Chapter: Bab 22. CemburuDavin bersandar di pintu, menghembuskan napas panjang. “Nyaris saja,” gumamnya pelan, tapi matanya tak lepas dari wajah Dina. Tatapan itu membuat jantung Dina berdetak tak karuan. Apalagi melihat bibir Davin yang baru saja mengecup Natania, ada dorongan aneh dalam dirinya untuk menghapus jejak itu. Ia menggeleng pelan, menepis pikirannya sendiri. “Mas Davin …,” panggil Dina. “Aku harus pergi. Aku harus kembali ke kamar. Mas Arka mungkin sudah mencariku.”Davin melangkah mendekat. “Pergi?” ujarnya rendah. “Kita baru saja memulainya, Dina.” Namun Dina cepat menggeleng. “Tidak, Mas. Ini sudah terlalu jauh,” potongnya tegas. Ia menatap lantai, tak berani menatap mata Davin. “Kalau saja Natania tidak datang …,” katanya tak sanggup melanjutkan, suaranya tenggelam di antara napas berat dan penyesalan.“Tapi kamu tidak menyesal, kan?” potong Davin cepat. “Jujurlah, Dina. Apa kamu menyesal dengan semua yang sudah terjadi antara kita?” Dina terdiam, sementara Davin melanjutkan, “Aku senang
Huling Na-update: 2025-10-30
Chapter: Bab 21. Kejutan“Abaikan saja, nanti juga pergi sendiri!” ucap Davin serak.Ia kembali menempelkan bibirnya di pipi Dina, lembut tapi penuh hasrat. Baru saja Dina mulai larut, suara ketukan di pintu terdengar lagi, berulang dan mengganggu. Dina spontan mendorong pelan dada Davin, membuatnya memejam mata dan mendesah pelan, jelas kesal karena momen mereka kembali terhenti.“Mas, sepertinya ada tamu atau mungkin petugas hotel,” ucap Dina berusaha menyingkir dari pelukan Davin.“Kalau petugas hotel, mereka pasti bersuara,” ujarnya dengan nada jengkel. Ia kembali ingin mencium Dina, tapi ketukan itu terus muncul.“Mas Davin, lebih baik diperiksa dulu saja. Siapa tahu penting,” pinta Dina lembut. Ia menyingkirkan tangan Davin dari pinggulnya, lalu beranjak turun dari tempat tidur. Dengan gerakan cepat, ia meraih bajunya yang sempat terlepas dan mengenakannya kembali.Davin mengusap rambutnya kasar, wajahnya menunjukkan jelas rasa frustasi. Ia mengambil napas panjang, mencoba menahan emosi yang nyaris mele
Huling Na-update: 2025-10-30
Chapter: Bab 20. Jangan menyebut namanya“Mas—” suara Dina tersangkut di tenggorokan. Ia ingin bicara, tapi yang keluar hanya desahan pelan. Dadanya naik-turun cepat, berusaha menenangkan diri.Davin menatapnya penuh cemas. Dengan lembut, ia mengulurkan tangan dan membelai kepala Dina, gerakannya pelan dan menenangkan. “Tenanglah ada aku di sini,” ujarnya.Dina memejamkan mata sejenak. Sentuhan itu membuat dadanya bergetar.Davin membawa Dina ke kamarnya dengan langkah cepat tapi hati-hati. Dina menunduk, bahunya bergetar halus, sementara Davin menggenggam tangannya erat agar tidak goyah.Begitu pintu kamar tertutup, Dina langsung terisak. Davin tetap tenang, menarik napas dalam, lalu meraih tisu di meja dan menyerahkan padanya.“Duduk dulu.” Dina menuruti, perlahan duduk di tepi ranjang.Davin menatapnya penuh kekhawatiran. “Kamu baik-baik saja?” Dina menggeleng pelan.“Kamu tidak pantas diperlakukan seperti itu,” lanjut Davin, nadanya menahan amarah.Dina menunduk, mengusap mata yang masih basah dengan tisu. Setelah itu i
Huling Na-update: 2025-10-29
