author-banner
Kurisinasan
Kurisinasan
Author

Novels by Kurisinasan

Love, Lies, and The Price of Desire

Love, Lies, and The Price of Desire

Cinta, Dusta, dan Harga Sebuah Hasrat. Sebuah Drama tentang pengkhianatan, ketangguhan, dan penebusan di mana ambisi pribadi saling bertabrakan. Rinjani Wardhani muncul sebagai simbol ketegaran dan kreativitas, menantang ekspektasi yang menyesakkan dari keluarganya yang konservatif. Seorang perancang busana berbakat yang dimanipulasi oleh ibu dan saudari tirinya serta ayahnya yang apatis. Raynar Wiyasa Nawasena, seorang pewaris perusahaan besar di usia yang terbilang muda, berjuang dengan kekosongan emosional, yang hidupnya menjadi terkait erat dengan kehidupan Rinjani melalui pertemuan tak terduga. Namun, romansa yang bersemi di antara mereka segera terancam oleh tipu daya Citra dan Zora-ibu dan saudari tiri Rinjani demi mempertahankan kekuasaan dan status. Rinjani terusir dari rumahnya dan sedang berupaya menata kembali kehidupannya di sebuah desa yang tenang bersama mantan pengasuh dan anak kembarnya ketika salah satu bayinya diculik. Pasang surut emosi, pengkhianatan, persaingan profesional, dan dendam pribadi menjadi guratan sketsa kehidupannya. Akankah ambisi Rinjani untuk memperjuangkan apa yang menjadi hak-haknya akan termakan oleh ambisi mereka yang berusaha menghancurkannya?
Read
Chapter: TIGA PULUH EMPAT
Lila dan Rinjani saling bertukar tatapan penuh harap.“Tidak semua, tapi setidaknya–” Rhea berhenti, meringis pada sebuah halaman yang berkilauan. “Tekanan dari krayon merusak beberapa detail, dan lem glitter ini–”“Tapi ini sesuatu,” kata Lila, merasakan secercah harapan.Gusti kembali ke meja, menyeimbangkan piring yang dibawanya.“Aku putuskan untuk makan sehat,” katanya sambil kembali duduk. “Jadi kupilih telur dadar gosong yang tebal dengan topping putih telur kocok.” Ia menunjuk pada brownies besar yang diberi topping es krim vanila.Rinjani sontak terkekeh. Suaranya kecil tapi bisa mencairkan ketegangan yang membelit dadanya. Lila menggelengkan kepala, sebuah senyum enggan terbersit di bibirnya. Bahkan ekspresi serius Rhea pun sedikit retak.“Cuma kamu, Gus,” sahut Lila, ”yang bisa bercanda di saat seperti ini.”“Hey, apa jadin
Last Updated: 2025-06-24
Chapter: TIGA PULUH TIGA
Rinjani memasukkan kunci ke dalam pintu apartemennya dengan tenang. Beban hari ini menekan pundaknya, tapi satu harapan masih tersisa. Ia mendorong pintu dan melangkah masuk.Aroma tipis melati dari pengharum ruangan kesukaan Bibi Sari menyambut kedatangannya. Apartemen itu sunyi, kecuali dengungan lembut pendingin ruangan dan suara anak-anak bermain di taman bermain terbuka.Rinjani melepas sepatu hak tingginya dan langsung menuju kamar tidurnya. Kakinya melangkah tak bersuara di lantai kayu. Pintunya terbuka sebagian, dan ia mendorongnya lebih lebar, langsung menuju laci bawah meja rias tempat ia menaruh buku sketsa itu.Ia berlutut, membuka laci itu. Kosong.“Tidak,” bisiknya, jari-jarinya panik mencari-cari isi laci. “Tidak, tidak.”Ia kembali duduk di atas tumitnya, menoleh ke kanan-kiri. Apakah ia telah memindahkannya? Apa sebenarnya ia tak menyimpan buku itu di laci?Rinjani memejamkan matanya. Lalu, ia berdiri, bergerak menuju lemari, lalu ke rak di atas meja, mencari setiap t
Last Updated: 2025-06-23
Chapter: TIGA PULUH DUA
