Chapter: Jangan Melampaui Batas (POV Aaron)POV AaronAku tertawa pelan—pendek dan datar. “Jangan mulai.”Dia membuka mulut, tapi aku sudah menyela. “Kalau kau tidak punya hal lain untuk dibicarakan, keluar.” Suaraku dingin, tanpa ruang untuk negosiasi. “Aku punya pekerjaan yang harus diselesaikan.”Angela tidak bergerak.Entah keras kepala… atau bodoh.“Aku bilang keluar,” ulangku, lebih tajam. "Aku tidak butuh penonton.”Bukannya pergi, dia malah melangkah melewati mejaku dan duduk di sofa kulit di sudut ruangan.Aku mendesis pendek. “Angela.”“Aku tidak akan pergi,” katanya tanpa melihatku. “Sebelum kau berhenti bekerja dan pergi istirahat.”Aku menatapnya lama. Sangat lama. Sampai rahangku mengeras.“Jangan bertingkah seolah kau punya urusan dengan kondisiku,” gumamku, suara rendah dan kasar.Dia mengangkat wajah, akhirny
Last Updated: 2025-12-13
Chapter: Akhirnya BertemuPOV AngelaAku mendongak.Dad berdiri di sana dengan kemeja kerjanya yang sederhana. Garis kerutan di wajahnya terlihat bertambah dibanding terakhir kali kulihat.“Dad…” bisikku.Dia tersenyum tipis. "Aku gak terlambat, kan?”Aku menggeleng cepat. “Tidak. Aku juga baru datang.”Dia duduk di depanku. "Kau sudah pesan?"“Belum. Aku menunggu Dad.”Dia memanggil pelayan dan kami memesan kopi masing-masing. Setelah pelayan pergi, hening kembali menyelimuti. Bukan hening yang dingin, tapi canggung, seperti dua orang yang tidak tahu harus mulai dari mana.Dad membuka pembicaraan duluan.“Aku senang kau datang," katanya. “Sudah lama."“Aku juga senang kita ketemu.”Dia mengangguk pelan, lalu menautkan jemarinya di atas meja. "Angela… kau benar-benar baik-baik saja?”"Aku baik-baik saja," jawabku cepat. Su
Last Updated: 2025-12-11
Chapter: Masa Lalu Itu Kembali LagiPOV AngelaSuara itu membuat tengkukku merinding. Aku langsung mengenalinya bahkan sebelum aku berbalik.Pelan-pelan aku menoleh.Dan di sana, bersandar di dinding dengan tangan terlipat, berdiri wanita yang paling tidak ingin kulihat hari ini.Evelyn Ross.Wajahnya masih sama seperti dulu di sekolah—cantik, berbahaya, mata tajam, senyum yang tidak pernah benar-benar hangat. Tapi kini dia lebih dewasa, lebih mahal.Dia memindaiku dari ujung rambut sampai ujung sepatu dengan senyum sinisnya yang naik sedikit."Yah, lihat siapa yang muncul. Tidak kusangka bakal melihatmu masuk ruangan yang sama denganku lagi."Aku menelan ludah. “Apa yang kau lakukan di sini?”Dia mengangkat sebelah alis. "Tenanglah. Aku bukan datang untukmu," nada suaranya datar tapi sedikit menusuk. "Aku di sini untuk audisi, sama seperti kau.”Dia mengayunkan naskah di tangannya. "Proyek kecil. Aku kenal
Last Updated: 2025-12-09
Chapter: Kesempatan di Ruang CastingPOV AngelaLangkah kaki itu semakin mendekat. Aku menahan napas, tubuhku otomatis menegang. Tapi begitu sosok pria berjas hitam dan rapi muncul, napasku langsung jatuh lega.Itu cuma asisten Aaron. Darren."Miss Jones?" suaranya rendah dan sopan.Aku mengusap wajahku cepat. "Tuhan, aku kira..." Aku menggigit bibir, menghentikan kalimat itu sebelum nama itu keluar.Dia tidak bertanya. Tidak menatap terlalu lama."Tuan Carter meminta saya mengantarkan beberapa barang milik Anda."Dia mengangkat dua tas travel dan meletakkannya di hadapanku."Ada beberapa pakaian yang Anda tinggalkan di Malibu. Dan..." Dia mengulurkan sesuatu yang berkilat. "Kunci mobil Anda."Aku terpaku sejenak. Aku memang meninggalkan mobilku di Malibu karena mesinnya yang tak mau hidup hari itu."Mobil Anda sudah diperbaiki," katanya, seolah menjawab pertanyaanku sebelum aku sempat bertanya.
