Dijodohkan dengan Ipar Posesifku

Dijodohkan dengan Ipar Posesifku

last updateLast Updated : 2023-09-06
By:  Rahmi AzizaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
31 ratings. 31 reviews
151Chapters
245.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

"Nadia, Arman, bagaimana kalau kalian menikah?" pinta ibu mertuaku penuh harap, tepat di hari masa iddahku usai. Menikah dengan Arman? Adik suamiku yang dingin itu? Bahkan setelah empat tahun kami hidup seatap di rumah Mama, bisa dihitung dengan jari kami saling berbicara. Itu pun seperlunya saja. Nada bicaranya ketus, raut wajahnya tak ramah. Apa ia membenciku? Dan saat Mama meminta kami menikah, mengapa pula ia tidak menolaknya?

View More

Chapter 1

Menikah Lagi

“Mama, kenapa Papa tidur di sana?” tanya Rania sambil menunjuk gundukan tanah dengan papan nisan bertuliskan Arya Wiratama Bin Sunaryo.

Aku menghela napas, kupandangi wajah Rania iba. Belum genap tiga tahun usianya dan harus menjadi yatim.

“Karena Allah sudah memanggil Papa Nak,” kataku sambil menabur sisa bunga yang masih kugenggam. Setelah suamiku meninggal, baru kali ini aku datang ke makamnya, saat masa iddahku selesai. Di daerahku, tak lazim wanita ikut datang ke prosesi pemakaman, sekalipun ke pemakaman suaminya sendiri. 

Rania masih memandangi makam Papanya, kupeluk ia erat. “Ran, kangen Papa?”

Rania mengangguk.

“Kalau begitu kita doakan Papa yuk, supaya baik-baik di dalam sana. Dan kita bisa ketemu Papa lagi nanti di surga.”

“Kita bisa ketemu Papa lagi?” tanyanya dengan mata berbinar.

“Bisa, dong! Yuk, kita berdoa!” kubimbing ia menengadahkan kedua tangan mungilnya.

“Robbighfirlii waliwalidayya warhamhumaa kamaa robbaya nii shoghiiro....”

Tiba-tiba terdengar suara gemuruh. Aku menengadah, menengok langit. Mendung, gelap sekali. Padahal waktu berangkat dari rumah Mama tadi, masih cerah.

Sejurus kemudian hujan turun. Langsung deras. Aku berusaha melindungi kepala Rania dengan tanganku. Sama sekali tak terpikir membawa payung tadi. 

“Ayo Ran kita pulang.” Buru-buru aku menggendong Rania. Kepalanya kudekap di dadaku.

Namun tiba-tiba saja hujan berhenti. Hah secepat itu? Aku menengok lagi ke langit. Payung? Siapa yang ....

“Pamaan!” teriak Rania begitu melihat Pamannya, Arman, datang dengan membawa dua buah payung. Satu payung terbuka di atas kepala kami, dan satunya masih terlipat rapi.

“Bukankah sudah kubilang, tunggu aku pulang!” katanya datar namun terdengar marah. Tidak terlalu kaget sih. Sehari-hari adik suamiku ini pembawaannya dingin, cenderung tidak bicara jika tak perlu. Selama hampir empat tahun aku menjadi kakak iparnya, kami hanya berbicara satu dua kalimat saja, seperlunya. Sebenarnya aku tipikal orang yang mudah akrab dengan orang lain, tapi melihat pembawaan Arman yang seperti ini aku jadi sungkan  mau mengajaknya ngobrol panjang lebar.

“Bukannya sudah kubilang juga, tak perlu repot menjemputku? Aku bisa pergi sendiri!" jawabku ketus. Ya aku tahu maksudnya baik, tapi lancang sekali dia, marah padaku, mantan kakak iparnya.

“Bagaimana kalau Rania sakit karena kehujanan? Ceroboh!” Arman membuka payung yang masih terlipat rapi, lalu menyerahkannya padaku.

“Ayo Ran, ikut Paman,” katanya lagi sembari mengambil alih Rania dari gendonganku.

Sampai di depan mobil, Arman menurunkan Rania, membuka pintu mobil, dan mempersilakanku masuk.

“Masuk!” Hem, lebih terdengar seperti memerintah. Tapi aku menurut saja. Malas berdebat dengannya.

Sepanjang perjalanan kami hanya diam. Untung ada Rania yang mencairkan suasana. Sambil tetap fokus menyetir, Arman ikut bernyanyi bersama Rania dan selalu menanggapi ocehannya yang lucu. Aneh memang. Sedingin-dinginnya adik iparku ini, entah mengapa, jika bersama Rania, sifatnya bisa berubah 180 derajat.

“Hei kita mau ke mana?” tanyaku ketika menyadari Arman salah mengambil jalan. Jalan ini berlawanan arah dengan jalan menuju rumahku.

“Ke rumah Mama.”

“Tapi, baru sejam yang lalu kan aku berangkat dari rumah Mama ke makam. Aku juga sudah pamitan pada Mama. Kenapa-”

“Ada yang mau Mama sampaikan." Ia menukas cepat. "Setelah itu kuantar pulang," ucapnya datar, seperti biasa.

Ada yang mau disampaikan? Kenapa tiba-tiba? Apakah serius?

“Apa ..., Mama masih bersikeras mengajakku dan Rania tinggal di rumah?" Belakangan, Mama memang sering membahas tentang  ini. Mama selalu bilang, aku sudah dianggapnya sebagai anak, jadi meski Mas Arya telah tiada, Mama memintaku tetap tinggal. Apalagi ada Rania, cucu kandung yang sangat disayangi dan dimanjakannya.

“Atau ...." Tiba-tiba aku teringat sesuatu.

"Oh iya, apa mungkin untuk membicarakan acara lamaranmu yang tertunda dengan Sheila?"

