dia sedang melarikan diri dari sesuatu. Ada yang janggal dengan apa yang dilakukan Ketek Putih, ia menempuh arah yang berbeda dari arah yang ditempuh Nay. Nay belok ke arah kanan, sedang Safawi mengambil arah kiri.

Safawi menuju pasar Wadung. Lewat tengah malam dia memasuki area pasar Wadung. Keretanya bergerak perlahan, berhenti di parkiran truk. Dia terlihat memperhatikan truk-truk yang berjajar kemudian memutuskan untuk turun dari atas kuda, mendekati salah satu sopir truk, berbisik di telinganya lalu menyerahkan tas kresek warna hitam. Sopir mengintip tas kresek tersebut, terkesima. Tanpa ba bi bu dia langsung mengangguk pasti. Lalu keduanya mulai sibuk melucuti kereta. Safawi memanggul karung memasukkan ke dalam truk di susul kereta yang sudah di lepas semua bautnya, setelah itu kuda juga ikut dinaikkan. Sedangkan sopir truck sibuk memasang terpal.

*****

Nasura2101.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tersesat   Dipulangkan

    Sementara mishal dan asistennya---gadis cantik yang memapah Nay setelah interview--- hanya mampu terpaku menatapnya dari depan pintu kamar yang terbuka. Keduanya menatap dengan tatapan aneh sekaligus bingung. "Cari tau, apa yang sudah dilaluinya, aku merasa dia telah melewati hal yang sangat berat sebelum dia sampai ke sini!" perintah Mishal. "Baik, Tuan," jawab asistennya. Asistennya langsung berlalu. Karena tidak tahan, akhirnya Mishal mendekat, dia berjongkok dan menggenggam tangan Nay. Lalu berbisik di telinganya, "be cool sweet heart, you are save now, nobody will hurt you. Just take a deep breathe slowly."

  • Tersesat   Tertawan

    Nay mengerutkan kening, dia tidak percaya dengan apa yang didengar, "terdengar seperti lelucon bagiku," ucapnya datar, lirih. Namun cukup jelas di telinga Mishal, "ha ha ha..., I didn't blame you if yu think that is just a joke." Tawa Mishal melebar, sementara Nay, semakin terkejut menyadari Mishal memahami apa yang diucapkannya. Tersipu, ia menyembunyikan senyumnya dengan menunduk dalam. Suasana yang tadinya cannggung, sedikit mencair. Lalu tanpa mereka sadari, keduanya terlibat dalam perbincangan hangat. "Mishal, why me?" tanya Nay datar, ada kesedihan dan duka di nada suaranya. Mendung menggelayut di bola mata indahnya.

  • Tersesat   Bertemu Abu Ahmad

    Pertama saat masuk akomodasi milik Abu Ahmad, Nay bertemu dengan seorang perempuan bernama Basagita. Dia cantik dan menawan, apalagi bajunya yang sexi mebuatnya terlihat panas. Namun Nay mencium hawa pelacur. Selain itu, nada bicaranya arogan dan mengintimidasi. Setelah Bagasita memperkenalkan dirinya dan apa posisinya, Nay paham bahwa, Basagita adalah in charge nya akomodasi milik Abu Ahmad. Bagasita mengelandang Nay, masuk salah ke sebuah kamar, "Buka tasmu!'' perintahnya kemudian. Nay m

  • Tersesat   Malapetaka

    Banuwati datang menemui Nay, keesokan harinya, "aku berjanji akan mencarikan pekerjaan di luar dengan visa nomer delapan belas." ucap Banuwati lembut. Nay hanya membeku mendengar ucapan Banuwati, dia menatap datar perempuan cantik di hadapannya. "Visa delapan belas itu artinya kau akan punya hak terhadap dirimu sendiri?" ucap Banuwati selanjutnya. "Really? So, I have to trust someone the one already sole me?" Nay memberondong Banuwati dengan pertanyaan dengan nada sinis. Banuwati masih menatap lembut wajah Nay, tatapannya berusaha meyakinkan. Nay justru menyeringai sinis. "Nay, kau sudah pindah lima belas majikan dalam jangka dua bulan? Menurutmu apa yang bisa kulakukan lebih dari ini?"

