author-banner
Bunga Peony
Bunga Peony
Author

Novels by Bunga Peony

Tukar Ranjang

Tukar Ranjang

Warning 21+ Cataleya begitu bahagia dengan pernikahannya walau belum juga dikaruniai keturunan di tahun kedua pernikahannya. Namun kebahagiaan itu hancur seketika setelah mendapati perselingkuhan sang suami di hari spesial yang dia siapkan. Dan ternyata selingkuhan suaminya adalah ....
Read
Chapter: Bab. 77
Selesai bekerja Nirwan tak langsung pulang ke rumah. Ia memilih duduk santai di jantung kota, di mana terdapat sebuah taman bermain yang cukup luas.Nirwan duduk di sebuah bangku panjang, di belakangnya terdapat deretan penjual makanan yang berbaris menjajakan makanannya. Matanya tertuju pada sebuah keluarga kecil di mana terdapat seorang anak perempuan yang berusia tak beda jauh dari Bintang. Anak perempuan itu terlihat manja dengan sang Ayah, bercanda sambil mengunyah gorengan yang mereka beli. "Andai Leya ada di sini, mungkin anak kamu sudah sebesar itu," gumam Nirwan sedih. Angin malam berembus pelan, membawa aroma gorengan dan tawa anak-anak yang masih bermain ayunan meski malam mulai merambat. Nirwan memejamkan mata sejenak, membiarkan kenangan tentang Leya mengendap di benaknya seperti kabut yang tak kunjung reda. Tanpa ia sadari sudut matanya pun mengeluarkan butiran kristal bening yang membuat pipinya basah. Spontan ia segera mengusapnya sebelum ada orang sekitar menyadar
Last Updated: 2025-07-05
Chapter: Bab. 76
Nirwan duduk di meja kerjanya, dia sedang memeriksa sebuah berkas penting ditemani Frederick, ia tengah menunggu berkas yang ditanda tangani atasannya itu."Apa jadwalku selanjutnya?" tanya Nirwan disela keheningan."Sebenarnya nanti sore anda harus menemui Nyonya Nawles untuk membicarakan perihal investasi perusahaan. Tetapi pihak dari Nyonya Nawles baru saja mengirim pesan kalau pertemuan itu diundur besok karena adanya urusan penting yang mendadak, " sahut Frederick menjelaskan. Nirwan mengangguk paham. "Atur ulang saja jadwalnya. Dan hari ini aku tak ingin diganggu siapa pun, termasuk dia. Jika dia memaksa, usir saja," pesan Nirwan sembari menyerahkan berkas yang sudah selesai ia periksa. Lelaki berambut keriting itu mengangguk. Tentu dirinya sangat faham dengan kata "dia" yang dimaksud Nirwan itu ditujukan pada siapa. Belum sempat Frederick melaksanakan tugasnya, sosok yang baru saja mereka bicarakan ternyata sudah lebih dulu muncul dengan mendorong pintu kaca itu tanpa izin.
