Home / Rumah Tangga / Dimadu Saat Koma / Kehangatan Dibalik Air Mata

Share

Kehangatan Dibalik Air Mata

Author: Reina Putri
last update Last Updated: 2025-10-06 14:54:32

Dara menangis seraya memegang nisan yang bertuliskan nama Karin. Aku dan Mas Adnan ikut berjongkok di sampingnya dan mencoba untuk tetap menenangkan Dara.

"Dala mau bilang sesuatu. Tapi kalau mama di dalam, kedengelan gak, ya?" gumamnya nampak bingung.

"Gak papa sayang, bilang aja. Insyaallah mama denger kok. Jangan lupa, doain mama juga ya, biar mama bisa masuk surga," ucap Mas Adnan lembut.

Dara mengangguk seraya menyeka air matanya. Ia kemudian membenarkan posisi jongkoknya agar lebih dekat lagi dengan nisan Karin. Ia bahkan sedikit mencondongkan tubuhnya seolah ia ingin berbisik pada nisan tersebut.

"Mama, Dala udah ambil keputusan, Dala gak mau ninggalin bunda. Dala mau tinggal sama ayah dan bunda aja. Bukan Dala gak sayang mama, tapi... Kak Lila bilang yang lahilin Dala itu bunda, dan katanya lahilin itu sakiiiit banget, Dala jadi kasian sama bunda," ucap Dara terbata-bata.

Aku lagi-lagi terkejut dengan kata-kata Dara barusan. Entah apa sebabnya dia sampai bicara seperti itu.

"K
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dimadu Saat Koma   Sentuhan Pagi

    Aku sedikit terkejut saat sinar mentari yang menyilaukan menembus tirai-tirai di kamarku, membangunkan ku dari tidur lelap. Dengan cepat aku segera bangkit, mengikat rambutku secara asal, benang-benang rambut kusut tergerai di wajahku. Aroma lezat masakan sudah tercium oleh hidungku, sepertinya ibu sudah mulai sibuk di dapur. Aku menggeser tubuhku untuk turun dari tempat tidur, namun belum sempat kakiku menyentuh lantai, tangan Mas Adnan dengan lembut menarikku kembali hingga aku berbaring di sampingnya, wajahnya yang tampan tersenyum manis menghiasi pagi itu. "Belum boleh pergi, masih pagi," bisikannya, membuatku tersenyum dan merasa hangat di hati."Gak enak mas, kayanya ibu udah sibuk di dapur," sahutku, mencoba melepaskan diri dari pelukannya. Namun, Mas Adnan mengeratkan pelukannya, ia menyusupkan wajahnya di ceruk leherku, membuatku merasa merinding dengan jantung berdebar kencang.Ibu bisa masak sendiri, yang penting kamu istirahat dulu," gumamnya, napas hangatnya mengenai ku

  • Dimadu Saat Koma   Kehangatan Dibalik Air Mata

    Dara menangis seraya memegang nisan yang bertuliskan nama Karin. Aku dan Mas Adnan ikut berjongkok di sampingnya dan mencoba untuk tetap menenangkan Dara."Dala mau bilang sesuatu. Tapi kalau mama di dalam, kedengelan gak, ya?" gumamnya nampak bingung."Gak papa sayang, bilang aja. Insyaallah mama denger kok. Jangan lupa, doain mama juga ya, biar mama bisa masuk surga," ucap Mas Adnan lembut.Dara mengangguk seraya menyeka air matanya. Ia kemudian membenarkan posisi jongkoknya agar lebih dekat lagi dengan nisan Karin. Ia bahkan sedikit mencondongkan tubuhnya seolah ia ingin berbisik pada nisan tersebut."Mama, Dala udah ambil keputusan, Dala gak mau ninggalin bunda. Dala mau tinggal sama ayah dan bunda aja. Bukan Dala gak sayang mama, tapi... Kak Lila bilang yang lahilin Dala itu bunda, dan katanya lahilin itu sakiiiit banget, Dala jadi kasian sama bunda," ucap Dara terbata-bata.Aku lagi-lagi terkejut dengan kata-kata Dara barusan. Entah apa sebabnya dia sampai bicara seperti itu."K

