Chapter: BAB 74‘Harus berapa kali sih aku jawabnya?’ tanya Kayla dalam hatinya.Kayla kini hanya menatap kesal ke arah Dicky. Tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Kayla.Melihat tatapan janggal dari Kayla, Dicky segera memegang kedua pipi Kayla dengan gemas. Senyuman manis Dicky berikan pada Kayla agar gadis itu tidak lagi merasa marah ataupun kesal.“Jangan seperti itu!! I love you sayangku...” Ucap Dicky penuh senyum.Namun Kayla tidak sedikit pun tersenyum dengan rayuan Dicky kali ini. Hatinya sudah terlanjur dongkol dan kesal kepada Dicky.“Kamu kenapa?” Tanya Dicky mulai khawatir.“Mas Dicky mau sampai kapan cemburu terus sama mas Aldi? Diantara kami sudah berakhir beberapa tahun yang lalu. Dia juga sudah tahu kalau aku sama kamu, mas. Bahkan kita sudah tunangan.” Jawab Kayla sambil menatap ke arah Dicky dengan kemarahan.“Aku juga tahu jika diantara kalia
Last Updated: 2021-04-12
Chapter: Chapter 73Sore setelah mendapat telepon dari Wika, Kayla dan Dicky segera berangkat menuju tempat yang sudah diberitahukan sebelumnya. Mereka segera pamit pada Bu Murni dan pak Hermawan, lalu bergegas menuju tempat janjian dengan Wika.Di sebuah kafe yang cukup besar, sedang duduk Wika bersama seorang laki-laki yang dari belakang tampak begitu kekar dan tegap. Mengenakan kaos hitam sedikit longgar dan topi yang menutup kepalanya. Suasana kafe yang tidak begitu ramai tertutup karena alunan musik yang begitu riang membakar semangat.“Di, lu beneran nggak pa-pa nih ntar ditinggal kawin sama Kayla?” Tanya Wika dengan laki-laki berkaus hitam yang tak lain adalah Aldi.“Emang gua kenapa? Orang dia tunangannya Dicky.” Jawab Aldi mencoba mengelak dari kekhawatiran Wika. Meski sebenarnya hatinya pedih menerima kenyataan Kayla yang sudah menjadi tunangan orang.Senyuman tipis terlempar dari bibir tipis Wika mendengar ucapan
Last Updated: 2021-03-19
Chapter: Chapter 72Siang itu, Kayla bersama dua sahabatnya sedang menikmati makan siang di tempat makan ayam geprek depan kampusnya. Mereka terlihat begitu bersemangat menceritakan berbagai hal yang menarik menurut masing-masing.Gelak tawa tak jarang menghiasi wajahnya. Sahabat yang jarang sekali bisa berkumpul kini mereka saling menyempatkan waktu untuk bertemu dan saling melepas kerinduan.Tiba-tiba telepon Kayla berbunyi.“Siapa Kay?” Tanya Dian penasaran.“Pak Dicky.”“Udah, angkat aja!” Seru Resti.“Tapi aku lagi malas, lagi kesel sama dia!” jawab Kayla.“Nanti masalah lu makin runyam. Udah angkat aja, siapa tahu mau ajakin ketemu buat minta maaf.” Ucap Dian.Kayla menghela nafas panjang lalu mengangguk menyetujui saran dari sahabatnya itu. Telepon Dicky akhirnya diangkat juga oleh Kayla.“Assalamu’alaikum ...” ucap Kayla santai
Last Updated: 2021-03-15