Last Updated: 2025-07-04
Chapter: Bab. 75
five years later."Bintang jangan ke sana!" Liliana berlari tergopoh-gopoh mengejar bocah yang akan berumur lima tahun dalam waktu empat bulan lagi. Wajah tuanya tampak begitu letih. "Bintang, dengarkan Oma. Jangan ke sana!" Liliana yang hilang kesabarannya pun tanpa sadar menarik telinga bocah yang menyebabkan bocah tersebut menangis. Tangis Bintang pecah seperti pecahan kaca di tengah sore yang lengang. Liliana tertegun sesaat. Rasa bersalah merayap dari ujung jemari hingga ke dada, menyesakkan. Ia jongkok perlahan, meraih bocah itu yang kini mendongak dengan mata berkaca-kaca."Oma nggak bermaksud jahat, Nak," bisiknya, suaranya serak. Ia usap pelan pipi Bintang yang mulai memerah. "Oma cuma capek mengejar kamu yang berlari kesitu kemari sejak tadi."Bintang terisak, namun tubuh mungil itu seakan tak terima dengan perlakuannya. Bintang berlari menjauh ke arah kamarnya yang membuat Liliana menghela napas panjang. "Biar saya saja yang mengejarnya, Nyonya," ucap pelayan menawarkan
Last Updated: 2025-07-04
Chapter: Bab. 74
Silvia tersenyum tipis menatap pusara basah yang bertabur bunga itu. Hujan baru saja reda, menyisakan aroma tanah yang lembap dan angin sejuk yang mengelus pipinya.Para pelayat dan keluarga sudah pada pulang sedari tadi. Sementara dirinya sengaja muncul dari persembunyian setelah hujan reda. Silvia berjongkok perlahan, menyentuh kelopak bunga melati yang kotor dengan tanah di antara taburan warna-warni. "Tenang di sana ya!" bisiknya pelan, hampir tak terdengar, seakan hanya untuk dirinya sendiri."Kamu jangan khawatir, aku di sini yang akan menggantikan posisimu untuk menjaga semaunya, termasuk suamimu yang tercinta."Silvia tersenyum puas. Apa yang menjadi penghalang kini telah disingkirkan. Tinggal satu langkah lagi ia berjalan dan berakhir pada kemenangan. Tak ada rasa bersalah sedikitpun terbias di wajahnya, seakan ia sudah terbiasa. Setan mungkin akan bersujud di bawah kakinya karena tak mampu mengalahkan kehebatannya dalam menghabisi dua nyawa sekaligus. Silvia bangkit, mele
Last Updated: 2025-07-02
Chapter: Bab. 73
Setelah seminggu mengerahkan seluruh kemampuan untuk mencari keberadaan istrinya, akhirnya dia mendapatkan sebuah titik terang. Berdasarkan pemeriksaan CCTV yang telah di sadap oleh orang kepercayaannya, Nirwan mendapati Leya terakhir kali pergi ke rumah sakit. Rasa penasaran membawa Nirwan ke rumah sakit dan langsung mendapati sebuah kenyataan yang membuatnya terduduk lemas. Suasana rumah sakit saat itu terasa begitu hening, seolah seluruh dunia mendadak membeku di sekitarnya. Tangannya gemetar saat memegang kertas salinan hasil pemeriksaan. Bukan hanya karena kabar kehamilan itu datang tanpa diduga, tapi karena ini menyingkap sebuah rahasia yang selama ini tersembunyi darinya, bahkan dari orang yang paling dia percaya.Pertanyaan-pertanyaan mulai berdatangan. Kenapa Leya merahasiakan kehamilan ini? Apakah Leya merasa tak bisa mempercayainya? Atau… adakah alasan lain yang lebih dalam, lebih gelap, yang belum ia ketahui?"Silvia." Nirwan menyebut satu nama yang menjadi akar permas
Last Updated: 2025-07-02
Chapter: Bab. 72
"Tidak! Sampai kapan pun aku tidak akan menikahinya. Istriku hanya satu dan itu hanya Cataleya!" ucap Nirwan begitu tegas. Tatapan matanya yang tajam menunjukkan keyakinan yang tak tergoyahkan. Sudah satu Minggu keberadaan Leya tak jua ditemukan. Bayangan langit yang mulai meredup menyelimuti kota saat Nirwan berdiri di hadapan Liliana. Langit malam belum sepenuhnya gelap, tapi suasana di ruang tamu itu jauh lebih kelam daripada yang terlihat dari jendela besar di belakang Liliana.Ia berdiri mematung, memeluk syal tipis di tubuhnya seolah mencari kehangatan dari udara yang justru menyesakkan. Wajahnya tidak segarang biasanya—tapi lirih, ragu, dan penuh kekhawatiran seorang ibu yang merasa berada di batas akhir kesabarannya.“Nirwan,” ujarnya perlahan, nyaris berbisik. Pandangan matanya pilu menatap penampilan anaknya yang jauh dari sosok yang selama ini dia kenal. Kemeja putih yang Nirwan kenakan kini lusuh, penuh debu perjalanan dan sisa-sisa keputusasaan. Namun tatapannya tetap
Last Updated: 2025-07-01
Suami yang kukira cupu ternyata suhu.

Suami yang kukira cupu ternyata suhu.