  • Dimadu Saat Koma   Kepolosan Dara

    "Ayah, mama mana?" tanya Dara, suara kecilnya memecah kesunyian."Uhukk!" Aku dan Mas Adnan yang sedang menikmati makanan langsung terbatuk serentak, saling menatap dengan rasa tidak enak. Kami tahu saatnya Dara harus tahu, tapi aku masih bingung memilih kata-kata yang tepat."Sayang, sebenarnya mama ada di suatu tempat... mungkin Dara tidak bisa bertemu lagi dengan mama," Mas Adnan akhirnya berbicara, suaranya lembut dan hati-hati."Dimana yah? Jauh, ya?" tanya Dara polos, mata besarnya penuh rasa ingin tahu.Aku dan Mas Adnan tersenyum getir, lalu aku mengusap rambut Dara dengan lembut. "Iya, sayang. Mama ada di surga," jawabku, mencoba menjelaskan dengan kata-kata yang sederhana."Mama pelgi kok gak bilang dulu sama Dala? Mama malah ya sama Dala?" gumam Dara, raut kecewanya terlihat jelas di wajahnya yang kecil. Aku merasa sakit hati melihatnya, kupeluk erat tubuhnya dan mencium pucuk kepalanya beberapa kali."Tapi Dara gak usah sedih. Ada ayah dan bunda yang akan selalu jagain D

  • Dimadu Saat Koma   Dilema

    "Ehm, Sayang, sebaiknya kita pulang sekarang. Kasihan Dara sudah kelamaan menunggu," ajak Mas Adnan memecah suasana.Akupun lantas mengiyakan ucapannya. Apalagi saat teringat pada janjiku semalam yang berencana mengajak Dara pergi ke kebun binatang hari ini. Namun, siapa sangka aku malah pergi ke pemakaman untuk mengantarkan Karin ke peristirahatan terakhirnya.Semoga saja Dara tidak rewel karena rencana kami batal."Ya sudah, kami permisi dulu!" ucap ibu pada Mas Feri dan Selvia.Mereka hanya mengangguk seraya tersenyum. Kulihat Selvia langsung berjongkok di depan pusara Karin seraya menabur bunga."Mas kenal Selvia?" tanyaku saat kami sudah berada dalam mobil.Mas Adnan menyeka keringat di dahinya. Ia kemudian menggeleng."Ibu kenal?" Kali ini aku menoleh pada ibu yang duduk di bangku belakang."Enggak, ibu baru kali ini bertemu dengan wanita itu," sahut ibu.Entah kenapa aku menangkap ada perbedaan emosi diantara ibu dan Mas Adnan saat menjawab pertanyaan ku. Ibu terkesan dan terli

  • Dimadu Saat Koma   Orang Baru

    Aku berdiri di depan pusara Karin, langit di atas tampak kelabu, seolah-olah turut berduka cita atas kepergiannya. Tak ada keluarga lain selain aku, Mas Adnan dan juga ibu yang mengantarkan Karin ke peristirahatan terakhirnya. Mas Adnan dan ibu berdiri di sampingku, wajah mereka dipenuhi dengan kesedihan. Aku memandang pusara Karin dengan mata yang berkaca-kaca, sementara Mas Adnan dan ibu hanya menundukkan kepala.Setelah beberapa saat keheningan, aku berjongkok, mengusap batu nisan bertuliskan nama Karin, aku masih hampir tak percaya Karin pergi secepat ini."Karin, aku tidak menyangka kamu pergi secepat ini. Bahkan, rasanya aku belum sempat meminta maaf padamu," ucapku pelan."Terlepas dari banyak nya konflik diantara kita, aku berterimakasih padamu karena sudah pernah menjadi mama yang baik bagi Dara. Terimakasih, karena kehadiranmu diantara kami juga sudah memberikan banyak sekali pelajaran berharga khususnya untukku," sambungku disusul air mata yang jatuh.Mas Adnan dan ibu men

  • Dimadu Saat Koma   POV Inara (Akhir Cerita)

    Entah harus mengatakannya dengan kesempatan kedua atau mungkin kesempatan ketiga. Intinya aku bersyukur Allah masih memberiku takdir umur panjang.Tak hanya itu, kali ini kebahagiaanku bertambah karena ibu kini sudah menyayangiku. Ia minta maaf dan mengatakan bahwa akan menganggap ku sebagai anak kandungnya sendiri.Alhamdulillah, segala puji aku panjatkan pada sang pemilik kehidupan. Doa dan kesabaranku selama ini akhirnya berbuah manis. Aku mendapatkan kembali apa yang seharusnya memang menjadi milikku.Hari ini aku diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Aku, Mas Adnan dan juga ibu segera bersiap dan mengurus administrasi."Mas Feri, makasih, ya!" ucapku saat tak sengaja berpapasan dengannya di depan meja administrasi."Iya, sama-sama! Sekali lagi ngucapin makasih, dapat hadiah piring cantik, loh!" sahutnya kemudian terkekeh.Aku, Mas Adnan dan ibu ikut terkekeh mendengarnya.Tadi kita memang sempat ngobrol banyak saat makan bersama. Aku juga sudah beberapa kali mengucapkan makasih

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status