Chapter: Bab 5 (Permulaan)Karena aku tahu, bahkan di tempat setenang Frendell... luka tidak pernah benar-benar tidur “Ruth,” panggilku sebelum dia benar-benar keluar ruangan. Dia menoleh, alisnya sedikit terangkat. “Kau yakin tidak ada hal lain yang... perlu aku tahu soal tempat ini?” Dia masuk lagi, menutup pintu dengan punggungnya, lalu menyandarkan diri sebentar. “Frendell?” Aku mengangguk. Dia menyilangkan tangan, tatapannya sedikit berubah. “Kau tahu kastil ini pernah jadi wilayah pengasingan, bukan?” “Untuk siapa?” “Orang-orang penting yang terlalu... berbahaya untuk dibunuh, tapi terlalu rusak untuk dibiarkan di ibu kota.” Aku menarik napas perlahan. “Lalu kenapa sekarang jadi milikku?” “Karena kau berbahaya... dan bisa dikendalikan,” katanya lirih. “Atau setidaknya mereka pikir begitu.” Aku menatap gelasku. “Mereka?” “Kau tahu siapa maksudku.” Ruth mendekat lagi, menarik kursi dan duduk. “Dewan dalam. Menteri pengawasan. Penasihat kekaisaran. Dan mungkin... permaisuri baru.” “
Last Updated: 2025-06-26
Chapter: Bab 4 (Teka-teki)Malam itu aku duduk sendiri di ruang pertemuan kecil yang disiapkan untukku. Mike telah menyalakan perapian dan meninggalkan ruangan tanpa suara. Pelayan yang tahu kapan harus bicara—dan kapan sebaiknya diam. Tak lama kemudian Ruth datang membawa laporan singkat dari penjaga perbatasan. Katanya, wilayah San Jequine sedang panas. Ada kerusuhan kecil dua minggu lalu. Kaisar mungkin sengaja mengirimku ke sini karena tahu—aku tahu cara menjaga batas. Tapi kenapa harus dengan seorang istri? Kenapa Zoey? “Apa menurutmu dia tahu alasan sebenarnya dia dikirim bersamaku?” tanyaku pelan. Ruth duduk di sisi lain meja. Ia membuka botol wine kecil dari kotak perjalanan kami. Mengisinya setengah. “Menurutku... dia lebih tahu dari yang kau pikirkan,” katanya. “Dan itu justru yang membuatnya menakutkan.” Aku tak menjawab. Angin luar bertiup lebih kencang malam itu. Suara serigala terdengar samar dari kejauhan, seperti nyanyian sedih dari batas dunia. Di tempat asing ini,
Last Updated: 2025-06-26
Chapter: Bab 3 (Istri Gila)"Yang mulia Zoey." Panggilku Tak ada jawaban. Ia bahkan tidak bergerak. Aku menunggu. Satu napas. Dua. Lima. Dan akhirnya, perlahan, ia menoleh. Mata itu... bukan mata orang gila. Tapi juga bukan mata yang hidup. Mata itu... kosong. Seperti telah melihat terlalu banyak, dan memutuskan berhenti melihat. Dan seketika aku sadar: dia bukan takut padaku. Bukan malu. Dia... tidak percaya dunia nyata masih ada. Aku menarik napas pelan. “Aku takkan menyentuhmu,” kataku akhirnya, tenang. “Aku hanya disuruh menjemputmu.” Ia masih menatapku. Hening. Lalu, perlahan—sangat perlahan—Zoey berdiri. Langkahnya pelan, ringan seperti kabut. Ia berjalan ke arahku, dan aku bisa mencium aroma kamarnya—bunga kering dan debu. Ia berhenti tepat di depanku. Lalu mengangguk. Satu kali. Pelan. Mungkin itu caranya bilang: ‘Aku tahu.’ Atau mungkin: ‘Baiklah.’ Atau mungkin... hanya caranya bertahan. Aku menoleh ke belakang. Ruth menunggu di lorong. Kami tak bicara apa-apa saat ka
Last Updated: 2025-06-26
Chapter: Bab 2 (Janji suci atau jebakan?)Kami tak langsung meninggalkan istana. Sebelum pergi, kami diarahkan ke ruang doa— sebuah tempat kecil yang sunyi, jauh dari aula megah dan pilar-pilar emas istana pusat. Tak ada bunga. Tak ada musik. Hanya lantai batu dingin, dinding batu tua, dan jendela tinggi tempat cahaya masuk seperti doa yang tertahan. Tamu undangan hanya satu: Ruth. Dan seorang pendeta tua yang memandang kami dengan ragu, seperti bertanya-tanya apakah ini benar-benar disebut upacara pernikahan. Zoey berdiri di sampingku, kepala masih tertutup topi militerku. Ia tak menatap siapa pun. Tapi tidak mundur. Pendeta membaca doa. Suaranya rendah, khusyuk, tidak terburu-buru. Lalu saatnya tiba: aku mengambil sebuah cincin sederhana dari saku dalam mantelku. Perak polos, tanpa ukiran. Benda kecil yang terasa terlalu ringan dibandingkan berat hidup yang sedang kami ikat. Aku mengulurkan tangan. Berniat menyematkan cincin itu ke jari manisnya. Namun Zoey... menarik tangannya. Refleks. Pelan. T
Last Updated: 2025-06-26
Chapter: BAB 1 (Hadiah Perang)Langkah boot besi menghantam lantai marmer putih, keras dan berat. Suaranya menggema di seluruh ruang tahta, memantul di dinding-dinding tinggi yang dipenuhi ukiran emas dan lambang kekaisaran. Ruangan itu sunyi, tapi penuh mata.Zergan melangkah masuk tanpa ragu. Tingginya menjulang, hampir dua meter, bahunya lebar, tubuhnya masih terbungkus armor yang belum sempat diganti. Pedang di pinggangnya masih berlumur darah yang sudah mengering—jejak pertempuran terakhir yang belum sempat dihapus.Di sekelilingnya, para bangsawan berdiri dalam diam. Jubah mereka harum, wajah mereka bersih, tangan mereka kosong dari luka. Mereka menatap Zergan seolah ia kotoran yang tak sengaja masuk ke ruang suci ini. Tapi tak satu pun berani berkata apa-apa.Ia adalah pahlawan hari ini.Komandan tertinggi pasukan kekaisaran Geneuine.Zergan berhenti tiga langkah dari singgasana."Yang Mulia," ucapnya serak. Lalu, ia menunduk. Dalam. Menekuk lutut, membungkuk dalam diam. Punggungnya yang penuh luka perang ki
Last Updated: 2025-06-26