Chapter: Chapter 71Di sebuah kafe, sedang duduk bersama Ilham dan Wika. Mereka tampak semakin dekat dan akrab. Beberapa kali terlihat keduanya tertawa dan saling bercanda penuh keakraban.“Eh, kamu sekarang gimana rasanya?” Tanya Wika di sela obrolannya ingin mengetahui langsung apa yang kini dirasakan Ilham“Baik. Aku jauh lebih baik. Memang kenapa?” Ilham penasaran. Wajahnya terlihat antusias menanti ucapan apa yang hendak kelur dari bibir Wika.“Baik. Emmm.... Apa kamu masih akan memaksakan perasaan kamu sama Kayla?” Tanya Wika dengan nada meledek.Wika merasa sedikit khawatir jika hal itu masih akan menjadi sesuatu yang teramat sensitif bagi Ilham. Sehingga Wika menanyakannya dengan sedikit gurauaan dan candaan.“Aku ingat ucapan kamu saat kita ketemuan untuk makan siang waktu itu....” Jawab Ilham sambil melepaskan senyuman sedang angannya melayang ke beberapa waktu yang lalu.Sian
Last Updated: 2021-03-11
Chapter: Chapter 70“Kay... Apa kamu masih mencintai Aldi??” tanya Dicky mengulang pertanyaannya kembali.“Aku juga mau tanya, apa mas Dicky juga sedang mulai membuka hati untuk perempuan lain?” tanya Kayla pelan.Mendengar pertanyaan Kayla sungguh membuat Dicky bingung mengapa gadis di hadapannya justru bertanya seperti itu. Dicky mencoba melihat jauh ke dalam mata Kayla, hingga keduanya saling tatap mencari tahu jawaban sendiri dari pertanyaannya masing-masing.“Kay... Jika memang aku suka dengan perempuan lain, bagaimana mungkin aku rela susah payah ingin mendapatkan kamu.” Ujar Dicky dengan tenang.Kayla hanya tersenyum kecut seolah tidak percaya dengan ucapan Dicky.“Apa tadi kamu ke kampus?” tanya Dicky kembali.Kayla menggeleng pelan sambil menarik tangannya dari genggaman Dicky.“Apa kamu sedang mencoba membohongi calon suamimu sendiri?” tanya Dicky lebih mengeratkan kembal
Last Updated: 2021-03-09
Chapter: Chapter 69Malam itu setelah sholat isya, Kayla meraih ponselnya yang sedari dicas dalam posisi off. Bukan tanpa alasan ia mematikan ponselnya. Hal itu dilakukan karena Kayla ingin menghindari telepon Dicky yang pasti akan menanyakan kenapa tadi siang teleponnya tidak di angkat.Kayla masih terbayang betapa senyum bahagia keluar dari wajah bu Dewi saat mengobrol dengan Dicky tadi siang. Lebih sakit lagi ketika Dicky dengan santai tanpa beban menjawab setiap pertanyaan wanita cantik itu dengan penuh senyum hangat.Memang Dicky tidak mengetahui ada Kayla di belakangnya, namun Kayla sangat berharap jika Dicky tidak harus hanya berdua saja menikmati sarapannya. Rasa cemburu Kayla benar-benar membuat rasa kesal dan kecewa di dalam hatinya.Setelah mengeluarkan nafas panjangnya, Kayla menekan tombol di smartphone miliknya agar benda pipih itu menyala.Saat proses sinkronisasi terjadi, banyak sekali notifikasi panggilan tak terjawab dari Dicky. Tak
Last Updated: 2021-03-08
Chapter: 15. Sarapan Bersama Pagi ini udara terasa dingin, gemericik air hujan terdengar jelas menari di atap rumah. Sambil melihat jam di ponselnya Za mencoba membuka matanya. Masih pukul lima pagi, Za hanya mematikan AC di kamarnya saja lalu meletakkan kembali kepalanya di bantal sambil memeluk guling. Tak butuh waktu lama akhirnya matanya kembali terlelap dengan cepat.Tok tok tok!!Suara pintu kamar kost diketuk. Mata Za akhirnya terbangun karena suara ketukan pintu yang masih belum berhenti juga. Diraihnya ponsel yang ada di sampingnya untuk melihat jam. Ternyata masih pukul enam.Pertanyaan muncul di benaknya siapa orang yang sepagi ini datang? Mana mungkin Aditya datang sepagi ini tanpa memberi tahu nya terlebih dahulu melalu chat atau telepon. Atau jangan-jangan si manajer baru yang akhir-akhir ini senang mengganggunya.Perasaan kesal tiba-tiba merambat di dalam hatinya pada manajernya itu. Meski Za belum tahu siapa yan
