Chapter: Gladys x PingsanMalam pun tiba, suasana kota mulai tenang dan lampu-lampu jalan perlahan menyala. Luki melajukan mobilnya pelan menuju rumah Tante Sarah. Hatinya masih belum tenang sepenuhnya — bayangan wajah kesal Gladys di kantor tadi terus terlintas di kepalanya. Tapi janji tetap janji, dan Tante Sarah bukan orang yang mudah menerima alasan. Begitu sampai di depan rumah, Luki sempat menarik napas panjang sebelum mengetuk pintu. Tak lama kemudian, Tante Sarah muncul dengan senyum hangat di wajahnya. Rambutnya tergerai, dan malam itu ia mengenakan gaun santai berwarna krem yang membuatnya terlihat anggun tapi tetap menggoda. “Akhirnya datang juga,” ucap Tante Sarah lembut, senyumnya menenangkan tapi ada sedikit nada menuntut di baliknya. “Iya, Tante. Maaf agak telat, tadi rapatnya molor dikit,” jawab Luki sambil menunduk sopan. Tante Sarah hanya mengangguk dan mempersilakannya masuk. Meja makan sudah tertata rapi dengan hidangan yang masih hangat—ada sop ayam, ikan bakar, dan segelas jus jer
Last Updated: 2025-10-27
Chapter: Gladys x Tante SarahTiba di kantor, suasana pagi terasa canggung.Gladys masih diam sejak di mobil, pandangannya hanya tertuju ke layar komputer.Luki yang berdiri di depan pintu ruangannya pun menarik napas sebelum masuk.“Dys, hari ini jam sepuluh kita ada meeting sama klien,” katanya pelan.Gladys hanya menjawab singkat, “Hmm.”Suasana kembali hening, hanya terdengar bunyi kipas pendingin ruangan.Luki mencoba mencairkan suasana. “Kamu mau kopi atau teh?”Gladys masih menatap layar. “Kopi. Yang pahit.”Luki mengerutkan dahi. “Tumben kopi pahit?”“Biar sesuai sama mood aku,” jawab Gladys datar.Luki hanya mengangguk, memilih tak menimpali.Ia keluar dari ruangan, menuju pantry untuk membuat kopi hitam tanpa gula.Beberapa menit kemudian, ia kembali.“Ini kopinya,” ucapnya singkat, meletakkan cangkir di meja.Gladys mengambilnya tanpa bicara, lalu meneguk satu kali.“Paittt banget!” keluhnya spontan, menatap Luki tajam.Luki menatap bingung. “Kan kamu yang minta kopi pahit.”Gladys mendengus. “Dasar kam
Last Updated: 2025-10-26
Chapter: Pagi yang Manis Tante Sarah menarik Luki kembali ke sofa. Dengan cepat, ia membalik posisi, membuat dirinya berada di atas Luki. Lengan Sarah mencekik leher Luki, mengunci ciuman mereka. Sarah menyingkap daster satinnya dan mengambil alih kendali penuh. Posisi penuh kuasa itu membuat Luki tak bisa berbuat banyak selain menikmati. Luki hanya bisa mencengkeram pinggul Sarah. Tarikan napas Luki tercekik, sangat pendek dan tajam karena terkejut. "Masih pagi udah senafsu ini, Tan!" Desisan Raka teredam di bahu Sarah. Sarah tidak peduli dengan protes itu. Ia menentukan ritme dengan gerakan pinggul yang kuat. Ia membungkuk, menggigit kecil telinga Luki, sambil terus bergerak. Desahan Sarah memanjang, cepat, dan semakin liar. Ia berusaha bicara, tetapi yang keluar hanyalah gumaman yang terpotong-potong. "Mmm... Ah... ya... cepat!" Gumaman itu adalah sisa dari kontrolnya yang runtuh. "Terus Sayang! Aaaahhh.. Y-yaaa.. Begitu..." perintah Sarah, suaranya parau. Desahan Sarah mencapai klimaks. Ia melengk
Last Updated: 2025-10-25