Sheila adalah teman kantor sekaligus calon istri Arman. Acara lamaran mereka seharusnya sudah dilakukan beberapa bulan lalu, tapi karena meninggalnya mas Arya, acara itu ditunda dan sampai sekarang belum dijadwalkan ulang.

"Aku sampai lupa belum menjahitkan kain seragam dari Mama. Ah coba kuhubungi tukang jahit langgananku dulu ya," ocehku sambil mengeluarkan ponsel dari tas.

Arman merebut ponselku dan memasukkan ke kantong kemejanya. "Sok tahu!"

"Sudah. Jangan bahas soal itu lagi!"

Aku menoleh ke arahnya, kepo, kenapa dia semarah itu. "Eh? Kalian lagi ada masalah? Atau ... mmm kena syndrom pra nikah ya?"

Tanpa menunggu jawabannya aku melanjutkan bicara, "Oh itu sih biasa, dulu aku sama mas Arya pas mau nikah juga sempet gitu, tiba-tiba adaa aja yang bikin ragu. Kita pernah-"

Belum selesai aku bicara, mobil tiba-tiba terhenti. 

"Hah ada apa? Kamu mau mampir ke minimarket?"

"Udah ngomongnya?" Arman bertanya tanpa sedikitpun melihat ke arahku.

"Dengar ya, aku lagi tidak ingin membahas tentang pernikahan. Titik."

Ish! Aku mendengkus kesal.

"Paman sama Mama kok berantem sih?" pertanyaan Rania yang polos dengan nada suaranya yang lucu bikin rasa kesalku mereda.

"Nggak berantem kok, Sayang."

"Pamanmu aja tuh kalo ngomong sukanya ngegas. Lembut dikit napa?" kataku lirih tapi aku yakin dia pasti dengar.

*********

Mobil menepi di depan rumah Mama. Mama tergopoh-gopoh keluar rumah. Meyambut aku dan Rania dengan raut muka bahagia, seperti biasa. 

“Rania ... cucu oma ....” Mama membentangkan tangannya begitu melihat Rania turun dari mobil.

Raniapun lari ke pelukan omanya.

“Assalamualaikum Ma ...” sapaku sambil mencium punggung tangan Mama.

Mama mencium pipi kanan kiriku. “Waalaikum salam, ayo masuk Nadia, Maaf ya, Mama suruh Arman bawa kamu ke sini lagi.”

Arman turun dari mobil dan langsung menghampiri kami. Ia menaikkan Rania ke bahunya. “Ayo Ran, kita kasih makan ikan di belakang."

“Yeaay!” Rania bersorak gembira.

“Lihat Nadia, Arman begitu sayang pada Rania,” kata Mama, sambil membimbingku masuk ke dalam rumah. Aku hanya tersenyum. Dari dulu, Arman yang kaku, yang pelit senyum dan kata-kata itu memang sangat dekat dengan Rania. Suka mengajaknya bercerita bahka tiap pulang dari luar kota pasti membawa oleh-oleh mainan atau makanan favorit Rania.

“Mama ingin bicara denganmu,” kata Mama ketika kami sama-sama sudah duduk di ruang tengah.

“Dan Arman ...” lanjutnya.

Bi Inah lalu menggantikan Arman menemani Rania.

“Mama memanggilku?” tanya Arman.

“Ya, Nadia, Arman, Mama ingin bicara.” Ucapan Mama kali ini terdengar tak biasa, serius dan sangat berhati-hati.

“Bagaimana, kalau kalian ...” Mama menatapku dan Arman bergantian.

“...MENIKAH?”

-Bersambung-

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

10
100%(31)
9
0%(0)
8
0%(0)
7
0%(0)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
10 / 10.0
31 ratings · 31 reviews
Write a review
user avatar
Strawberry
Ini Kak Rahmi yang Blogger kajh? Nemu juga buku Kak Ida Raehan..
2025-07-19 20:29:06
0
user avatar
Adiet Adi
beli novelnya d mana kak
2024-05-01 21:33:24
0
user avatar
Awien Din
seru banget cerita nya..
2024-03-02 11:39:49
0
user avatar
Sri Murtiningsih
kak.... baca satu part nya pakai koin brp sih kak
2023-10-30 09:30:23
0
user avatar
Isabella
ceritanya seru kocak romantis pokoknya seneng banget bikin aku senyum" sendiri sumpah cerita yg begini nih yg membuat awet mudah karena bacanya sambil senyum " . ku tunggu cerita yg lain thoer smg sehat
2023-10-08 07:33:58
0
user avatar
mrs.yudi
semoga sukses
2023-09-14 10:40:34
0
user avatar
H n H
start tgl 7/9/23 menarik ceritanya
2023-09-10 20:22:25
1
user avatar
Ema Rahmawati
kereen .. seru. bikin senyum senyum pas baca
2023-08-30 15:09:26
2
user avatar
Kenzien Yodha
ceritanya bagus banget,simpel tapi menggemaskan
2023-06-28 19:52:49
1
user avatar
SA86
mampir kak.lanjut....
2023-03-27 11:11:42
1
user avatar
Winda Sari
lanjuut thor,,,lama gk up..,?
2023-02-15 21:04:53
2
user avatar
Eet Oot
up tiap hari doong...
2023-02-14 16:44:58
2
user avatar
Isabella
ceritanya keren pokoknya the best
2023-02-14 00:01:58
1
user avatar
Ndari Mana
makasih sudah up thor,,,jangan lama2 ya thor up nya...tiap hari banyak bab gituu...
2023-02-13 11:43:39
1
user avatar
Latem Iku Luluk
up tiap hari ka...??
2023-02-12 20:41:24
1
  • 1
  • 2
  • 3
151 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status