Last Updated: 2021-04-03
Chapter: 14. Kembali ke Kantor Selesai meeting Herland dan Za segera meninggalkan restoran. Di dalam mobil Za memilih diam dengan sibuk dengan ponselnya untuk memberi kabar pada Adit. Tanpa menoleh dan menghiraukan Herland yang ada di depan kemudi, Za terlihat serius dan sesekali tersenyum dengan benda pipih itu. Tentunya bukan dengan ponselnya ia tersenyum, tetapi dengan orang yang sedang diajak chat olehnya.Z : {Mas Adit, maaf aku belum sampai kantor. Oh ya, nama manajer baru kita siapa?}A : {gakpapa, sayang. Tadi dikasih tahu Intan, katanya disuruh gantiin dia}Z : {emang nama manajer baru siapa?}A : {Caesar Herland Prayoga. Emang kenapa, kamu suka ya?}Z : {sama sekali nggak. Cemburu ya...?}A : {sedikit}Z : {aku tetap pilih kamu kok. I love you...}A : {I love you too}Melihat Za senyum-senyum sendiri, muncul ide jahil Herland terhadap gadis itu.“Sayang banget, cantik-cantik sedikit ngg
Last Updated: 2021-03-27
Chapter: 13. Meeting PaksaanSampai di kantor masih sepi, baru beberapa karyawan yang datang. Dengan santai Herland menuju ruangannya. Ia sengaja datang lebih pagi karena ingin melihat langsung apakah benar karyawan atas nama Zahira Oktiawati itu adalah orang yang sama, gadis bertubuh kecil yang tidak pernah berkata lembut kepadanya. Gadis yang justru karena kebenciannya pada Herland membuat pria dewasa berusia 32 tahun itu penasaran dan berkeinginan bisa menggapai hatinya.Sepertinya Caesar Herland Prayoga kini sedang bingung dengan hatinya sendiri. Pria yang terbiasa mudah mendapatkan gadis mana pun itu kini harus selalu ditolak oleh seorang gadis muda berumur 23 tahun itu. Gadis polos dengan mulut tajam itu sungguh menarik perhatiannya. Memang tidak terlalu cantik seperti yang biasa ia dapatkan dengan mudah, tapi baginya Oktiawati itu juga tidak jelek bahkan jika dipermak dan dipoles sedikit aura kecantikannya akan muncul melebihi gadis-gadis yang kerap ia kencani.Herland m
Last Updated: 2021-03-03
Chapter: 12. Cinta Seumur Jagung Saat istirahat makan siang hampir semua karyawan berada di kantin. Mereka menikmati makan siang dengan berbagai menu yang disediakan oleh beberapa penjual di kantin kantor itu. Seperti biasa Adit dan Za selalu bersama menikmati makan siang mereka. Tawa dan canda mewarnai kebersamaan itu, kebahagiaan jelas terpancar dari keduanya.“Manajer barunya tampan, Za... Udah lihat kan tadi pas dia lewat itu?” Tanya Adit disela makannya.“Aku belum lihat. Tapi biarin ajalah mau dia ganteng, muda atau apalah. Aku nggak tertarik. Apalagi orang punya jabatan begitu biasanya sombong.” jawab Za santai.“Beneran nih nggak tertarik? Yang lain lomba-lomba cari perhatiannya lho, Za.” ujar Adit mengetesnya.
