Chapter: Bab. 109"Perbedaan?" Nadira menaikkan salah satu alihnya pertanda ia mulai tertarik dengan obrolan mereka yang canggung. “Iya, sikap manjamu seakan tak bisa melakukan apa pun—berbanding terbalik dengan Leya yang selalu mandiri.” Nirwan mengatakannya dengan nada hati-hati, seolah setiap kata dipilih agar tidak melukai. Tetapi kalimat itu tetap saja membuat dada Nadira menghangat, bukan marah, hanya … tersentuh dan sedikit tersindir. “Manja?” Nadira mengulang kata itu sambil menyandarkan kepala pada jendela, matanya mengarah ke jalanan yang padat. “Aku tidak manja. Aku hanya … terbiasa ditemani.” Nirwan melirik sekilas. “Itu bukan sesuatu yang buruk, kamu tahu. Sikapmu membuatku seakan dibutuhkan." Nadira memajukan bibirnya seraya berdecak. "Memangnya kapan aku bersikap manja padamu?" Nadira mencoba mengingat-ingat setiap hal yang ia lakukan pada saat mereka bersama. Ia merasa dirinya tak bersikap seperti yang Nirwan ucap
Terakhir Diperbarui: 2025-12-02
Chapter: Bab. 108Silvia kembali datang ke kediaman keluarga Anggara, seperti halnya yang sering ia lakukan di masa lalu. Ia kerap datang hanya untuk meminta biaya hidup berdalih dengan alasan Bintang. "Kenapa tidak kamu bawa Bintang ke sini? Bagaimana kondisinya, apa dia sehat?" tanya Liliana setelah menyerahkan uang yang ada di dalam amplop ke tangan Silvia. Silvia tersenyum bahagia. Amplop coklat yang ia pegang terasa tebal. "Keadaannya sehat," jawabnya acuh tak acuh. Silvia mengintip ke dalam amplop tersebut, memeriksa sekilas lembaran uang pecahan berwarna biru itu."Bawa Bintang ke sini, biar Mama yang merawatnya. Mama yakin kamu tak akan mungkin merawatnya dengan baik. Kasihan anak itu ... dia pasti kesepian seorang diri di rumat setiap kamu tinggal begini."Liliana menghela napas panjang, suaranya bergetar oleh kekhawatiran yang sudah lama ia tahan. Namun Silvia hanya menutup amplop itu, meremasnya sedikit seolah memastikan isinya benar-benar nyata, lalu memasukkannya k
Terakhir Diperbarui: 2025-12-02
Chapter: Bab. 107Hari ini hari di mana Mas Abram melamarku. Ia begitu romantis, baik dan juga penyayang. Katakan ... apa lagi yang membuatku menolaknya? "Abram?" gumam Nadira setelah membaca bait pertama pada bagian depan buku tersebut. "Sepertinya buku ini adalah dairy pribadiku." Nadira mencoba mengingat apakah ada memory yang tersimpan di kepalanya, namun nihil. Ia kembali membaca kelanjutan yang tertulis di dalamnya. Semua hal yang telah terjadi dari hari ke hari, tertulis dengan singkat dan jelas di dalam buku tersebut hingga sebuah perselingkuhan yang membawa nama Arsya di sebutkan di dalamnya. Nadira menutup mulutnya karena terkejut. Ia kembali teringat pada percakapan antara dirinya dan Arsya terakhir kali. "Jadi apa yang dia katakan saat itu semuanya bohong. Pintar sekali dia memutar balikkan fakta," ujarnya geram. Nadira ingin kembali melanjutkan kembali membaca isi dari buku tersebut, namun ia kembali teringat akan sesuatu. Na
Terakhir Diperbarui: 2025-11-29
Chapter: Bab. 106Semalaman Nadira tak bisa tidur. Perbincangannya dengan Sartika terus hingga di kepalanya. Kemungkinan-kemungkinan buruk di balik peristiwa kelam yang telah ia hadapi dan belum semuanya ia ingat. Detak jam pun terus berputar menjadi teman dalam keheningan malamnya. Hingga jam berputar di angka tiga subuh barulah mata dengan bulu lentik itu terpejam. Dengkuran kecil terdengar dari bibir tanpa ronanya. Semilir angin subuh menyelinap lewat celah jendela kamar, menggoyangkan tirai tipis yang menggantung lemas. Nadira tidak merasakannya. Tubuhnya akhirnya menyerah setelah berjam-jam dipaksa berjaga. Namun ketenangan itu tidak bertahan lama. Sekitar satu jam setelah ia terlelap, napasnya mulai tidak stabil. Alisnya berkerut, seperti seseorang yang tengah mencoba melawan sesuatu dalam mimpi. Jari-jari tangannya sedikit menggenggam seprai, seolah ingin berpegangan pada sesuatu yang tak ada wujudnya. Dalam tidurnya, bayangan samar itu kemba
Terakhir Diperbarui: 2025-11-28
