Chapter: Sentuhan Pagi Aku sedikit terkejut saat sinar mentari yang menyilaukan menembus tirai-tirai di kamarku, membangunkan ku dari tidur lelap. Dengan cepat aku segera bangkit, mengikat rambutku secara asal, benang-benang rambut kusut tergerai di wajahku. Aroma lezat masakan sudah tercium oleh hidungku, sepertinya ibu sudah mulai sibuk di dapur. Aku menggeser tubuhku untuk turun dari tempat tidur, namun belum sempat kakiku menyentuh lantai, tangan Mas Adnan dengan lembut menarikku kembali hingga aku berbaring di sampingnya, wajahnya yang tampan tersenyum manis menghiasi pagi itu. "Belum boleh pergi, masih pagi," bisikannya, membuatku tersenyum dan merasa hangat di hati."Gak enak mas, kayanya ibu udah sibuk di dapur," sahutku, mencoba melepaskan diri dari pelukannya. Namun, Mas Adnan mengeratkan pelukannya, ia menyusupkan wajahnya di ceruk leherku, membuatku merasa merinding dengan jantung berdebar kencang.Ibu bisa masak sendiri, yang penting kamu istirahat dulu," gumamnya, napas hangatnya mengenai ku
Terakhir Diperbarui: 2025-10-06
Chapter: Kehangatan Dibalik Air Mata Dara menangis seraya memegang nisan yang bertuliskan nama Karin. Aku dan Mas Adnan ikut berjongkok di sampingnya dan mencoba untuk tetap menenangkan Dara."Dala mau bilang sesuatu. Tapi kalau mama di dalam, kedengelan gak, ya?" gumamnya nampak bingung."Gak papa sayang, bilang aja. Insyaallah mama denger kok. Jangan lupa, doain mama juga ya, biar mama bisa masuk surga," ucap Mas Adnan lembut.Dara mengangguk seraya menyeka air matanya. Ia kemudian membenarkan posisi jongkoknya agar lebih dekat lagi dengan nisan Karin. Ia bahkan sedikit mencondongkan tubuhnya seolah ia ingin berbisik pada nisan tersebut."Mama, Dala udah ambil keputusan, Dala gak mau ninggalin bunda. Dala mau tinggal sama ayah dan bunda aja. Bukan Dala gak sayang mama, tapi... Kak Lila bilang yang lahilin Dala itu bunda, dan katanya lahilin itu sakiiiit banget, Dala jadi kasian sama bunda," ucap Dara terbata-bata.Aku lagi-lagi terkejut dengan kata-kata Dara barusan. Entah apa sebabnya dia sampai bicara seperti itu."K
Terakhir Diperbarui: 2025-10-06
Chapter: Kepolosan Dara "Ayah, mama mana?" tanya Dara, suara kecilnya memecah kesunyian."Uhukk!" Aku dan Mas Adnan yang sedang menikmati makanan langsung terbatuk serentak, saling menatap dengan rasa tidak enak. Kami tahu saatnya Dara harus tahu, tapi aku masih bingung memilih kata-kata yang tepat."Sayang, sebenarnya mama ada di suatu tempat... mungkin Dara tidak bisa bertemu lagi dengan mama," Mas Adnan akhirnya berbicara, suaranya lembut dan hati-hati."Dimana yah? Jauh, ya?" tanya Dara polos, mata besarnya penuh rasa ingin tahu.Aku dan Mas Adnan tersenyum getir, lalu aku mengusap rambut Dara dengan lembut. "Iya, sayang. Mama ada di surga," jawabku, mencoba menjelaskan dengan kata-kata yang sederhana."Mama pelgi kok gak bilang dulu sama Dala? Mama malah ya sama Dala?" gumam Dara, raut kecewanya terlihat jelas di wajahnya yang kecil. Aku merasa sakit hati melihatnya, kupeluk erat tubuhnya dan mencium pucuk kepalanya beberapa kali."Tapi Dara gak usah sedih. Ada ayah dan bunda yang akan selalu jagain D
Terakhir Diperbarui: 2025-10-05