Last Updated: 2021-02-05
Chapter: 11. Manajer Baru yang Menawan Pagi hari semua karyawan sudah berada di tempat kerja masing-masing. Beberapa dari mereka yang ikut rapat persiapan penyambutan, kini harus ikut berkumpul di ruang rapat guna penyambutan manajer baru. Za dan karyawan lain yang tidak terlibat melanjutkan pekerjaan masing-masing. Jika nanti manajer baru hendak melihat-lihat kondisi tempat kerja dan karyawan, mereka diminta memberi sambutan hangat berupa senyum dan sapa yang sopan. Hanya tugas seperti itulah yang harus dilakukan bagi yang bukan panitia.Di dalam ruangan rapat kini semua tengah duduk rapi menunggu datangnya manajer baru mereka yang sedang di lift. Mereka terlihat antusias ingin mengetahui sosok manajer baru yang kabarnya masih muda dan tampan itu. Terlebih pa
Last Updated: 2021-02-04
Chapter: 10. Kemesraan Kalian Membuat Iri yang Lain“Kok diem? Deg-degan, grogi dan nggak menyangka ya ditembak sama cowok setampan aku?” Ledek Herland yang melihat pipi merah Za“Eng-enggak lah... Ngapain juga? Aku dah punya pacar, lebih ganteng dan jauh lebih baik dari kamu. Kamu bukan bandingan dia. Jadi, nggak usah kamu sok-sok gombalin aku. Nggak mempan!” Jawab Za penuh membanggakan kekasihnya.“Sama aku gantengan siapa?”“Buatku tetap dia s
Last Updated: 2021-01-31
Chapter: 18. Ingin Tetap di Rumah Sakit“Tidak sesederhana itu, pak. Saya belum mengenal dia dengan dekat. Permintaan Arsya itu bukan soal permintaan beli permen yang dengan mudah dapat langsung saya kabulkan. Dia minta bunda, minta ibu yang hubungannya dengan pernikahan. Apalagi yang namanya pernikahan itu hubungannya tidak hanya dua orang saja, tapi dua keluarga besar, lebih dari itu juga perjanjian pada Tuhan. Tidak sesimpel pemikiran Arsya, pak,” jawab Ardi mencoba menjelaskan. “Bapak tahu. Atau... kamu memang sudah ada calon?” Ardian menggeleng dan berkata, “Saya masih belum berani menggantikan Risa di kehidupan Arsya. Dia belum sepenuhnya diingat dan dikenal Arsya, kasihan pak. Kasihan jika nanti Risa justru tidak dikenal Arsya sebagai ibunya, padahal Risa orang yang mengandung dan melahirkan.” Pak Nugraha terdiam. Beliau tidak ingin memaksakan sesuatu pada anak laki-lakinya itu. Laki-laki tua itu pun sadar semua yang dikatakan oleh Ardi benar dan memang masalah pernikahan juga tidak bisa grasah-grusuh dan sembaran
Last Updated: 2025-10-16
Chapter: 17. Rengekan Arsyana ‘Ini permintaan apa lagi? Kenapa Arsya selalu mengajukan permintaan yang rasanya tak mungkin untuk aku penuhi,' ujar Ardi di dalam hatinya. Untuk beberapa saat ayah satu anak itu terdiam bahkan tatapan matanya lurus namun kosong. Ardi mematung dan otaknya berputar dengan pikirannya sendiri karena ucapan sang anak. “Ayah... Ayah kok malah diam?” desak Arsyana yang berhasil menyadarkan Ardian kembali. “Eh iya... Gimana sayang?” jawab Ardian setelah tersadar dari lamunannya. “Bu Riska jadi bundaku ya, yah! Bu Riska ajak tinggal di rumah sama kita. Boleh kan yah?” ucap Arsya kembali. Ardian terdiam. Ia merasa bingung harus menjawab apa atas ucapan putrinya itu. “Assalamu’alaikum...” Terdengar suara salam yang dibarengi dengan pintu yang terbuka. Dari luar masuk Bu Nining dan pak Nugraha, ayah kandung Ardian. “Wa’alaikum s
Last Updated: 2025-10-14
