author-banner
Qiana Shanum
Author

Novels by Qiana Shanum

Mempelai Wanita yang Tak Diharapkan

Mempelai Wanita yang Tak Diharapkan

Menjalani pernikahan tanpa cinta sungguh menyulitkan hidup Nayara Prameswari. Namun sebagai seorang istri, Nayara selalu patuh kepada suami. Ia mendambakan kasih sayang dan cinta sang suami sehingga membuatnya terus bertahan dalam siksaan lahir batin. Saat pesta ulang tahun pernikahan yang pertama tiba, suami dan mertuanya membuat pesta besar-besaran. Nayara bahagia sesaat hingga akhirnya ia tahu tujuan pesta itu diselenggarakan.
Read
Chapter: BAB 54
"Pak Dimas..." suster berlari tergesa ke arah pria yang tengah duduk gelisah di lorong rumah sakit."Ada apa, Sus?" tanya Dimas, berdiri cepat, wajahnya tampak tegang."Nayara, Pak..." jawab sang suster, nafasnya terengah. Ia seolah menahan sesuatu yang mendesak untuk dikatakan."Ada apa dengan Nayara?!" suara Dimas meninggi, matanya menatap tajam penuh kekhawatiran."Nayara kritis, Pak..." akhirnya suster itu menjawab, suaranya pelan namun cukup menusuk telinga siapa pun yang mendengarnya.Tanpa pikir panjang, Dimas berlari menuju ruang ICU, langkahnya cepat dan mantap. Di belakangnya, Dhirga, Jeni, dan Sintia ikut menyusul. Tepat di depan pintu ICU, mereka berpapasan dengan dokter yang menangani Nayara."Dok, bagaimana keadaan Nayara?" tanya Dimas, suaranya terdengar putus asa."Iya, Dok... gimana keadaan istri saya?" sela Dhirga dengan nada dibuat-buat seolah benar-benar peduli.Dokter menarik nafas sejenak, lalu menjawab, "Keadaan Nayara kritis. Kami sedang berusaha semaksimal mun
Last Updated: 2025-05-02
Chapter: BAB 53
“Jangan ikut campur kamu, Ardi!” bentak Dimas, suaranya menggelegar memantul di sepanjang koridor rumah sakit.Ardi Kusuma Prayoga, seorang direktur utama di Rumah Sakit Internasional Prayoga, melangkah mendekat. Wajahnya datar, tapi matanya menyorotkan ketidaksenangan. Ia adalah adik sepupu Dimas, satu darah, satu garis keturunan, namun hubungan mereka jauh dari kata harmonis. Sejak Dimas dipercaya menggantikan ayahnya sebagai pimpinan Prayoga Group—konglomerasi besar yang menaungi berbagai lini bisnis termasuk rumah sakit ini—api cemburu terus membara di dada Ardi.“Bagaimana aku bisa diam kalau suara kalian terdengar sampai ke dalam?” sahut Ardi tajam. “Kalian pikir tempat ini pasar?”Ia tertawa sinis, nada tawanya seperti ejekan yang ditusuk dengan pisau tajam.“Oh... jadi perempuan yang dirawat di dalam itu istri kamu?” tanyanya sinis pada Dhirga, matanya melirik ke arah ruang VVIP. “Dan kamu, Dimas... kamu benar-benar tak punya malu. Sudah tak ada perempuan lain di dunia ini sam
Last Updated: 2025-05-01
Chapter: BAB 52
"Mau apa kalian ke sini?" tanya Dimas dengan suara dingin namun tegas, saat membuka pintu dari dalam ruangan VVIP tempat Nayara dirawat. Bajunya rapi, wajahnya tegang, dan matanya memerah menahan amarah. Di belakangnya, terlihat tubuh Nayara terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit, diselimuti selimut putih dengan infus menggantung di sampingnya."Harusnya aku yang bertanya! Kenapa kamu bawa kabur Nayara tanpa seizinku?!" bentak Dhirga dengan mata melotot, rahangnya mengeras. Napasnya memburu, dadanya naik turun dengan cepat. Ia benar-benar terbakar emosi.Dimas menutup pintu pelan, lalu berjalan mendekat ke arah Dhirga dengan tatapan yang tak gentar."Bawa kabur? Seharusnya aku yang ambil Nayara dari kamu, Dhirga! Dia lebih pantas menjauh dari kamu!" suaranya meninggi, dan aura protektif terpancar dari sikapnya."Apa maksudmu, hah?!" Dhirga mencengkram kerah jas Dimas, namun Dimas tak mundur. Dengan tenang, ia menarik selembar kertas dari map di tangannya dan menyodorkannya ke waj
