
Semalam Penuh Kejutan dengan CEO Arogan
Emily Johnson, sekretaris berdedikasi di W Company, perusahaan distribusi global terbesar di dunia, di bawah kepemimpinan Daniel Winston, CEO muda yang ambisius. Meskipun Emily dikenal sebagai pekerja yang loyal, ia juga memiliki kecenderungan sikap ceroboh.
Kehidupan pribadi Emily sedang berada dalam kekacauan. Kekasihnya, yang dia rencanakan untuk menikah dengannya, telah menghilang tanpa kabar selama dua minggu terakhir. Emily merasa diabaikan dan bingung, harus memutuskan apakah dia harus mempertahankan hubungan yang tampaknya hancur atau mengambil langkah berani untuk mengakhiri semuanya.
Ditambah lagi tiba-tiba Daniel, sang CEO, mengajak Emily untuk melakukan perjalanan bisnis ke Thailand. Mereka berdua tidak menyangka bahwa perjalanan ini akan membawa kejutan yang akan mengubah hidup mereka selamanya. Apa kejutan itu? Dan bagaimana hal itu akan mempengaruhi hubungan Emily dan Daniel, serta bagaimana dengan masa depan Emily dengan kekasihnya?
Read
Chapter: Kekuatan Cinta (The End)"Apa?" Daniel terkesiap, matanya membulat karena terkejut mendengar ucapan Emily tetapi sesaat kemudian senyum tipis terukir di bibirnya. Dia mendekat, berjongkok di hadapan Emily yang duduk di kursi roda, hingga pandangan mereka bertemu.Daniel menjentikkan jari telunjuknya, menyentuh kening Emily. "Ah, sakit! Apa yang kamu lakukan?" Emily mengerutkan kening, sedikit kesal."Menghukum seseorang yang selalu berpikiran tidak-tidak," jawab Daniel. "Dari mana kamu mendengar bahwa aku telah menikah dengan Alice?" tanya Daniel, tatapan mata birunya yang dalam dan teduh membuat jantung Emily berdebar kencang. Daniel memang sangat tampan, pesonanya tak pernah pudar.Emily terdiam, terpana sesaat. "Ehmm," gumamnya, berusaha membasahi kerongkongannya yang terasa kering. "Aku mendengarnya ketika Alice mengunjungiku saat itu. Maria memberikan selamat pada Alice atas pernikahannya."Mendengar ucapan Emily, Daniel tertawa begitu lebar, suaranya bergema di ruangan itu. "Kamu berpikir bahwa aku yan
Last Updated: 2024-10-28
Chapter: Perjalanan Panjang untuk KembaliSinar matahari pagi menyelinap melalui celah tirai saat Emily perlahan membuka matanya. Kelopak matanya terasa berat. Dia mengerjap, mencoba menyesuaikan penglihatannya. Perlahan, dia bisa melihat dinding berwarna putih bersih.'Di mana aku? Apa yang terjadi?' batin Emily. Sebuah perasaan aneh mencengkeram hatinya. Dia merasa kosong, seperti kehilangan sesuatu yang penting. Air mata membasahi pipinya, kesedihan terasa menyesakkannya, tetapi dia tidak mengerti apa yang terjadi padanya. Dia tidak lagi mengingat dirinya yang tersesat di hutan dan bertemu dengan ayah kandungnya, Thomas. Mesin-mesin di samping tempat tidurnya berdengung pelan, bunyi bipnya yang berirama menjadi pengingat konstan akan keadaannya yang rapuh. Grafik di monitor melacak naik turun detak jantungnya. Sebuah infus terpasang di lengannya, cairan bening mengalir perlahan, membantu tubuhnya yang lemah. Alat bantu pernapasan menyertai setiap hela napasnya yang terasa berat. "Selamat atas pernikahanmu, Nyonya Alice,
Last Updated: 2024-10-24
