Chapter: Bab 7Kirana mencoba menenangkan hatinya dengan cara memasak. Ia tahu rumah ini tak lagi seperti dulu. Namun, Kirana merasa harus kuat untuk hidupnya yang masih harus berjalan, meski tertatih.Ia memutuskan untuk membuat ayam kecap kesukaan Arga, lengkap dengan sayur bayam bening dan sambal terasi buatan sendiri. Masakan yang selama ini selalu membuat Arga tersenyum puas di meja makan.Ia ingin percaya, bahwa dengan menyajikan cinta dalam bentuk masakan, mungkin—hanya mungkin—Arga akan teringat tentang Kirana yang dulu. Tentang rumah ini yang dulu jadi tempat mereka berbagi tawa.Suara langkah pelan mendekat dari belakang membuat Kirana menoleh.Alya muncul di ambang pintu dapur, mengenakan daster mewah, rambut terikat setengah dengan pita putih.“Oh, Kak Kirana lagi masak ya?” tanyanya sambil tersenyum lebar.Kirana mengangguk pelan. “Ya,” jawabnya dengan singkat.Alya berjalan masuk sambil menepuk-nepuk perutnya yang sedikit buncit itu. “Aduh, aku juga jadi pengin bantu-bantu, nih. Katany
Last Updated: 2025-07-15
Chapter: Bab 6Sudah tiga hari sejak Arga membawa Alya masuk ke rumah mereka. Tiga hari yang terasa seperti tiga tahun bagi Kirana. Ia berjalan di antara ruang-ruang yang dulu dia isi dengan cinta, kini menjadi saksi kehadiran orang ketiga yang tak diundangnya bahkan tak pernah ada dalam list hidupnya.Memiliki madu, menjadi istri tua dan harus melihat kemesraan suaminya bersama istri mudanya. Ini bukan dunia, ini adalah neraka yang telah diciptakan oleh Arga—suami yang dulu sangat dia cintai, kini menjadi orang yang paling menyakitinya.Namun, Kirana tahu, dirinya sedang diuji. Tapi tak pernah dia bayangkan, bahwa ujiannya akan datang dari rumahnya sendiri—dari suami yang pernah dia percaya, dan perempuan yang kini menggantikan posisinya secara perlahan. Ini benar-benar menyakitkan.Pagi ini, Kirana berjalan menuju ruang keluarga hendak menyapu dan merapikan beberapa barang yang berserakan.Tapi langkahnya terhenti di ambang pintu. Matanya menangkap pemandangan yang membuat dadanya sesak.Alya seda
Last Updated: 2025-07-15
Chapter: Bab 5“Kamu gila, hah?” pekik Kirana sembari mengepalkan tangannya mendengar ucapan Arga tadi. “Nggak. Aku nggak mau. Aku menolaknya, Mas. Kamu carikan saja rumah untuk dia, jangan pernah kamu bawa wanita itu kemari!”Arga menggeleng dengan pelan. “Tidak bisa. Aku sudah mengiyakan permintaan dia untuk tinggal di sini dengan kita. Tolong, Kirana. Aku tahu aku salah. Tapi, aku harap kamu mengerti kalau aku tidak punya pilihan lain selain bertanggungjawab padanya.”Kirana tertawa getir mendengarnya. “Tanggung jawab? Apa aku nggak salah dengar?” ucapnya kemudian menghela napasnya dengan panjang.“Apa pun keputusanmu, aku tetap akan membawanya ke rumah ini. Bersikap baik padanya, dia sedang hamil muda,” ucapnya lalu pergi begitu saja meninggalkan Kirana yang masih berdiri di meja makan dengan hati yang penuh luka.Kirana menundukan kepalanya sambil menangis. Tangannya mengepal erat, tidak menyangka selama ini ternyata dia punya madu.“Tega sekali kamu menghamili wanita lain dan sekarang kamu men
Last Updated: 2025-07-15
Chapter: Bab 4Kirana duduk di meja makan di antara hidangan yang tak tersentuh. Nasi hangat, sup bening, ayam goreng favorit Arga.Semua ia tata rapi, tapi bukan karena ingin merayakan apa pun—melainkan karena ingin melihat seberapa jauh suaminya bisa berpura-pura.Jam menunjukkan pukul 21.10 saat suara mobil terdengar di halaman depan. Kirana segera berdiri. Detak jantungnya menggema di telinga. Ia tidak tahu harus mulai dari mana. Tapi malam ini, ia butuh kebenaran—seburuk apa pun bentuknya.Pintu terbuka. Arga masuk dengan langkah pelan, membenarkan dasinya sambil menghela napas.“Hai, Ran,” sapanya dengan pelan, seperti biasa. Tapi malam ini, tidak ada balasan dari Kirana. Hanya tatapan tajam yang menembus dada.Arga menghentikan langkah, menyadari ada yang berbeda. Ia menatap wajah istrinya yang pucat, namun matanya menyala seperti bara.“Ada apa?” tanyanya gugup.Kirana tak menjawab langsung. Ia memutar badan, mengambil segelas air dari atas meja, dan berkata tanpa menoleh, “Siapa Alya?”Suar