Chapter: Pagi x Tante SarahMasih dengan mata setengah terbuka, Luki menatap layar ponselnya yang terus bergetar. Nama Tante Sarah terpampang di sana. Ia sempat ragu untuk mengangkat, tapi akhirnya menyerah. “Halo, Tante…” suaranya serak, baru saja bangun tidur. “Luki, bisa ke rumah Tante pagi ini?” suara di seberang terdengar mendesak, bahkan sedikit gemetar. “Pagi ini, Tan? Sekarang jam lima… Kan aku harus berangkat kerja, pagi—” “Luki, tolong. Sekarang aja. Kamu izin aja berangkat siang. Tante butuh kamu,” potong Tante Sarah cepat. Nada bicaranya membuat Luki terdiam. Ada sesuatu yang terasa aneh, nada panik yang jarang sekali ia dengar dari tantenya itu. “Emangnya kenapa, Tan? Ada apa?” “Pokoknya kamu ke rumah dulu. Tolong banget.” Telepon langsung ditutup tanpa sempat Luki membalas. Ia menghela napas, lalu menatap jam di dinding. Masih terlalu pagi untuk drama seperti ini. Tapi nada suara tante barusan membuatnya gak enak hati. Akhirnya ia bangkit dari kasur, mencuci muka, lalu menyeduh kopi instan
Last Updated: 2025-10-25
Chapter: Emosi RizalLuki duduk di sofa dengan tubuh agak bersandar, pandangannya sesekali mengarah ke pintu. Jam dinding menunjukan hampir pukul sepuluh malam. Suasana apartemen terasa tenang, hanya terdengar suara kipas angin yang berputar pelan. Ia meneguk sisa kopi di cangkirnya, mencoba menenangkan diri sebelum percakapan penting itu dimulai. Beberapa menit kemudian terdengar ketukan di pintu. Luki segera bangkit dan membukanya. “Yo, masuk Zal.” Rizal melangkah masuk, menepuk bahu Luki. “Susah banget cari alamat lu, bro. Untung lu kirim share loc.” “Hehe, ya maklum, baru pindah sini juga,” jawab Luki sambil tersenyum tipis. Ia segera menyiapkan dua cangkir kopi panas dan mengajaknya duduk di ruang tamu. Rizal menatap Luki dengan penasaran. “Jadi, apa sih yang penting banget sampe ngajak gue kesini malem-malem gini?” Luki menarik napas dalam, lalu meletakkan ponselnya di meja. “Ini soal Annisa, Zal.” Mendengar nama itu, ekspresi Rizal langsung berubah serius. “Kenapa? Jangan bilang ada
Last Updated: 2025-10-24
Chapter: Tentang Bowo x KumpulLuki duduk di sofa ruang tengah dengan segelas kopi hitam di tangan. Asap tipis naik perlahan dari cangkir, menebarkan aroma hangat yang bercampur dengan bau lembut parfum ruangan. Malam terasa tenang, hanya terdengar suara jam dinding berdetak pelan. Tak lama, Tante Sarah keluar dari kamar mandi dengan rambut masih setengah basah. Ia mengenakan baju santai berwarna lembut, lalu berjalan menghampiri Luki dan duduk di sampingnya. Tubuhnya bersandar manja di bahu Luki, sambil memainkan jari ke lengan Luki. “Merokok sekarang kamu ya,” ucapnya pelan sambil tersenyum. Luki menoleh sekilas, lalu hanya membalas dengan senyum tipis. “Iya, Tante. Ya gak sering juga sih.” Mereka terdiam sejenak, menikmati suasana hening itu. Hingga akhirnya Tante Sarah membuka pembicaraan. “Oh iya, kamu penasaran soal Mas Bowo, kan?” katanya tiba-tiba. Luki menatapnya, sedikit terkejut. “Iya, Tante. Aku cuma penasaran aja, soalnya namanya pernah disebut sama Om Albert.” Tante Sarah mengangguk pe
Last Updated: 2025-10-23