Chapter: Bab 19. Mulai curigaDina refleks menoleh. Dadanya berdebar keras saat melihat Arka berdiri beberapa langkah di belakang, tangan dimasukkan ke saku celana, bahunya sedikit menegang. Tatapan matanya tajam, bergantian mengarah pada Dina dan Davin.Dina segera melangkah mendekat, mencoba meredam suasana sebelum memburuk. Ia menggenggam lengan Arka pelan, lalu berujar dengan tergesa, “Mas, jangan salah paham. Aku cuma tidak sengaja bertemu Mas Davin di sini. Kami hanya ngobrol sebentar.”Arka tidak menjawab. Pandangannya terpaku pada Dina, lalu beralih ke Davin.Dina menatap Davin dengan wajah cemas, sementara Davin berdiri tenang, tidak menunjukkan rasa bersalah sedikit pun. Diamnya justru membuat Dina makin gelisah.Hening menegang di antara mereka sampai akhirnya Davin membuka suara. “Dina benar. Kami memang tidak sengaja bertemu. Aku mengajaknya mengobrol sebentar karena sendirian dan butuh teman,” katanya tenang.Arka mengangkat alis. “Kalau butuh teman, kamu bisa menghubungiku.”“Dina bilang kamu sedang
Huling Na-update: 2025-10-29
Chapter: Bab 18. Hanya mengobrolDina tersenyum sopan, hatinya tiba-tiba terasa hangat dan bersemangat tanpa tahu alasannya.“Mungkin,” jawabnya pelan.Melihat reaksi Dina yang tidak menolaknya, Davin tampak lega. “Sekarang mau ke mana?” tanyanya, menatap Dina dengan penuh perhatian.“Cuma jalan-jalan sebentar melihat sekitar hotel,” jawab Dina.“Mau aku temani?” tawar Davin, suaranya ringan tapi ada sedikit harap di ujung kata-katanya.Dina sempat ragu. Tapi mengingat Arka sedang tidur setelah perjalanan panjang, ia berpikir tidak ada salahnya menerima tawaran itu. “Boleh,” jawabnya akhirnya.Mereka berjalan beriringan keluar lift menuju lobi, lalu menyeberang ke taman kecil di sisi hotel. Udara sore itu terasa lembut, angin berhembus pelan di antara pepohonan dan pot-pot besar berisi tanaman hias.Mereka berjalan perlahan di jalan setapak yang dikelilingi bunga dan pepohonan rindang. Sesekali terdengar suara air mancur kecil di tengah taman, membuat suasana terasa tenang.“Udara di sini segar, ya,” tutur Dina, mem
Huling Na-update: 2025-10-28
Chapter: Bab 17. Perjalanan bisnis[Aku sudah bilang padanya kalau aku cuma mampir sebentar, ngobrol sebentar sama kamu, lalu pulang.]“Iya, Mas. Maaf sudah merepotkan. Harusnya waktu kamu datang, aku langsung kasih tau Mas Arka. Apa dia marah padamu?”[Tidak, sih. Cuma bilang, kalau ada keperluan sebaiknya langsung temui dia saja.]“Begitu, ya.”[Dia tidak memarahimu, kan?]“Tidak, Mas,” jawab Dina pelan, jemarinya sibuk memainkan ujung bajunya. Ia tampak ragu mengatakan yang sebenarnya. [Syukurlah. Aku tahu sifat cemburunya agak berlebihan.]Dina tersenyum getir. “Tidak apa-apa, Mas. Aku anggap itu hal yang wajar untuk seorang suami.”[Hm, begitu, ya? Baiklah.]Panggilan berakhir dengan suara tawa kecil di ujung sambungan. Dina menatap layar ponselnya beberapa saat, ia menarik napas panjang. Entah kenapa, nada suara Davin selalu mampu menenangkan pikirannya.Malam pun tiba, Dina duduk di depan meja rias membelakangi Arka yang tengah bersandar di ranjang sambil memeriksa beberapa berkas di tabletnya. Jemarinya sibuk
Huling Na-update: 2025-10-28