Chapter: Bab. 105Silvia duduk di ruang tamu seolah tempat itu miliknya. Gerakannya tenang—terlalu tenang. Dress birunya rapi tanpa satu kerutan, rambut diikat rapi, namun kantung mata hitam yang ia tutupi dengan concealer tetap mencolok. Concealer itu tidak mampu menyembunyikan kelelahan yang sudah berhari-hari terpendam, apalagi kegelisahan yang lebih dalam daripada yang ia perlihatkan.Liliana memperhatikannya dari seberang meja. Alisnya terangkat sedikit. Ada sesuatu dalam cara Silvia menautkan kaki dan menyandarkan tubuh, suatu ketenangan yang tidak wajar, ketenangan yang justru menimbulkan rasa was-was. Ruang tamu itu hening, tetapi Liliana merasakan ketegangan seperti selimut tipis yang mencekik.“Kenapa kamu hanya datang sendirian? Di mana Bintang?” akhirnya ia bertanya, suaranya terkontrol tetapi dingin.Silvia tidak langsung menjawab. Ia mengusap ujung lengannya, gerakan kecil yang tampak seperti refleks untuk menenangkan diri. Senyumnya tetap, tapi retakan itu terliha
Terakhir Diperbarui: 2025-11-27
Chapter: Bab. 104“Dari mana kamu mendapatkan foto ini, Nak?” Pertanyaan itu terdengar pelan, hampir seperti bisikan. Bukan kemarahan, namun lebih seperti seseorang yang baru saja dipaksa membuka luka lama. Nadira berdiri kaku. Ia tidak menduga respon ibunya akan seperti ini. “Aku … menemukan itu di dalam buku tua, Ma. Yang ada di rak paling bawah.” Sartika tidak menjawab. Ia hanya menatap foto itu lama sekali, jauh lebih lama daripada seharusnya. Sorot matanya melembut, tapi bukan lembut yang nyaman—melainkan lembut yang patah. “Buku itu Mama simpan supaya … tidak ada yang menemukannya lagi,” ucapnya dengan suara serak. Tatapan mata yang rapuh itu cukup menjelaskan beberapa hal tentang gadis yang ada di dalam foto. Nadira menelan ludah. “Apa wanita itu sangat berharga bagi Mama. Siapa dia?” “Tentu saja sangat berharga dan tak tergantikan,” potong Sartika cepat, tapi nada suaranya rapuh. “Dia sosok yang selalu Mama rindukan hingga detik ini.
Terakhir Diperbarui: 2025-11-24
Chapter: 48. Alasan dibalik ajakan rujuk.Grand opening pembukaan toko rotiku pun akhirnya tiba. Antusias para pengunjung membuat semangatku menyala. Aroma butter yang menguar dari dapur memenuhi seluruh ruangan. Tak hanya di bagian dalam, tetapi di bagian luar pun juga terlihat ramai dengan deretan papan bunga yang berjejer tersusun rapi. "Selamat ya El." Vee memberikan sekuntum besar bunga mawar merah padaku. Dia datang bersama Kak Bian. Lama tak melihat dirinya, ada rasa rindu yang tersirat di hati."Terima kasih." Aku meraih bunga yang diberikannya padaku. Kelopaknya yang segar begitu menggoda mata. "Jangan terima kasih padaku, tapi pada Kak Bian, bunga itu darinya."Aku tersenyum. Hari ini hatiku sedang bahagia. "Terima kasih Kak. Atas bunganya dan juga waktu yang kakak sempatkan untuk datang ke sini.""Sama-sama, El. Lama tidak berjumpa, kamu makin cantik dan sukses saja," pujinya membuat hati ini semakin bahagia. Hari ini seakan begitu banyak kupu-kupu yang bertebaran di dadaku. "Ayo kita ngobrol di dalam sambil me
Terakhir Diperbarui: 2024-11-15
Chapter: 47. Ayo rujuk kembali padaku."Aku benar-benar tak habis pikir, bisa-bisanya kamu bersikap baik sama orang lain yang baru saja kamu kenal, El."Vee terus saja mengomel sepanjang jalan hingga kami sampai di rumah. Caranya mengataiku bodoh seakan aku telah menghilangkan uang ratusan juta saja. "Aku hanya memberikannya sebagian pakaianku yang sudah tidak terpakai lagi. Bukan membiarkannya menempati rumah peninggalan Mama dan Papa. Aku rasa gak perlu dibesar-besarkan seperti ini," jawabku. Aku yang duduk di depan meja rias tengah melepaskan jam tangan dan meletakkannya kembali dalam kotak sebelum membersihkan diri ke kamar mandi. "Tapi kamu juga memberikannya pekerjaan."Aku berbalik menghadap ke arah Vee yang tengah duduk di pinggir ranjang seraya merengut. Tak biasanya dia bersikap kekanak-kanakan seperti ini. "Memangnya ada masalah apa? Kenapa kamu terlihat sensi padanya?" tanyaku lembut. Dalam beberapa hari belakangan ini terasa ada yang berbeda darinya. Vee mengalihkan pandangan matanya dariku. Dia seperti se
Terakhir Diperbarui: 2024-11-14