Chapter: Bima & AndrePonsel Imas yang tergeletak di meja bergetar, lalu berdering pelan. Layar menyala menampilkan satu nama yang langsung membuat dada Raga sedikit menegang — Arman.Raga melirik sekilas, pura-pura santai padahal pikirannya langsung berputar.Kenapa Arman nelpon Imas malam-malam gini? batinnya.Imas yang masih bersandar di sofa bersama Raga, menghela napas pelan, lalu meraih ponselnya. Musik dari speaker berhenti ketika ia menekan tombol jawab.> “Halo… iya…”“Oke… siap…”Nada suaranya terdengar datar, tapi Raga bisa menangkap perubahan kecil di ekspresi wajahnya. Ada sesuatu yang Imas sembunyikan.Begitu panggilan berakhir, Imas menoleh ke Raga sambil tersenyum tipis. “Temenku nelpon, Mas. Ada kerjaan sedikit.”Raga mengangguk pelan, berusaha tidak menampakkan rasa curiganya.“Oh, gitu ya. Yaudah, aku juga sekalian pulang deh.”Imas lalu berdiri, merapikan rambutnya yang sedikit berantakan, dan mulai mengenakan kembali bajunya. Gerakannya cepat tapi terlihat gugup.Raga ikut berdiri, me
Last Updated: 2025-10-26
Chapter: Karoke Imas & Ragasuasana di depan gedung karaoke masih sepi. Hanya lampu neon yang berkedip di atas pintu dan beberapa kendaraan yang melintas sesekali. Di bawah cahaya redup itu, Arman berdiri sambil menempelkan ponsel ke telinganya, wajahnya tampak tegang. > “Bos, sorry... barang yang lu minta gak bisa malam ini,” katanya dengan nada menahan cemas. Suara di seberang terdengar berat dan dingin. > “Ah, gimana sih lu, Man? Jangan buat klien kita nunggu lama. Lu pikir mereka bisa sabar terus?” Arman menatap sekeliling, memastikan gak ada yang dengar. > “Tadi tuh barang udah siap angkut, Bos. Gue cuma tinggal bentar, kencing doang, eh pas balik udah ngilang.” > “Lu gimana sih!?” bentak suara di ponsel. “Kalo sampe ketahuan orang bisa bahaya, ngerti gak!? Ini bukan urusan kecil, Man!” Arman menelan ludah, wajahnya memucat. > “Iya, iya, gue ngerti, Bos. Tenang aja. Nanti gue cari penggantinya. Gak bakal gagal lagi.” Suara di seberang diam beberapa detik, hanya terdengar tarikan napas pa
Last Updated: 2025-10-26
Chapter: Intan SadarKurang lebih satu jam Raga menemani Intan yang masih pingsan di rumahnya. Ia duduk di kursi dekat ranjang, memperhatikan Intan yang masih lemah dengan wajah cemas. Beberapa kali Raga mengganti handuk dingin di dahi Intan, memastikan suhu tubuhnya stabil. > “Ayo bangun, Tan…” bisiknya pelan sambil menatap wajah Intan yang mulai menunjukkan gerakan kecil. Perlahan, kelopak mata Intan terbuka. Ia menatap langit-langit kamar dengan pandangan buram, lalu mengerjap beberapa kali. Raga langsung berdiri, mendekat. “Intan? kamu sadar?” suara Raga terdengar lega. Intan menoleh pelan, ekspresinya bingung. “Raga… ini di mana? kok aku di rumah?” tanyanya lirih sambil berusaha duduk. Raga segera menahan bahunya agar tidak memaksa. “Jangan dulu bangun, kamu baru sadar,” ucapnya lembut. Intan menatap Raga lama, masih mencoba memahami keadaan. “Bukannya aku di karaoke... terus kok tiba-tiba... Aku bisa sampai di rumah?” Raga menarik napas panjang, lalu menceritakan semuanya
Last Updated: 2025-10-25