Sementara itu, di kantor WN Group, Lila berdiri menghadap jendela, punggungnya tegak dan tegang. Di belakangnya, Rhea dan Gusti saling bertukar pandang dengan gelisah.Baru saja Rawindra memberi tahu mereka bahwa rekaman CCTV menunjukkan sesuatu yang aneh: seorang petugas kebersihan memasuki studio mereka. Dua puluh tujuh menit setelah mereka keluar dari sana, dua jam lebih awal dari jadwal pembersihan rutin."Sepertinya kita tahu bagaimana flash drive itu bisa ada di laptopmu," ujar Rhea, menyesap kopinya yang sudah dingin.Gusti menggigit bibir bawahnya. ""Tapi jika petugas kebersihan itu ditangkap, ia bisa menjadi saksi siapa--""Kupikir tidak," potong Lila, menatap tajam. "Wanita itu tidak bodoh untuk menyuap petugas kebersihan kantor.""Kenapa tidak?" Rhea bangkit dari duduknya.Lila memandang sekilas ke arah langit-langit, lalu ke sekeliling ruangan, seakan mencari sesuatu. Ia berjalan ke arah radio kecil di pojok ruangan, men
Last Updated: 2025-06-22
Chapter: TIGA PULUH SATU
Kembali ke studio Lila, Rawindra menyiapkan laptop yang bersih dan bekerja sama dengan Pak Dharma. Mereka mengisolasi sistem jaringan perusahaan untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.Pak Dharma menggelengkan kepalanya dengan muram. “Ini sulit. Malware-nya merusak cadangan server. Pembuatnya tahu persis protokol pemulihan data server kita.”“Siapapun yang melakukan ini tahu persis apa yang mereka incar,” tambah Rawindra.Rhea mondar-mandir di studio, kemarahan memancar dari dirinya seperti panas. “Kita harus memanggil polisi. Ini jelas-jelas sabotase.”“Lalu bilang apa, Nek?” Gusti bertanya. “Bahwa kita curiga kolega sendiri tapi tidak punya bukti?”“Kita punya flashdisk-nya,” Lila menunjukkan. “Pak Dharma, bisa Anda lacak dari mana asalnya?”Pria setengah baya itu tampak ragu, menggaruk kepalanya yang botak sebagian. “Saya bisa mencoba, tapi ini jelas direncanakan dengan matang–”“CCTV. Saya akan telusuri sekarang. Permisi, Bu.“Lila sedikit terkejut dengan semangat Rawindra. Pak Dh
Last Updated: 2025-06-21
Chapter: TIGA PULUH
Awan mendung yang bergelayut di cakrawala Muliakarta pagi ini nampak kontras dengan keceriaan seorang lelaki muda. Rawindra membetulkan kaca spion tengah mobilnya ketika berhenti di salah satu lampu merah perempatan besar, senyuman tipis tersungging di bibirnya.Di kursi penumpang terdapat sebuah portofolio kulit yang penuh dengan foto-foto permata - zamrud, safir, rubi - yang dikatalogkan dengan teliti. Setiap batu mewakili potensi untuk bisnis istrinya.“Delapan bulan menikah, dan sudah membangun sesuatu bersama,” gumamnya, membayangkan tanggapan antusias Lila Anindya terhadap sampelnya.Salah satu pemimpin tim rancangan busana ingin melihat kemungkinan untuk bekerjasama, berbicara tentang penyematan permata pada rancangannya, tentu saja itu membuat Rawindra dan istrinya gembira. Sebuah kolaborasi yang dapat menempatkan bisnis permata istrinya di peta strategis, dan yang lebih penting bagi Rawindra adalah kebanggan pribadi sebagai suami atas kontribusi terhadap istri yang ia sayangi
Last Updated: 2025-06-20
Chapter: DUA PULUH SEMBILAN
Beberapa menit yang lalu, Vivian telah memindai kantor pusat WN Group seakan baru pertama kali melihatnya. Matanya berkelana pada staf kantor yang melakukan rutinitas mereka, petugas keamanan berjaga di pos-pos tertentu, termasuk posisi-posisi kamera CCTV di sepanjang rute perjalanannya masuk ke studio.Kini, Vivian bersandar di jendela besar ruang studionya. Hiruk pikuk jalanan ibukota Muliakarta bermandikan warna keemasan lembut matahari pagi, membentang dari bawah lantai dua belas kantor pusat WN Group. Ia merasa berbeda, bukan hanya karena udara terasa lebih segar atau karena kopinya terasa lebih aromatik. Mata Vivian menatap hari ini dengan harapan tinggi–rencana besar yang akan berjalan sesuai keinginannya.Kuku telunjuknya mengetuk-ngetuk cangkir saat ia mengamati gambar latar pada layar ponselnya–sebuah tulisan terpampang di sana: “If nothing goes right, goes left.”Vivian terdiam sejenak sebelum sesaat kemudian senyum tipisnya merekah.“Tak hanya ke kiri, aku akan pergi ke ma
Last Updated: 2025-06-19
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status