Chapter: 16. Demam Berkali-kali dibangunkan akhirnya mata Arsyana pun terbuka. Matanya tampak sayu dan wajahnya pucat. “Sayang... Apa yang kamu rasakan, nak?” tanya Ardian penuh kekhawatiran. “Ayah, aku lemas rasanya. Kepalaku pusing,” jawab Arsyana lemah. “Kita ke rumah sakit sekarang!” Ardian langsung menggendong putrinya keluar dari kamar dan mengajak budhe Mar untuk ikut serta. Ardian dengan cepat membawa putri kesayangannya itu ke rumah sakit. Sampai di rumah sakit, Arsyana segera mendapat pertolongan dengan cepat. Ardian menghubungi orang kepercayaannya untuk menghandle pekerjaannya di toko. “Ya Allah, semoga semua baik-baik saja. Izinkan aku membesarkannya dan melihatnya tumbuh jadi gadis dewasa. Jangan ambil dulu putriku satu-satunya,” lirih Ardian sambil berdiri penuh kesedihan. Tak dapat lagi disembunyikan kesedihan ayah muda itu. Bahkan Ardian ta
Last Updated: 2025-10-13
Chapter: 15. Arsya dan Nadia Ardian mengusap wajahnya dengan kasar menutupi rona wajah yang berubah karena malu dan sedikit kesal pada putrinya itu. “Arsya, tidak sopan nak bicara seperti itu!” ujar Ardian penuh penekanan dan mata melotot kesal kepada putrinya. “Ayah jangan marah-marah ya! Kan nanti kalau aku punya bunda baru, kan ayah jadi punya teman juga di rumah. Kita kalau malam bertiga jadinya, yah,” jawab Arsyana tanpa rasa bersalah sedikit pun. Ardian yang sudah sangat malu tak kuasa melihat ke arah Riska. Dirinya lantas berkata, “Arsya, kalau sudah selesai kita langsung pulang! Ayah harus balik lagi ke toko.” “Ayah, nanti dulu...” pinta Arsyana. “Arsya... Ayah nggak suka kalau kamu bicara seperti itu! Nggak sopan namanya! Ayah nggak pernah ngajarin kamu seperti ini! Kita pulang sekarang atau ayah marah?” Ardian bicara dengan nada tetap tenang namun penuh penekanan sehingga terlihat jelas ketegasanny
Last Updated: 2025-10-12
Chapter: 14. Pertanyaan Atau Jebakan Tatapan dua pasang mata berlawanan jenis itu tanpa sengaja bertemu. Beberapa detik Riska dan Ardian saling tatap dengan tatapan terkejut. Hingga akhirnya Riska segera memalingkan wajahnya mengakhiri pertemuan pandangan itu. “Jadi Tante berpikir ini kedua orang tuaku ya?” Tanya Arsyana pada pelayanan. “Memangnya bukan ya?” Si pelayan balik bertanya. “Kalau ini memang ayahku, dan ini Bu guruku.” “Maaf kalau begitu.” “Tidak apa-apa, Tante. Malah tolong Tante doakan ya biar aku bisa punya bunda seperti Bu guru ini,” ujar Arsyana tanpa beban. “Tentu. Semoga apa yang adek inginkan diizinkan oleh Allah,” ucap si pelayan mendoakan. “Aamiin. Terima kasih, Tante...” “Sama-sama, cantik. Silakan dinikmati pesanannya. Permisi pak, Bu...”
Last Updated: 2025-10-11
Chapter: 13. Arsyana Keras Kepala “Maafkan anak saya, Bu... Arsyana itu keras kepala jika sudah berkeinginan,” ujar Ardian kemudian pergi mengejar putrinya. Ardian sedikit berlari mengejar gadis kecilnya itu dan menghentikan langkah Arsyana dengan cepat. “Sayang... Kamu tidak boleh seperti ini! Kasihan Bu guru jika kamu egois begini,” ujar Ardian sambil memegang kedua bahu putrinya. “Ayah, Bu Riska sudah janji padaku kemarin.” “Iya, tapi tidak seharusnya Bu Riska harus pergi dengan ayah juga. Itu bukan hal yang baik, sayang.” “Kenapa? Bukankah berteman itu tidak boleh membeda-bedakan? Terus bukankah kalau janji itu harus ditepati?” “Tapi Arsya_” “Di sekolah aja aku bermain sama siapa saja. Lalu kenapa orang dewasa justru pilih-pilih kalau berteman? Lagi pula Bu
Last Updated: 2025-10-10