Chapter: Pengorbanan Seorang AyahEntah sudah berapa lama Emily berjalan mengitari hutan itu, tak tentu arah. Tidak ada satu pun yang menjawabnya, tidak ada satu pun yang mendengarnya, tidak ada satu pun yang mengenalnya. Air mata terus membasahi pipi Emily. Dia ingin kembali, ingin mengakhiri semua penderitaan yang terasa menyesakkan di hatinya. Dia kelelahan, tetapi dia terus memaksa dirinya untuk berjalan maju tanpa tujuan. "Emily," suara kasar seorang pria memecah kesunyian. Akhirnya ada yang mengenalnya di hutan itu dan memanggilnya. Emily menoleh, jantungnya berdebar kencang, dan melihat sesosok pria muncul dari balik pepohonan. Mata pria itu menyimpan kesedihan yang mendalam. Wajahnya, kasar tetapi menyimpan kelembutan yang familiar. Saat mata mereka bertemu, Emily terbelalak tak percaya karena apa yang dilihat di depan matanya tak lain adalah ayah kandungnya sendiri, Thomas. "Bagaimana... bagaimana kamu bisa ada di sini?" Rasa terkejut dan kebingungan berputar-putar di kepala Emily. Dia tak mampu memahami a
Last Updated: 2024-10-22
Chapter: Aku Hanya Ingin Pulang Hawa dingin rumah sakit mencengkeram Daniel, menusuknya hingga ke tulang. Sudah berjam-jam Emily terbaring di ruang gawat darurat, menyiksa Daniel dengan ketakutan dan ketidakpastian. Pandangannya tertuju pada pintu ruang gawat darurat, berharap sebuah keajaiban akan muncul dari baliknya. "Aku mohon bertahanlah, Emily," bisik Daniel, suaranya serak menahan kepedihan. "Takdir itu tidak boleh terjadi," gumam Daniel, tangannya mengepal erat. "Kamu tidak boleh meninggalkanku."Bayangan masa depan yang suram menelan Daniel, mencekiknya dengan rasa takut. Tujuh tahun hidup tanpa Emily sudah menjadi siksaan baginya, bagaimana jika dia harus kehilangannya selamanya? Daniel tidak bisa membayangkan itu, sebuah mimpi buruk yang tak ingin dia jalani. Dia terjebak dalam kesedihan dan penyesalan, terhantui oleh kenangan indah yang kini terasa begitu jauh. "Bagaimana keadaan Emily?" Suara itu, panik dan cemas, mengagetkannya. Daniel mengangkat kepalanya, matanya berkaca-kaca, tatapannya kosong.
Last Updated: 2024-10-16
Chapter: Jatuhnya AnthonyAnthony dengan keringat dingin yang menetes di pelipisnya, berlari menuju pintu belakang. Dia berhasil mencapai mobil yang sudah disiapkan, jantungnya berdebar kencang. Dia langsung melompat masuk dan menghidupkan mesin mobil. Mobil itu melesat meninggalkan gudang yang kini dipenuhi asap dan teriakan. Mobil polisi dengan lampu merah-biru berkedip-kedip seperti mata predator, mengejarnya dari belakang. Sirene meraung-raung, mengiris keheningan."Sial!" desis Anthony, tangannya menggenggam setir erat, keringat dingin membasahi telapak tangannya. Dia menginjak pedal gas, mobilnya meraung, melaju kencang di jalan yang lumayan ramai. Anthony melirik spion, melihat mobil polisi yang mengejarnya semakin dekat. Jantungnya berdebar kencang, namun dia harus mengendalikan dirinya agar tidak panik. Dia harus lolos. Matahari sore menyinari jalanan, membuat bayangan panjang di aspal. Anthony meliuk-liuk di jalanan, menghindari mobil-mobil lain yang melaju dengan kecepatan normal.Setelah beberap
Last Updated: 2024-10-09
Chapter: Pengorbanan Cinta"Bos!" teriak salah satu anak buah Anthony, wajahnya pucat pasi setelah menerima telepon dan mendengar suara di seberang yang terdengar panik, memberitahukan tentang penangkapan operasi mereka. "Barang-barang kita... polisi sudah mengamankan semuanya!""Sialan!" Anthony menggeram.Tatapan Anthony lurus menusuk ke arah Daniel yang berdiri tenang di hadapannya, senyum kemenangan jelas terukir di bibirnya. "Apakah ini juga kerjaanmu?" desis Anthony, suaranya bergetar menahan amarah yang siap meledak. Daniel mengangkat bahu, senyumnya tipis, sebuah ejekan dingin yang terukir di bibirnya. Tindakannya, penuh penghinaan, seolah membenarkan bahwa dia adalah dalang di balik kehancuran rencana Anthony. "Kamu sebaiknya pensiun dari bisnis gelapmu. Beristirahatlah dan terima hukumanmu sekarang."Anthony mengepalkan tangannya, urat-urat di tangannya menonjol. Kebencian membara di matanya, menggerogoti sisa-sisa kesabarannya.Sementara itu, di luar gudang, petugas polisi, bersenjata senapan dan p