Chapter: Dilema"Ehm, Sayang, sebaiknya kita pulang sekarang. Kasihan Dara sudah kelamaan menunggu," ajak Mas Adnan memecah suasana.Akupun lantas mengiyakan ucapannya. Apalagi saat teringat pada janjiku semalam yang berencana mengajak Dara pergi ke kebun binatang hari ini. Namun, siapa sangka aku malah pergi ke pemakaman untuk mengantarkan Karin ke peristirahatan terakhirnya.Semoga saja Dara tidak rewel karena rencana kami batal."Ya sudah, kami permisi dulu!" ucap ibu pada Mas Feri dan Selvia.Mereka hanya mengangguk seraya tersenyum. Kulihat Selvia langsung berjongkok di depan pusara Karin seraya menabur bunga."Mas kenal Selvia?" tanyaku saat kami sudah berada dalam mobil.Mas Adnan menyeka keringat di dahinya. Ia kemudian menggeleng."Ibu kenal?" Kali ini aku menoleh pada ibu yang duduk di bangku belakang."Enggak, ibu baru kali ini bertemu dengan wanita itu," sahut ibu.Entah kenapa aku menangkap ada perbedaan emosi diantara ibu dan Mas Adnan saat menjawab pertanyaan ku. Ibu terkesan dan terli
Terakhir Diperbarui: 2025-10-05
Chapter: Orang BaruAku berdiri di depan pusara Karin, langit di atas tampak kelabu, seolah-olah turut berduka cita atas kepergiannya. Tak ada keluarga lain selain aku, Mas Adnan dan juga ibu yang mengantarkan Karin ke peristirahatan terakhirnya. Mas Adnan dan ibu berdiri di sampingku, wajah mereka dipenuhi dengan kesedihan. Aku memandang pusara Karin dengan mata yang berkaca-kaca, sementara Mas Adnan dan ibu hanya menundukkan kepala.Setelah beberapa saat keheningan, aku berjongkok, mengusap batu nisan bertuliskan nama Karin, aku masih hampir tak percaya Karin pergi secepat ini."Karin, aku tidak menyangka kamu pergi secepat ini. Bahkan, rasanya aku belum sempat meminta maaf padamu," ucapku pelan."Terlepas dari banyak nya konflik diantara kita, aku berterimakasih padamu karena sudah pernah menjadi mama yang baik bagi Dara. Terimakasih, karena kehadiranmu diantara kami juga sudah memberikan banyak sekali pelajaran berharga khususnya untukku," sambungku disusul air mata yang jatuh.Mas Adnan dan ibu men
Terakhir Diperbarui: 2025-10-04
Chapter: POV Inara (Akhir Cerita)Entah harus mengatakannya dengan kesempatan kedua atau mungkin kesempatan ketiga. Intinya aku bersyukur Allah masih memberiku takdir umur panjang.Tak hanya itu, kali ini kebahagiaanku bertambah karena ibu kini sudah menyayangiku. Ia minta maaf dan mengatakan bahwa akan menganggap ku sebagai anak kandungnya sendiri.Alhamdulillah, segala puji aku panjatkan pada sang pemilik kehidupan. Doa dan kesabaranku selama ini akhirnya berbuah manis. Aku mendapatkan kembali apa yang seharusnya memang menjadi milikku.Hari ini aku diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Aku, Mas Adnan dan juga ibu segera bersiap dan mengurus administrasi."Mas Feri, makasih, ya!" ucapku saat tak sengaja berpapasan dengannya di depan meja administrasi."Iya, sama-sama! Sekali lagi ngucapin makasih, dapat hadiah piring cantik, loh!" sahutnya kemudian terkekeh.Aku, Mas Adnan dan ibu ikut terkekeh mendengarnya.Tadi kita memang sempat ngobrol banyak saat makan bersama. Aku juga sudah beberapa kali mengucapkan makasih
Terakhir Diperbarui: 2025-09-23