Last Updated: 2025-04-30
Chapter: BAB 51
“Siap, Pak,” jawab dokter singkat, lalu segera berbalik arah memasuki ruang ICU.Adinda datang tergesa bersama Leonardo. Wajahnya cemas, sorot matanya mencari-cari sosok Dhirga. Begitu melihatnya berdiri di sudut lorong rumah sakit, ia langsung mendekat.“Dhirga,” sapa Adinda pelan, “bagaimana keadaan Clarissa?”Dhirga menoleh, matanya sembab, wajahnya kelelahan. “Clarissa belum stabil, Mah…” suaranya nyaris tak terdengar.“Anakmu sudah lahir belum?” tanya Leonardo.“Sudah, Pah… Sebentar lagi akan dipindahkan ke ruang NICU karena lahir prematur,” jawab Dhirga dengan lirih, berusaha tetap tenang meski jantungnya berkecamuk hebat.Belum sempat mereka berbincang lebih jauh, pintu ruang ICU terbuka lebar. Seorang suster mendorong tandu besar beroda yang membawa inkubator transparan. Di dalamnya, seorang bayi mungil terlelap, tubuhnya dibungkus selimut tipis, dan wajahnya begitu damai—meski tubuhnya sangat kecil dan rapuh.“Itu... cucu kita, Pah,” bisik Adinda, matanya berkaca-kaca.Semua
Last Updated: 2025-04-30
Chapter: BAB 50
Dimas Prayoga berdiri di depan ruang donor dengan napas tak beraturan. Matanya langsung menatap tubuh Nayara yang terkulai lemah di atas kursi donor. Ia melangkah cepat masuk ke ruangan."Suster, ini kenapa Nayara seperti ini?" tanyanya dengan suara yang nyaris bergetar."Beliau baru saja mendonorkan darah untuk pasien yang ada di ruang ICU, Pak. Golongan darahnya sangat langka," jawab suster itu tanpa menoleh, sibuk mencatat.Tanpa banyak bicara, Dimas segera membopong tubuh Nayara keluar dari ruangan. Langkahnya cepat dan mantap. Suster di belakangnya langsung berseru panik."Pak, mau dibawa ke mana? Pasien belum stabil!"Namun Dimas tak menggubris. Ia membuka pintu mobilnya, meletakkan Nayara dengan hati-hati, lalu tancap gas menuju rumah sakit internasional milik keluarganya. Hujan masih turun, dan jalanan lengang di tengah malam mempercepat lajunya.Sesampainya di rumah sakit, petugas sudah sigap menyambut. Seorang suster datang membawa tandu dorong."Cepat! Dia kehilangan banyak
Last Updated: 2025-04-29
Chapter: BAB 49
Di tempat lain, Nayara melangkah pelan, membawa tas jinjing berisi beberapa helai pakaian. Hujan mulai turun rintik-rintik, membasahi jalanan di sekitar komplek keluarga Mahendra. Malam yang semakin larut membuat jalanan sepi, dan tak satu pun taksi terlihat lewat. Nayara merapatkan jaket tipis yang dikenakannya, berusaha menghalau rasa dingin yang mulai menusuk.Melihat sebuah halte tak jauh dari komplek, Nayara mempercepat langkah dan berteduh di sana. Tubuhnya menggigil, rambutnya basah, dan wajahnya pucat diterpa angin malam. Ia melipat kedua tangannya ke dada, mencoba menjaga tubuhnya tetap hangat.Beberapa menit kemudian, sebuah mobil mendekat dengan lampu sorot yang menyilaukan. Mobil itu berhenti tepat di depan halte. Nayara mengerjap, mengenali mobil itu dengan cepat. Mobil Dhirga.Pintu mobil terbuka dan dari dalam, Dhirga keluar membawa sebuah payung hitam besar. Dengan langkah cepat ia mendekati Nayara, ekspresi wajahnya tegang."Nay, masuk ke mobil," perintah Dhirga, suar
Last Updated: 2025-04-28
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status