  • Tersesat   Dijual

    Banuwati sudah berada di kantor polisi, dia mendapati Nay tepekur duduk di kursi tunggu dengan wajah ketakutan. Ia tidak pernah melihat Nay setakut ini, meski pernah bermasalah dengan majikan yang pertamanya, bahkan dipukuli hingga babak belur dan hampir mengakhiri hidupnya. Namun Banuwati tidak melihat ketakutan di bola maat Nay seperti saat ini. Banuwati mendekat, "apa kau baik-baik saja?" tanya Banuwati lembut. Alih-alih menjawab pertanyaan Banuwati, Nay malah menatap Banuwati dengan tatapan yang susah diartikan. Bola matanya mulai berair. Tidak sepatah kata pun keluar suara dari bibirnya. Banuwati meraih bahu Nay, bermaksud memeluknya, tapi di tepis leh Nay. Kini, Nay menatap Banuwati dengan tatapan takut bercampur benci dan amarah. Banuwati mengerutkan kening tanda tidak mengerti. Setelah menandatangi beberapa berkas, akhirnya Banuwati membawa Nay pulang. Rupanya Nay lari dari rumah majikan dan langsung ke kantor polisi. Ada yang baru dipahami oleh Banuw

  • Tersesat   Healling

    Nay menolak untuk dipulangkan, meski dia telah menghadapi situasi yang hampir merenggut nyawanya. Banuwati dan Najwa tertegun, tidak habis pikir dengan keputusannya. Keduanya bersitatap tanpa kata. Bisu dan membeku, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja keluar dari bibir Nay. Nay tib-tiba berdiri lalu menggenggam tangan Najwa. Ia memejamkan mata sambil merapal mantra. Mantra yang dirapalkan terdengar menggema di telinga Banuwati tapi Banuwati tidak tau bahasa apa yang digunakan Nay. Ada dua garis lurus muncul yang tiba-tiba muncul di kedua lengan Nay dan Najwa, tepat di sebelah urat nadi. Garis itu berwarna kuning keemasan, mirip seperti teriris beati tajam. Darah tiba-tiba mengucur dari kedua garis itu. "Mbak, sedang kembali menyambung kabel getih?! akhir

  • Tersesat   Release

    Pelayan ketakutan, di shock, tangannya gemetaran menutup mulutnya. Lalu dia jatuh terduduk. Dia hanya bisa kaku melihat apa yang dilakukan Nay. Dia tidak memiliki daya untuk mencegahnya. Braak..., klonteng-kloteng, klontang! Tidak sadar nampan yang dibawanya terjatuh, pecah. Ketelnya menggelinting kemudian membentur tembok. Suasana pagi yang harusnya tenang jadi gempar. Pelayan yang tadi menjatuhkan nampan segera berlari menuju bangunan utama. Dia berlari menemui tuan dan nyonya yang sedang sarapan. Gemetaran dia berkata, Na...Nay____,'' Mereka semua terpaku, dalam hati mereka berkata pasti telah terjadi sesuatu

  • Tersesat   Bencana

    Hari itu dia lalui dengan kesibukan yang luar biasa seperti biasanya. Sebagai kepala rumah tangga dia memang harus memastikan segala keperluan tuan dan nyonya serta keluarganya, terpenuhi dengan sebaik-baiknya. Selanjutnya, dia harus memastikan urusan dapur, telephone bill, electricity dan semua expense yang diperlukan agar segala kegiatan berjalan dengan semestinya. Bulan ini adalah masa pergantian musin, dari dingin ke musim panas. Pekerjaan sangat banyak, karena semua barang harus diganti sesuai musim. Dari mulai pakaian hingga furniture harus diganti. Begitu juga makanan dan minuman juga berganti menu. Dia harus memastikan semua itu berjalan dengan semestinya sesuai yang di

  • Tersesat   Tahanan Rumah

    Hari itu berlalu, karena bingung dia menghubungi Najwa, tapi tidak bisa. The mobile always not responding, Nay merasa ada yang salah, meski dia belum tahu, itu apa.Tiap hari, dia mencoba, tapi tidak berhasil. Kemudian, dia memutuskan untuk menghubungi Banuwati. Berkali-kali dia mencoba, tapi hasilnya sama. Setelahnya, dia mencoba menghubungi Indonesian Embassy ternyata juga tidak bisa. Terakhir, dia memutuskan untuk menghubungi keluarga di Indonesia. Mungkin dia bisa mendapat kabar tentang Najwa dari keluarganya, hasilnya sama, tidak bisa. Nay yakin ada yang salah. Tidak mungkin hanya kebetulan, "jangan-jangan___" Nay menutup mulut, tidak berani melanjutkan kalimatnya. Dia berdiri, lalu melangkah tergesa menemui nyonya. Dia mengangguk hormat, lalu berkata, "please

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status