Last Updated: 2025-07-15
Chapter: Bab 3Pesan itu terus terngiang di benaknya. Kalimat pertanyaan ingin dibawa ke rumah ini dari seorang perempuan yang sama sekali tidak dia kenal cukup menguras hati dan jiwanya.Hatinya sakit dan dadanya terasa sesak. Tapi Kirana terus mencoba menyangkalnya. Mencoba percaya bahwa dia hanya salah paham.Mungkin itu nama kontak lama. Mungkin cuma kolega. Mungkin sekadar bercanda. Mungkin … mungkin ….Kirana ingin menepis semua kemungkinan buruk. Tapi semakin ia mencoba berpikir positif, semakin pikirannya memberontak."Kalau memang hanya teman kantor, kenapa dia minta datang ke rumah? Apa yang disembunyikan Mas Arga sebenarnya?” gumamnya kemudian menghela napasnya dengan panjang.Pertanyaan-pertanyaan itu mengiris pelan-pelan. Ia tahu, ada sesuatu yang disembunyikan Arga. Dan rasa percaya yang selama ini dia pertahankan mulai retak.“Apa aku harus menanyakannya langsung? Tapi kalau aku salah, dia akan tersinggung. Tapi … kalau aku benar?”Pertanyaan itu menggema di kepalanya, semakin keras,
Last Updated: 2025-07-15
Chapter: Bab 2Waktu sudah menunjuk angka sepuluh malam. Sepi merambat di antara dinding ruang keluarga, menelusup ke dalam hati Kirana yang sedang duduk di ujung sofa.Sudah lebih dari dua jam sejak mereka menyantap makan malam bersama—tanpa obrolan, tanpa tawa, bahkan tanpa tatap mata yang biasanya selalu mereka tukar.Makan malam itu terasa lebih seperti ritual wajib, bukan momen kehangatan dua insan yang dulu saling memuja.Arga duduk tak jauh darinya, di sofa seberang, tubuhnya sedikit membungkuk, tatapannya terpaku pada layar ponsel yang tak lepas dari tangannya sejak beberapa menit terakhir.Jemarinya bergerak cepat, seperti sedang mengetik sesuatu dengan penuh perhatian.Sesekali, senyum kecil muncul di sudut bibirnya—senyum yang tak pernah lagi ia berikan pada Kirana selama beberapa minggu terakhir.Namun setiap kali Arga sadar Kirana tengah menatapnya, ia buru-buru menyembunyikan ekspresi itu, kembali mengeraskan wajahnya menjadi datar, dingin, tak terbaca.Kirana menelan ludah. Hatinya pe
Last Updated: 2025-07-15
Chapter: Bab 21Dia tidak mau berprasangka buruk tentang suaminya itu. Dia tidak mau menjadi istri yang posesif, yang langsung menuduh. Tapi kata-kata Elena menusuk ke ruang yang paling dalam.“River tidak pernah membahas tentang orang ini. Apa yang terjadi dengan masa lalunya? Apakah aku harus bertanya, atau menunggunya bicara lebih dulu?” ucapnya dengan pelan. Suara air dari kamar mandi berhenti. Tak lama, pintu terbuka dan River keluar, rambutnya masih basah dan piyama santai melekat rapi di tubuhnya.“Kau belum tidur?” tanyanya dengan santai sambil mengeringkan rambutnya yang masih basah itu. Alicia cepat-cepat menaruh kembali ponsel River ke meja. Ia memaksa tersenyum dan berlagak sibuk dengan kaus dalam River.“Ya. Aku masih mau packing,” ucapnya dengan pelan. River mengangguk-anggukkan kepalanya dan pergi ke walk in closet untuk mengambil baju tidur. Tak lama kemudian dia kembali dan menghampiri Alicia yang masih tampak campur aduk. Tapi, dia memilih untuk menyembunyikan rasa penasarannya
Last Updated: 2025-07-16
Chapter: Bab 20Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam ketika suara mobil terdengar di halaman rumah. Deru mesin yang perlahan berhenti disusul dengan suara pintu mobil tertutup membuat suasana rumah yang sebelumnya tenang mendadak terasa lebih hidup. Di dalam kamar, Alicia yang sedang sibuk mengatur pakaian ke dalam koper besar menoleh sebentar dari tumpukan baju. Tangannya masih memegang baju-baju yang terlipat rapi, namun kini perhatiannya teralihkan oleh suara yang sudah amat dikenalnya. Tak lama, pintu utama terbuka. Suara gesekan kunci disusul dengan langkah kaki berat yang menghentak-hentak pelan di lantai marmer. Alicia tak perlu menebak siapa. Ia tahu betul ritme langkah itu, berat dan mantap, dengan jeda yang khas setiap tiga langkah, seolah pemiliknya sedang berpikir sambil berjalan. Langkah kaki itu mendekat, melewati ruang tengah, kemudian berbelok ke lorong menuju kamar mereka.River muncul di ambang pintu kamar. Tubuh jangkungnya sedikit membungkuk, kemeja putih yang dikenakan