Eliana tak pernah menyangka suaminya yg setia ternyata tak lebih dari tukang selingkuh. Semua itu baru dia ketahui setelah 3 tahun pernikahan mereka dan di saat dirinya tengah hamil. Bagaimana Elliana menghadapi kenyataan pahit itu? Mampukan dia mempertahankan pernikahannya? Atau justru memilih pergi dengan anak yang ada di dalam kandungannya?
Read
Chapter: 48. Alasan dibalik ajakan rujuk.
Grand opening pembukaan toko rotiku pun akhirnya tiba. Antusias para pengunjung membuat semangatku menyala. Aroma butter yang menguar dari dapur memenuhi seluruh ruangan. Tak hanya di bagian dalam, tetapi di bagian luar pun juga terlihat ramai dengan deretan papan bunga yang berjejer tersusun rapi. "Selamat ya El." Vee memberikan sekuntum besar bunga mawar merah padaku. Dia datang bersama Kak Bian. Lama tak melihat dirinya, ada rasa rindu yang tersirat di hati."Terima kasih." Aku meraih bunga yang diberikannya padaku. Kelopaknya yang segar begitu menggoda mata. "Jangan terima kasih padaku, tapi pada Kak Bian, bunga itu darinya."Aku tersenyum. Hari ini hatiku sedang bahagia. "Terima kasih Kak. Atas bunganya dan juga waktu yang kakak sempatkan untuk datang ke sini.""Sama-sama, El. Lama tidak berjumpa, kamu makin cantik dan sukses saja," pujinya membuat hati ini semakin bahagia. Hari ini seakan begitu banyak kupu-kupu yang bertebaran di dadaku. "Ayo kita ngobrol di dalam sambil me
Last Updated: 2024-11-15
Chapter: 47. Ayo rujuk kembali padaku.
"Aku benar-benar tak habis pikir, bisa-bisanya kamu bersikap baik sama orang lain yang baru saja kamu kenal, El."Vee terus saja mengomel sepanjang jalan hingga kami sampai di rumah. Caranya mengataiku bodoh seakan aku telah menghilangkan uang ratusan juta saja. "Aku hanya memberikannya sebagian pakaianku yang sudah tidak terpakai lagi. Bukan membiarkannya menempati rumah peninggalan Mama dan Papa. Aku rasa gak perlu dibesar-besarkan seperti ini," jawabku. Aku yang duduk di depan meja rias tengah melepaskan jam tangan dan meletakkannya kembali dalam kotak sebelum membersihkan diri ke kamar mandi. "Tapi kamu juga memberikannya pekerjaan."Aku berbalik menghadap ke arah Vee yang tengah duduk di pinggir ranjang seraya merengut. Tak biasanya dia bersikap kekanak-kanakan seperti ini. "Memangnya ada masalah apa? Kenapa kamu terlihat sensi padanya?" tanyaku lembut. Dalam beberapa hari belakangan ini terasa ada yang berbeda darinya. Vee mengalihkan pandangan matanya dariku. Dia seperti se
Last Updated: 2024-11-14
Chapter: 46. Istana yang terlupakan.
"Di mana rumahmu, biar kami antar," tawarku yang merasa kasihan dengannya. Aku sudah membawanya ke klinik terdekat, luka-lukanya yang tidak terlalu parah itu pun juga sudah di obati. Hanya saja pergelangan kakinya sedikit terkilir hingga dia terlihat kesusahan saat bergerak.Vee kembali menarik tanganku, sedari tadi dia terus mewanti-wantiku untuk tidak terlalu ikut campur. Kuakui penampilan wanita yang aku ketahui namanya Rani itu terlihat begitu terbuka. "Gak usah Mbak. Saya bisa pulang sendiri, nanti saya pesan ojek online saja," ucapnya segan. Jika dilihat-lihat dia cukup sopan untuk ukuran wanita yang menggunaka pakaian sedikit terbuka. "Gak apa, aku antar saja kamu pulang. Jangan sungkan. Oh ya, kalau aku boleh saran, sebaiknya besok bersepeda gunakan pakaian yang lebih panjang lagi biar kalau jatuh gak parah seperti ini."Aku tak tahu kenapa kalimat itu yang keluar dari mulutku. Jika dipikir-pikir tak ada hak untuk aku mengomentari penampilannya. Sebenarnya pakaian Rani ada
Last Updated: 2024-11-13
Chapter: 45. Memulai usaha baru.