Chapter: 46. Istana yang terlupakan."Di mana rumahmu, biar kami antar," tawarku yang merasa kasihan dengannya. Aku sudah membawanya ke klinik terdekat, luka-lukanya yang tidak terlalu parah itu pun juga sudah di obati. Hanya saja pergelangan kakinya sedikit terkilir hingga dia terlihat kesusahan saat bergerak.Vee kembali menarik tanganku, sedari tadi dia terus mewanti-wantiku untuk tidak terlalu ikut campur. Kuakui penampilan wanita yang aku ketahui namanya Rani itu terlihat begitu terbuka. "Gak usah Mbak. Saya bisa pulang sendiri, nanti saya pesan ojek online saja," ucapnya segan. Jika dilihat-lihat dia cukup sopan untuk ukuran wanita yang menggunaka pakaian sedikit terbuka. "Gak apa, aku antar saja kamu pulang. Jangan sungkan. Oh ya, kalau aku boleh saran, sebaiknya besok bersepeda gunakan pakaian yang lebih panjang lagi biar kalau jatuh gak parah seperti ini."Aku tak tahu kenapa kalimat itu yang keluar dari mulutku. Jika dipikir-pikir tak ada hak untuk aku mengomentari penampilannya. Sebenarnya pakaian Rani ada
Terakhir Diperbarui: 2024-11-13
Chapter: 45. Memulai usaha baru. Tiga hari aku tak bertemu lagi dengan Kak Bian. Aku yang selalu di rumah layaknya pengangguran kini mulai menyibukkan diri dengan rencana membuka toko bakery dengan seorang partner bisnis yang aku dapati saat ikut kelas baking. "Wah, mantap. Kapan kira-kira toko ini akan buka?" tanya Vee. Matanya menadang takjub pada penataan toko yang sedang dalam tahap finising tersebut. Hari ini dia libur dan ikut denganku untuk kontrol tukang yang menyelesaikan finishing renovasi rukoku ini. Aku memiliki satu deret ruko yang selama ini disewakan, kali ini dua pintu ruko akan aku gunakan untuk toko bakery. "Secepatnya. Tadi aku tanya sama tukangnya dalam seminggu tempat ini akan siap. Kalau tidak ada kendala awal bulan sudah bisa launching." Vee menganggukkan kepala kemudian meninggalkan aku untuk kembali melihat sekeliling. Aku justru memilih berdiskusi dengan Tissya. Wanita muda yang hanya tamatan sekolah menengah atas.Di umurnya yang
Terakhir Diperbarui: 2024-11-10
Chapter: 44. Musim semi.Belum hilang keterkejutanku atas ucapannya, kini aku kembali dikagetkan dengan sebuah cincin berlian yang dia tunjukkan padaku.Aku bahkan tak tahu harus berkata apa. Seluruh tubuhku terpaku dengan lidah yang kelu. "Apa kamu mau menerimaku, El?" Suara lembut pria yang selalu aku anggap sebagai kakak lelaki ketimbang pasangan ini kembali membuyarkan lamunanku. Aku menatap wajahnya lekat. Apa yang kurang dari dirinya? Tak ada. Tapi rasa takut atas kegagalan rumah tangga sebelumnya membuatku tak berani melangkah. Aku menutup kotak merah tersebut."Kenapa?" tanya Kak Bian dengan nada kecewa. Sejak kapan dia memiliki perasaan denganku? Sejak dulu saat kami kerap bersama atau karena kasihan dengan nasibku yang akan menyandang status janda?"Aku baru saja berpisah dengan Mas Galuh dan bahkan palu hakim perceraianku saja belum di ketuk," jawabku jujur. Aku tak ingin kedekatan kami akan menjadi masalah untuk kedepannya. "Aku akan sabar menunggu.""Masih banyak perempuan lain yang pantas un
Terakhir Diperbarui: 2024-11-09
Chapter: 43. Lamaran dadakan.Minggu pagi, udara begitu cerah tapi terasa melelahkan untukku. Hidup di rumah sendiri terasa begitu sunyi sehingga aku yang awalnya hanya ingin menginap sehari dua hari di rumah Vee, justru malah jadi keterusan. Keningku berkerut saat membuka kulkas, tak ada bahan makanan apa pun yang tersisa di sana. Baik aku ataupun Vee jarang sekali memasak di rumah ini, entah kenapa hari ini aku ingin makan siang dengan masakanku sendiri.Jadi di sinilah aku sekarang, di pusat perbelanjaan yang cukup besar di kotaku. Baru masuk pintu moll aku langsung menuju Alfamart yang ada di lantai bawah. Aku suka berbelanja di Alfamart yang ada di moll ini, selain lebih besar dan luas bahan makanan pun dijual lebih lengkap dan juga fress.Ayam, ikan, nugget dan juga telur omega sudah tersusun di dalam troliku, aku kembali berjalan sembari mata melirik ke kiri dan ke kanan untuk melihat-lihat apa lagi yang ingin aku beli dan berhenti di depan rak buah-buahan yang tersusun perkelompok."Wah kebetulan sekali
Terakhir Diperbarui: 2024-11-07