Chapter: Titik BahagiaSudah genap satu bulan sejak kejadian mengerikan malam itu. Sejauh ini akhirnya aku dan Arsen bisa kembali bernafas lega. Menjalani hari dengan normal tanpa ada gangguan ataupun ancaman.Bang Gavin dan Keyla sendiri nampaknya juga sedang menikmati momen indah mereka sebagai pengantin baru. Ya, ternyata saran Arsen saat di rumah sakit disetujui oleh Bang Gavin. Mereka akhirnya pergi bulan madu tanpa harus membuat ulang pesta.Tadinya Arsen hendak membayarkan tiket untuk mereka sebagai hadiah, namun sepertinya Bang Gavin merasa kasihan pada kondisi keuangan kami yang sedang acak-acakan hingga ia menolaknya dengan halus."Ah, syukurlah, Ze! Akhirnya resto itu bisa kembali lagi ke tangan kita. Lusa, mungkin berkas-berkasnya sudah beres, jadi ... kita bisa kembali mengelolanya," ucap Arsen seraya duduk disampingku."Syukurlah. Semoga kali ini berjalan lancar," sahutku penuh harap.Aku baru saja hendak menyandarkan kepalaku di bahunya, akan tetapi dering ponsel justru membuat Arsen bangkit
Terakhir Diperbarui: 2024-11-23
Chapter: Keyla : "Ada yang lebih seru lagi?""Sorry, gue gak bisa tepatin janji gue dulu!" ucap Arsen pada Bang Gavin yang baru saja datang.Sekarang Arsen sudah dipindah ke ruang rawat. Kondisinya sudah jauh lebih baik dari tadi malam. Bahkan, dia baru saja menghabiskan semangkuk penuh bubur yang kuberikan."Wuih ... gak bisa gitu dong! Jangan mentang-mentang loe lagi sakit gini. Janji tetap janji, loe harus tepatin bro!" sahut Bang Gavin.Pria itu mengambil alih tempat duduk ku. Tatapannya dan Arsen saling beradu, hal itu membuatku sedikit khawatir, apa mungkin dalam keadaan seperti ini pun mereka akan tetap berantem?"Ya loe mikirlah! Memangnya dalam kondisi gue yang seperti ini gue bisa apa?!" ketus Arsen kemudian memalingkan wajahnya."Ya emangnya loe udah tau gue mau minta apa?" sahut Bang Gavin tak kalah sengit.Arsen kembali menoleh. Tatapan mereka kembali beradu. Untuk beberapa saat, keheningan terjadi hingga membuat suasana cenderung menjadi menegangkan."Hahaha!"Tawa mereka pecah bahkan hampir bersamaan.Aku, Keyla d
Terakhir Diperbarui: 2024-07-06
Chapter: Seperti MimpiLima pistol sudah mengarah ke kepala kami masing-masing. Tanganku sudah hilang rasa. Aku tak bisa menggambarkan ketakutan ku saat ini. Dalam hati, mungkin inilah akhir dari hidupku.Kutatap Arsen dengan lekat. Aku tak ingin kehilangan momen terakhirku untuk menatap wajahnya yang kini tak sadarkan diri.Dialah pria yang sudah membawaku kedalam cerita ini. Cerita yang penuh dengan konflik dan juga rahasia yang harus selalu kujaga.Dialah pria yang sudah membuatku jatuh cinta dengan segala kegilaannya.Dialah pria yang membuatku mengerti kenapa orang berkata bahwa cinta itu buta."Ze," Lirih Bu Hanum memanggilku.Aku menoleh padanya. Wajahnya sudah dibanjiri oleh keringat dan juga air mata.Kami sama-sama takut. Kami sama-sama tak bisa berbuat apa-apa."Tolong jangan bunuh aku! Aku gak tau apa-apa!" lirih Keyla.Pandanganku beralih pada Bang Gavin, ia memang nampak lebih tenang daripada kami. Namun, wajahnya tetap saja tak bisa menyembunyikan ketakutannya saat ini."Melenyapkan kami sebe
Terakhir Diperbarui: 2024-07-04