Chapter: Bab 139. Headliner9 bulan kemudian. Di ruang bersalin, semua menunggu dengan cemas di depan pintu. Ratna, Laura, dan Raden—mereka semua tak ingin melewatkan momen penting itu.Tapi di tengah keheningan itu, tiba-tiba, suasana berubah menjadi genting ketika terdengar suara tangisan Jonathan dari dalam ruangan.Wajah mereka seketika pucat dan panik. Laura menggenggam erat tangan rapuh Ratna, mencoba menenangkan diri sendiri sekaligus orang di sampingnya.“Apa yang terjadi di dalam? Kenapa Jonathan menangis di sana?” tanya Laura dengan suara gemetar, matanya menatap Ratna penuh kekhawatiran. Ia juga hampir tak kuasa menahan tangis karena mulai memikirkan bagian terburuk. Ratna semakin cemas. Suara tangisan Jonathan terdengar begitu keras hingga membuat jantungnya ikut berdebar.“Semoga cucu dan menantuku baik-baik saja, Tuhan… Kami memohon padaMu,” doa Laura lirih, suaranya dipenuhi harap dan kecemasan.Sementara itu, di ruang bersalin, Amel yang tengah menahan sakit juga harus menenangkan Jonathan yang
Huling Na-update: 2025-09-30
Chapter: Bab 138. Akhir bahagiaBeberapa bulan berlalu, kehidupan rumah tangga Amel dan Jonathan berjalan begitu harmonis. Namun, pagi itu Amel terbangun dengan tubuh yang terasa lemah, perutnya mual, dan muntah-muntah untuk kesekian kalinya. Wajahnya pucat, tubuhnya lunglai, hingga membuat Jonathan benar-benar khawatir.“Ayo kita ke rumah sakit,” ucap Jonathan cemas, bahkan sudah bersiap untuk menggendong Amel.Amel menggeleng pelan. “Tidak perlu, aku baik-baik saja,” jawabnya lirih.“Tapi, Amel—”“Aku hanya butuh istirahat sebentar. Nanti juga membaik,” ujarnya mencoba menenangkan Jonathan.Belum sempat Jonathan membalas, suara ketukan terdengar di pintu. Laura muncul sambil memberi kabar bahwa sarapan sudah siap. Dengan langkah pelan, Amel dan Jonathan menuju ruang makan.Namun begitu mencium aroma masakan dari dapur, rasa mual Amel semakin menjadi-jadi. Perutnya bergejolak hebat, membuatnya segera berlari ke wastafel. Ia memuntahkan isi perutnya di sana, merasa tak enak hati karena harus melakukannya di depan Ra
Huling Na-update: 2025-09-30
Chapter: Bab 137. Semua dikembalikan“Usia kehamilanku semakin bertambah, dan aku butuh tanggung jawabmu, Jonathan,” desis Fidya penuh penekanan.Jonathan tidak langsung menjawab. Ia hanya menoleh ke arah Amel. Tatapan mereka bertemu, dan Amel mengangguk pelan, memberi izin.Jonathan mengeluarkan sebuah alat perekam dari sakunya. Ia meletakkannya di atas meja, mendorongnya perlahan ke arah Fidya.Fidya mengernyit, wajahnya menegang penuh kebingungan. “Benda apa ini?”“In rekaman yang menyimpan kebenaran tentang kehamilanmu,” jawab Jonathan. Begitu tombol play ditekan, suara dalam rekaman memenuhi ruangan. Wajah Fidya pucat seketika, matanya membelalak tak percaya. Ia mengenali suara itu. Itu suaranya dan suara Marcell. Tidak bisa disangkal lagi.“Ini tidak benar, Jona. Kamu harus percaya padaku,” ucapnya terbata, panik.Jonathan menatapnya penuh luka sekaligus kecewa.“Aku pernah berpikir kau wanita terhormat, Fidya. Seseorang yang tidak akan merendahkan dirinya hanya demi menjebakku. Tapi ternyata aku salah.” “Jona…”
Huling Na-update: 2025-09-30