Last Updated: 2025-07-13
Chapter: Bab 19Waktu sudah menunjuk angka enam sore. Senja mulai tenggelam meninggalkan langit kota dengan semburat jingga yang memudar perlahan—seolah langit pun enggan mengucap selamat tinggal pada hari yang melelahkan.Gedung pusat perusahaan Thomas Corp masih terang benderang, menjulang seperti menara kesibukan yang tak pernah tidur. Cahaya-cahaya putih menyala dari ruangan-ruangan yang belum juga kosong, menjadi saksi diam dari ambisi manusia yang tak kenal lelah.Di lantai paling atas, ruang kantor eksekutif dengan interior modern minimalis tetap sunyi, hanya diisi bunyi ketikan keyboard dan dengung samar pendingin ruangan. Pintu kaca berlapis peredam suara membatasi ruang itu dari hiruk-pikuk luar.River masih duduk di balik mejanya, jas dilepas, dasi dilonggarkan. Layar laptop menyala menyorot wajahnya yang lelah, namun sorot matanya kosong.Tatapannya
Last Updated: 2025-07-10
Chapter: Bab 18“Apa yang kau lakukan di sini?” ucap River tajam ketika melihat sosok Deasy berdiri di depan pintu ruang kerjanya pagi itu.Wanita itu berdiri di ambang pintu, mengenakan mantel krem tipis di atas blus putih yang tampak terlalu formal untuk sekadar kunjungan pribadi. Rambutnya yang dulu selalu tertata sempurna kini terlihat sedikit acak, dan tatapan matanya penuh kegelisahan.“Aku hanya ingin bicara denganmu. Lima menit saja, aku mohon,” ucapnya dengan suara lirih, seperti seseorang yang sudah mengulang kalimat itu berulang kali dalam kepalanya sepanjang perjalanan ke gedung Louis Corporation.River mengeraskan rahangnya. Dadanya terangkat saat dia menarik napas panjang, mencoba menahan gelombang emosi yang mulai muncul di balik wajah dinginnya.“Keluar!” bentaknya kemudian, dengan tangan
Last Updated: 2025-07-09
Chapter: Bab 17Setibanya di mall.Alicia berjalan cepat di samping River, langkahnya ringan, hampir seperti melayang. Sepasang sneakers putihnya nyaris tak menimbulkan suara di atas marmer mengilap.Matanya berbinar penuh antusias saat menatap etalase butik-butik mewah yang berjajar bagaikan surga dunia mode. Chanel, Dior, Saint Laurent—semuanya menampilkan koleksi terbaru dalam pajangan elegan di balik kaca tebal.Ia memeluk lengan River erat, tanpa sedikit pun rasa malu. Pandangan orang-orang yang mengenali pria itu sebagai CEO Louis Corporation hanya dianggap angin lalu.Beberapa wanita menatap mereka dengan iri, beberapa pria mengangguk mengenali, namun Alicia seolah hidup dalam dunianya sendiri bersama pria yang kini menggenggam dunianya.Saat mereka memasuki sebuah butik tas ternama, suasana di dalamnya langsung berubah. Pelayan butik yang mengenali Rive
Last Updated: 2025-07-09
Chapter: Bab 16Alicia pamit ke dapur, membiarkan Monica dan River duduk berdua di sofa panjang yang empuk.Monica duduk dengan posisi tegak, tubuhnya anggun dalam balutan blus berwarna krem dan rok selutut. Tas branded di pangkuannya terlihat seperti lambang kekuasaan yang tidak perlu dijelaskan.River, di sisi lain, menyandarkan punggung ke sofa dengan satu lengan diletakkan santai di sandaran belakang, tatapannya tak bisa ditebak.“Aku tidak datang hanya untuk melihatmu mencium istrimu,” buka Monica dengan tenang.River menyeringai. “Tapi kau puas melihatnya, kan?”Monica mengabaikan candaan itu. “Aku datang untuk membicarakan ekspansi perusahaan. Aku ingin membuka cabang Louis Corporation di London dan Kanada.”River langsung duduk lebih tegak. “Itu rencana jangka panjang yang pernah kau singgung, kan? Kukira belum waktunya.”“Aku ingin mewujudkannya tahun ini. Gedung utama di London dan Vanco
Last Updated: 2025-07-08