Last Updated: 2024-10-03
Chapter: Bertindaklah Sesuai Peranmu (POV Aaron)POV AaronAku melirik ke bawah, pada tangan Angela yang masih menempel di lenganku."Lepaskan," kataku datar.Dia ragu sejenak, lalu perlahan melepaskan genggaman. Tangannya turun, tapi matanya tetap menatapku. "Kau berdarah."Aku menatap garis merah di buku jariku, sisa dari perkelahian tadi."Kau mungkin harus mengobatinya," katanya.Aku menatapnya dingin. "Jangan berpura-pura peduli, Angela.""Aku tidak berpura-pura," sahutnya. "Hanya mengatakan apa yang kulihat.""Aku tahu cara mengurus diriku sendiri."Dia tidak berkedip. "Oke, kalau begitu. Tapi bukan berarti kau harus berdarah buat membuktikannya.""Kau bicara terlalu banyak untuk seseorang yang seharusnya tidak ikut campur urusanku."Tatapannya tak bergeser. "Aku hanya memperhatikan apa yang terjadi di sekitarku. Bukan berarti aku ikut campur. Aku akan melakukan hal yang sama untuk siapa saja, bukan cuma untukmu."Itu
Last Updated: 2025-10-27
Chapter: Luka yang Mengikat (POV Aaron)POV AaronAku memelintir pergelangan tangan Bennett sampai uratnya menonjol di bawah kulit. Dia meraung, keras dan serak, tapi aku tidak mengendurkan cengkeramanku, justru semakin menguatkannya.Wajahnya menegang, rahangnya mengeras, tapi matanya masih menyimpan kesombongan. "Kau pikir kau cukup besar buat menantangku, Carter?" desisnya tajam, napas tersengal menahan sakit.Aku menatapnya datar. Suaraku tenang dan dingin. "Kau pikir nama Bennett membuatmu kebal? Nama keluargamu mungkin berarti sesuatu di atas kertas. Tapi kau tidak lebih dari bajingan pengecut yang hidup dari nama itu."Lalu aku melepaskannya dengan satu hentakan cepat. Dia terhuyung ke belakang, wajahnya memerah menahan amarah.Aku menoleh ke arah Angela yang masih terpaku di dekat pagar paddock. "Masuk mobil," kataku datar.Dia sempat ragu sepersekian detik, tapi akhirnya menurut. Pintu mobil tertutup di belakangnya, meninggalkan aku berdua dengan Bennett
Last Updated: 2025-10-24
Chapter: Pertemuan Dua IblisPOV AngelaWajah pria muda itu langsung tampak pucat. "Tuan, saya...""Itu salahku!" potongku cepat, melangkah ke depan. "Aku yang mengikutinya masuk. Dia bahkan sempat bilang jika bukan tamu dilarang masuk paddock. Jadi jangan salahkan dia."Aaron menoleh padaku perlahan. Tatapannya tajam dan dingin. Dia mendekat satu langkah lebih dekat, cukup dekat untuk membuatku menahan napas."Jangan berlagak jadi penyelamat," katanya rendah, tapi nadanya sarkastik.Aku terdiam. Lidahku kelu.Aaron kembali menatap pria muda itu, kali ini dengan sorot matanya yang membuatku yakin siapa pun yang berdiri di posisinya pasti ingin menghilang dari bumi. "Kau biarkan orang asing naik kudaku, masuk ke paddock-ku, hampir mencelakakan dirinya. Kau tahu apa artinya itu?"Pria muda itu menunduk, kedua tangannya terkepal di sisi tubuh. "Maaf, Tuan..."Aku spontan bersuara, kali ini lebih keras. "Aku sudah bilang, itu salahku, bukan dia!"