Tiga hari aku tak bertemu lagi dengan Kak Bian. Aku yang selalu di rumah layaknya pengangguran kini mulai menyibukkan diri dengan rencana membuka toko bakery dengan seorang partner bisnis yang aku dapati saat ikut kelas baking. "Wah, mantap. Kapan kira-kira toko ini akan buka?" tanya Vee. Matanya menadang takjub pada penataan toko yang sedang dalam tahap finising tersebut. Hari ini dia libur dan ikut denganku untuk kontrol tukang yang menyelesaikan finishing renovasi rukoku ini. Aku memiliki satu deret ruko yang selama ini disewakan, kali ini dua pintu ruko akan aku gunakan untuk toko bakery. "Secepatnya. Tadi aku tanya sama tukangnya dalam seminggu tempat ini akan siap. Kalau tidak ada kendala awal bulan sudah bisa launching." Vee menganggukkan kepala kemudian meninggalkan aku untuk kembali melihat sekeliling. Aku justru memilih berdiskusi dengan Tissya. Wanita muda yang hanya tamatan sekolah menengah atas.Di umurnya yang
Last Updated: 2024-11-10
Chapter: 44. Musim semi.
Belum hilang keterkejutanku atas ucapannya, kini aku kembali dikagetkan dengan sebuah cincin berlian yang dia tunjukkan padaku.Aku bahkan tak tahu harus berkata apa. Seluruh tubuhku terpaku dengan lidah yang kelu. "Apa kamu mau menerimaku, El?" Suara lembut pria yang selalu aku anggap sebagai kakak lelaki ketimbang pasangan ini kembali membuyarkan lamunanku. Aku menatap wajahnya lekat. Apa yang kurang dari dirinya? Tak ada. Tapi rasa takut atas kegagalan rumah tangga sebelumnya membuatku tak berani melangkah. Aku menutup kotak merah tersebut."Kenapa?" tanya Kak Bian dengan nada kecewa. Sejak kapan dia memiliki perasaan denganku? Sejak dulu saat kami kerap bersama atau karena kasihan dengan nasibku yang akan menyandang status janda?"Aku baru saja berpisah dengan Mas Galuh dan bahkan palu hakim perceraianku saja belum di ketuk," jawabku jujur. Aku tak ingin kedekatan kami akan menjadi masalah untuk kedepannya. "Aku akan sabar menunggu.""Masih banyak perempuan lain yang pantas un
Last Updated: 2024-11-09
Chapter: 43. Lamaran dadakan.
Minggu pagi, udara begitu cerah tapi terasa melelahkan untukku. Hidup di rumah sendiri terasa begitu sunyi sehingga aku yang awalnya hanya ingin menginap sehari dua hari di rumah Vee, justru malah jadi keterusan. Keningku berkerut saat membuka kulkas, tak ada bahan makanan apa pun yang tersisa di sana. Baik aku ataupun Vee jarang sekali memasak di rumah ini, entah kenapa hari ini aku ingin makan siang dengan masakanku sendiri.Jadi di sinilah aku sekarang, di pusat perbelanjaan yang cukup besar di kotaku. Baru masuk pintu moll aku langsung menuju Alfamart yang ada di lantai bawah. Aku suka berbelanja di Alfamart yang ada di moll ini, selain lebih besar dan luas bahan makanan pun dijual lebih lengkap dan juga fress.Ayam, ikan, nugget dan juga telur omega sudah tersusun di dalam troliku, aku kembali berjalan sembari mata melirik ke kiri dan ke kanan untuk melihat-lihat apa lagi yang ingin aku beli dan berhenti di depan rak buah-buahan yang tersusun perkelompok."Wah kebetulan sekali
Last Updated: 2024-11-07
You may also like
Biarkan Aku Pergi!
Biarkan Aku Pergi!
Romansa · Selatan Dangkal
6.0M views
Saat Matanya Terbuka
Saat Matanya Terbuka
Romansa · Kesunyian Sederhana
4.7M views
Istri Gelap Tuan Arrogant
Istri Gelap Tuan Arrogant
Romansa · Ipak Munthe
4.1M views
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status