Chapter: Hampir Saja!?Malam pun turun pelan, langit kota sudah mulai dipenuhi lampu-lampu jalan dan suara kendaraan yang lalu-lalang. Raga berhenti di parkiran belakang tempat karaoke itu, tempat yang sama seperti malam sebelumnya.Ia mematikan motor, menatap sekeliling. Lampu neon di atas pintu masuk berkedip samar, dan dari dalam samar terdengar dentuman musik. Tangannya mengambil ponsel, lalu mengetik pesan cepat.> Raga: “Tan, aku udah di parkiran.”Intan: “Oke, aku udah di dalam. Ruangan yang sama kayak kemarin.”Raga menarik napas dalam. Jantungnya berdegup sedikit lebih cepat. Ia masih gak habis pikir kalau “paket” yang disebut Intan adalah Gita — dan malam ini, Intan bilang paketnya masih sama.Tanpa pikir panjang, Raga berdiri, memasukkan ponselnya ke saku, lalu melangkah ke arah pintu masuk karaoke itu. Bayangan samar Gita kembali terlintas di kepalanya, membuat langkahnya terasa semakin berat tapi juga tak bisa berhenti.Sekitar lima belas menit Raga menunggu di parkiran. Angin malam berembus pe
Last Updated: 2025-10-24
Chapter: Paket yang samaPagi itu udara masih lembap, embun belum sepenuhnya mengering di atas daun mangga depan kosan. Raga menyapu halaman perlahan, suara gesekan sapu dan dedaunan jadi satu-satunya yang terdengar. Dari arah tangga lantai dua, langkah ringan terdengar menuruni anak tangga. Raga mendongak sebentar, dan melihat sosok Gita turun dengan tas selempang di bahunya. Rambutnya dikuncir rendah, wajahnya tampak segar tapi ada sesuatu di matanya—ragu, seperti menimbang harus lewat mana. Langkah Gita sempat terhenti saat matanya bertemu pandang dengan Raga. Hanya sesaat, tapi cukup membuat Raga tahu, Gita mengingat apa yang terjadi semalam di mall. “Pagi, Git,” sapa Raga ringan, berusaha seolah tak ada apa-apa. Gita menunduk cepat, suaranya pelan. “Pagi, Kak.” Setelah itu ia berjalan cepat melewati halaman, tidak seperti biasanya yang suka sempat basa-basi atau senyum kecil. Raga hanya menatap punggungnya menjauh, langkahnya sedikit terburu, seolah ingin cepat keluar dari pandangan. Sapu di tangan
Last Updated: 2025-10-24
Chapter: Gajian & Jalan-jalanRaga tiba di rumah Tante Maya menjelang sore. Begitu ia membuka pintu, aroma lembut parfum ruangan langsung menyambutnya. Di ruang tamu, Tante Maya sudah duduk santai di sofa dengan secangkir teh di meja. “Rag, sini duduk dulu,” katanya sambil menepuk sisi sofa di sebelahnya. Raga mengangguk dan duduk, merapikan posisi duduknya agar sopan. Ia menunggu Tante Maya bicara, sementara suasana rumah terasa tenang, hanya terdengar bunyi kipas angin berputar pelan. “Ini, Tante mau kasih sesuatu,” ucap Tante Maya pelan, sambil mengambil sebuah amplop dari atas meja. Ia menyerahkannya ke tangan Raga. “Gajimu bulan ini,” tambahnya dengan senyum tipis. Raga langsung menerimanya dan menunduk sedikit, “Makasih, Tante.” Namun sebelum sempat ia masukkan ke sakunya, Tante Maya berkata, “Coba deh dihitung dulu, siapa tahu kurang.” Raga tertawa kecil, “Hehe, gak perlu Tante. Aku percaya kok.” Tante Maya tersenyum menggoda, “Ya udah, tapi kalo kurang jangan marah ya.” Raga akhirnya membuka ampl
Last Updated: 2025-10-23