Chapter: Tak Sesuai Ekspektasi"Loh, tempat apa ini? Kok sepi banget?" gumam Keyla begitu kami sampai.Saat ini kami memang bukan mengunjungi kantor polisi tempat aku dan Arsen dijebak tempo hari.Erlangga, atau lebih tepatnya Jendral Erlangga suaminya Dokter Siska yang menurutku tak pantas dipanggil gelarnya itu memintaku untuk datang ke tempat ini.Ternyata selama beberapa hari kebelakang, Arsen dikurung di tempat kumuh dan terpencil ini. Mereka seharusnya tak pantas disebut sebagai polisi karena mereka menangkap untuk mendapatkan keuntungan bagi diri mereka sendiri.Memang mereka tak sepenuhnya salah. Karena yang mereka tangkap dan mereka peras adalah orang yang salah juga. Hanya saja, apa yang mereka pinta sungguh diluar batas kemampuan manusia biasa sepertiku dan Arsen.Mereka benar-benar memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan kami. Lalu, apa bedanya mereka dengan kami para penjahat?"Kamu yakin ini tempatnya, Ze?" tanya Bang Gavin seraya menoleh ke arahku."Menurut lokasi yang Dokter Siska share sih, benar
Terakhir Diperbarui: 2024-07-04
Chapter: Berbagi RahasiaSetelah acara selesai, aku dan Bu Hanum memilih untuk duduk di luar. Menjauh dari keramaian adalah salah satu cara kami untuk lebih menenangkan diri."Ze, kira-kira kita harus jual apalagi untuk mengumpulkan uang sebanyak itu?" ucap Bu Hanum memecah keheningan diantara kami."Entahlah, Bu. Bukannya yang kita punya saat ini hanya tinggal rumah itu saja?" sahutku."Jika rumah itu dijual, lalu dimana kita akan tinggal?" sambungku."Iya Ze. Kamu benar. Tapi, gimana kalau sebagian uangnya kita belikan rumah yang lebih kecil. Yang penting jumlah uang yang kita butuhkan bertambah," timpal Bu Hanum membuatku langsung mengangkat wajah."Tak ada salahnya juga sih, Bu! Ayo, kita tawarkan mulai hari ini juga, semoga bisa cepat laku!" ucapku antusias."Gak usah!"Bang Gavin tiba-tiba saja sudah berada dibelakang kami. Ia dan Keyla mulai mendekat menghampiri aku dan Bu Hanum."Aku ada cara lain buat membebaskan Arsen. Ya, semoga saja berhasil!" ucap Bang Gavin seraya duduk disampingku."Cara apa, b
Terakhir Diperbarui: 2024-07-04
Chapter: RapuhRumah, mobil, butik, dan juga restoran sudah terjual. Semuanya lenyap hanya dalam tiga hari. Itu juga berkat bantuan Bang Gavin, namun nyatanya uang yang diperlukan masih kurang banyak. Sedangkan, besok adalah hari pernikahan Bang Gavin dan Keyla.Entahlah!Aku tak bisa menggambarkan perasaanku saat ini. Kini, yang tersisa hanyalah rumah yang kami tempati. Bahkan isinya saja sudah berkurang. Karena kami benar-benar menjual apapun yang bisa diuangkan."Bagaimana ini, Bu? Rasanya aku gak akan bisa hadir ke pesta jika Arsen tak ada," gumamku saat aku dan Bu Hanum sedang duduk berdua."Ibu juga pusing Ze," sahut Bu Hanum singkat.Hari ini Bu Hanum nampak lebih murung dari kemarin. Mungkin lelahnya sama denganku, atau justru mungkin lebih?"Bu?" Kuusap bahunya pelan saat ia tertunduk lesu."Kita pasti bisa, Bu! Katanya, doa seorang ibu dan istri itu menembus langit. Kita perkuat lagi doa dan ikhtiar nya, ya! Kita harus semangat!" ucapku mencoba untuk menguatkan.Menguatkan diri sendiri dan
Terakhir Diperbarui: 2024-06-28