Last Updated: 2025-10-22
Chapter: Penyelamatan yang BerbahayaPOV Angela"B-bagaimana Anda bisa masuk sini?" suara pria muda itu terdengar tegang, hampir terbata.Aku mendesah pelan, mencoba menahan kesal yang masih tersisa karena Aaron. "Aku tidak bermaksud mengikutimu," kataku cepat. "Tapi Aaron Carter sialan itu menyeretku ke ranch-nya, lalu meninggalkanku begitu saja. Dan ketika aku melihat lapangan ini... yah, aku akhirnya masuk."Ekpresi pria muda itu berubah seketika. Nada suaranya melunak, bahkan terdengar agak gugup. "Jadi... Anda tamu Pak Carter? Maaf, saya... benar-benar tidak tahu."Tamu? Aku nyaris tertawa mendengarnya. Apakah aku bisa dibilang tamunya? Lebih tepatnya, tawanan yang ditinggalkan di sebuah ranch kuda. Aku mengalihkan pandangan ke lapangan di belakangnya."Boleh aku lihat-lihat sebentar?" tanyaku."Seharusnya pengunjung tidak boleh masuk tanpa izin. Tapi kalau Anda benar tamu Pak Carter, saya rasa tidak apa," jawabnya.Setelah itu, kami pun berjalan d
Last Updated: 2025-10-20
Chapter: Tumpangan TerpaksaPOV AngelaSUV itu melambat, lalu berhenti hanya beberapa meter dariku. Kaca depannya memantulkan bayangan wajahku sendiri yang putus asa.Beep!Suara klakson tajam memecah udara pagi, tapi aku tidak bergeming. Aku tetap berdiri di tengah jalur keluar, menatap lurus ke arah mobil itu.Pintu pengemudi akhirnya terbuka. Aaron keluar dengan wajah dinginnya, rahangnya menegang."Apa kau mau mati, Angela?" suaranya datar tapi tajam."Mobilku mogok," kataku cepat. "Uber gak ada di sini. Aku cuma butuh tumpangan, setidaknya sampai jalan utama."Dia menatapku lama, lalu menghela napas kasar. Tatapannya menusuk."Dan kau pikir aku sopirmu?" suaranya dingin. "Aku punya urusan penting. Minggir."Aku menggeleng, tetap berdiri di jalur mobilnya. "Kalau begitu, biarkan aku ikut. Cukup sampai jalan utama di mana aku bisa cari transportasi. Itu saja."Dia mendengus pendek. "Itu masalahmu."Aku
Last Updated: 2025-10-19
Chapter: Kontrak dan LukaPOV AngelaBegitu membuka pintu, napasku tercekat. Dia ada di sana, dengan dada telanjang, hendak mengganti baju."Maaf!" aku buru-buru memalingkan wajah, panas menjalari pipiku. "Aku akan masuk lagi saat kau sudah siap."Suara beratnya terdengar tenang, tapi menusuk. "Ada apa?"Aku menggenggam kotak P3K erat-erat, menelan ludah sebelum membuka suara. "Keningmu terluka. Dari tadi aku tidak bisa berhenti memikirkannya. Jadi, aku membawakan ini."Tatapannya menusuk. "Aku tidak butuh belas kasihanmu. Pergilah."Aku melangkah pelan ke dalam, menaruh kotak itu di meja samping. "Ini bukan soal kasihan. Aku yang membuatmu terluka, jadi biarkan aku bertanggung jawab. Kalau tidak segera dibersihkan, bisa infeksi."Dia mengeluarkan tawa pendek, dingin. "Tanggung jawab? Jangan bercanda. Seumur hidupmu, kau tidak pernah tahu artinya bertanggung jawab."Aku menarik napas, menahan perih di dadaku. "Kau boleh menghinaku sepuasmu, Aaron. Tapi,
Last Updated: 2025-10-16