Chapter: Bab 136. Semua terbongkarNamun sebelum rencana Jonathan untuk ikut menemani Fidya ke rumah sakit terlaksana, Raden justru menemukan sesuatu yang jauh lebih mengejutkan. Ia kembali membuntuti Fidya secara diam-diam. Meski tidak bisa masuk ke dalam lapas untuk menyaksikan langsung pertemuan Fidya dan Marcell, ia tidak terlalu khawatir, perekam kecil yang ia titipkan pada Nico sudah terpasang rapi di tas Fidya, persis sesuai arahan yang ia berikan sebelumnya. Dan ketika Raden mendengarkan rekaman itu, tubuhnya menegang. Suara Marcell terdengar jelas, dingin dan penuh perhitungan. “Kau harus pertahankan cerita itu, Fidya. Biarkan mereka percaya kalau anak dalam kandunganmu adalah hasil dari Jonathan. Dengan begitu, posisi kita aman, dan keluarga Sailendra tidak akan bisa menolakmu lagi.”Tak lama, terdengar sahutan Fidya. Suaranya penuh kebencian, penuh dendam yang membara.“Ya! Amel harus menyingkir. Aku yang akan masuk ke keluarga Sailendra. Semua orang akan memandangku sebagai istri sah Jonathan. Tidak ada y
Huling Na-update: 2025-09-29
Chapter: Bab 135. RencanaRaden menyipitkan mata dari kejauhan. Ia sudah mengikuti Fidya sejak wanita itu keluar dari kafe. Langkahnya ragu saat melihat mobil Fidya berhenti tepat di depan lapas kota. Hatinya langsung dipenuhi tanda tanya besar. “Untuk apa dia ke sini?” gumamnya pelan. Tak butuh waktu lama, Raden melihat Fidya masuk melewati pintu pemeriksaan, lalu menghilang di balik lorong panjang. Raden menunggu dengan sabar, menahan diri agar tidak gegabah. Sekitar setengah jam kemudian, Fidya keluar dengan wajah masam, namun di matanya jelas ada cahaya puas. Raden mengepalkan tangan di samping tubuhnya. “Dia menemui Marcell… berarti dugaan Jonathan benar. Mereka berdua masih bekerja sama.” Kecurigaan itu semakin kuat ketika Raden menyadari betapa hati-hatinya Fidya saat meninggalkan lapas, seakan sedang menyembunyikan sesuatu. Tak menunggu lama, Raden segera menyalakan mobilnya. Ia menghubungi Jonathan dengan suara tegas. “Jonathan, dugaanmu tidak salah. Fidya barusan menemui Marcell. Dan aku yakin
Huling Na-update: 2025-09-29
Chapter: Bab 134. Janji dalam sentuhan Jonathan menarik napas panjang, menatap mata istrinya yang basah. “Aku akan berusaha membuktikan semuanya, Amel,” ucapnya mantap, meski jauh di dalam hatinya masih ada keraguan yang menusuk. “Aku akan buktikan kalau semua ucapan Fidya itu salah. Kamu hanya perlu percaya padaku.” Amel terdiam, lalu mengangguk. Ia menunduk, tubuhnya sedikit bergetar sebelum akhirnya bersandar pada dada Jonathan. Ia membiarkan tangannya melingkari pinggang pria itu, membiarkan dirinya dikelilingi hangat tubuhnya. Meski hatinya belum sepenuhnya tenang, di dalam pelukan itu ia menemukan sedikit tempat untuk bernapas. Amel tahu, Jonathan tidak akan pernah ingkar. Pria itu akan menepati semua ucapannya. Jonathan merapatkan pelukannya, mencium pucuk kepala Amel seakan menegaskan janjinya. Amel mengangkat wajahnya pelan, matanya masih sembab. “Kenapa kamu begitu yakin untuk membuatku bertahan? Padahal aku tidak punya apa-apa lagi untuk diberikan padamu, dan juga kamu tidak punya alasan apa pun untuk memilih
Huling Na-update: 2025-09-29