Last Updated: 2025-12-07
Chapter: Dinding yang Dia BangunPOV AngelaAaron menarik napas tipis, rahangnya mengeras. "Apa pun yang kubilang semalam — lupakan."Begitu saja. Lupakan.Seolah suara seraknya, rasa sakit yang lolos dari bibirnya, semua cuma angin lalu.Aku menatapnya, tak berkedip. "Bagaimana kalau aku tidak bisa melupakannya?" tanyaku, pelan tapi jelas.Tatapan Aaron langsung berubah. Mata itu naik menatapku penuh, dingin, dan tajam. Dalam sekejap, dinding itu kembali berdiri, tebal, tinggi, dan tak tersentuh."Apa maksudmu?" katanya datar, tapi nada peringatannya tajam.Aku menelan ludah, memaksa diriku tetap tegak. "Aaron... semalam itu bukan cuma omongan orang mabuk. Setidaknya, aku tidak merasa begitu."Wajahnya mengeras. Dia tidak suka. Bukan cuma tidak suka, dia ingin keluar dari pembicaraan ini. Tapi aku tidak berhenti."Aku ingin bertanya sesuatu," lanjutku, suaraku lebih lembut. "Tentang semalam... tentang itu." Mat
Last Updated: 2025-12-04
Chapter: Luka yang Tak Pernah Ia TunjukkanPOV AngelaAku melangkah pelan ke sisi ranjang, menahan napas seperti sedikit suara saja bisa membangunkannya. Aaron tiba-tiba bergerak — pelan, berat, bergeser dari posisi tengkurap ke miring sampai setengah tubuhnya jatuh ke arahku.Dan saat itulah aku melihatnya.Cahaya lampu samping ranjang menyorot sisi tubuhnya. Ada bekas luka panjang di sana, tepat di sisi kiri perutnya. Warnanya pucat keperakan. Bukan luka kecil. Ini luka dalam — luka yang butuh lebih dari sekedar jahitan untuk menyelamatkan nyawa.Aku terpaku. Selama ini, aku tidak pernah benar-benar memperhatikannya. Bahkan tidak pernah membayangkan sesuatu seperti itu ada di tubuhnya.Aku menatap bekas luka itu lama. Jari-jariku hampir terulur sebelum kutarik kembali. Rasanya seperti aku sedang melihat bagian dari dirinya yang tidak pernah dia biarkan siapa pun lihat — sebagian besar hidupnya yang dia sembunyikan.Dan tiba-tiba ucapa
Last Updated: 2025-12-02

Semalam Penuh Kejutan dengan CEO Arogan
Emily Johnson, sekretaris berdedikasi di W Company, perusahaan distribusi global terbesar di dunia, di bawah kepemimpinan Daniel Winston, CEO muda yang ambisius. Meskipun Emily dikenal sebagai pekerja yang loyal, ia juga memiliki kecenderungan sikap ceroboh.
Kehidupan pribadi Emily sedang berada dalam kekacauan. Kekasihnya, yang dia rencanakan untuk menikah dengannya, telah menghilang tanpa kabar selama dua minggu terakhir. Emily merasa diabaikan dan bingung, harus memutuskan apakah dia harus mempertahankan hubungan yang tampaknya hancur atau mengambil langkah berani untuk mengakhiri semuanya.
Ditambah lagi tiba-tiba Daniel, sang CEO, mengajak Emily untuk melakukan perjalanan bisnis ke Thailand. Mereka berdua tidak menyangka bahwa perjalanan ini akan membawa kejutan yang akan mengubah hidup mereka selamanya. Apa kejutan itu? Dan bagaimana hal itu akan mempengaruhi hubungan Emily dan Daniel, serta bagaimana dengan masa depan Emily dengan kekasihnya?
Read
Chapter: Kekuatan Cinta (The End)"Apa?" Daniel terkesiap, matanya membulat karena terkejut mendengar ucapan Emily tetapi sesaat kemudian senyum tipis terukir di bibirnya. Dia mendekat, berjongkok di hadapan Emily yang duduk di kursi roda, hingga pandangan mereka bertemu.Daniel menjentikkan jari telunjuknya, menyentuh kening Emily. "Ah, sakit! Apa yang kamu lakukan?" Emily mengerutkan kening, sedikit kesal."Menghukum seseorang yang selalu berpikiran tidak-tidak," jawab Daniel. "Dari mana kamu mendengar bahwa aku telah menikah dengan Alice?" tanya Daniel, tatapan mata birunya yang dalam dan teduh membuat jantung Emily berdebar kencang. Daniel memang sangat tampan, pesonanya tak pernah pudar.Emily terdiam, terpana sesaat. "Ehmm," gumamnya, berusaha membasahi kerongkongannya yang terasa kering. "Aku mendengarnya ketika Alice mengunjungiku saat itu. Maria memberikan selamat pada Alice atas pernikahannya."Mendengar ucapan Emily, Daniel tertawa begitu lebar, suaranya bergema di ruangan itu. "Kamu berpikir bahwa aku yan
Last Updated: 2024-10-28
Chapter: Perjalanan Panjang untuk KembaliSinar matahari pagi menyelinap melalui celah tirai saat Emily perlahan membuka matanya. Kelopak matanya terasa berat. Dia mengerjap, mencoba menyesuaikan penglihatannya. Perlahan, dia bisa melihat dinding berwarna putih bersih.'Di mana aku? Apa yang terjadi?' batin Emily. Sebuah perasaan aneh mencengkeram hatinya. Dia merasa kosong, seperti kehilangan sesuatu yang penting. Air mata membasahi pipinya, kesedihan terasa menyesakkannya, tetapi dia tidak mengerti apa yang terjadi padanya. Dia tidak lagi mengingat dirinya yang tersesat di hutan dan bertemu dengan ayah kandungnya, Thomas. Mesin-mesin di samping tempat tidurnya berdengung pelan, bunyi bipnya yang berirama menjadi pengingat konstan akan keadaannya yang rapuh. Grafik di monitor melacak naik turun detak jantungnya. Sebuah infus terpasang di lengannya, cairan bening mengalir perlahan, membantu tubuhnya yang lemah. Alat bantu pernapasan menyertai setiap hela napasnya yang terasa berat. "Selamat atas pernikahanmu, Nyonya Alice,
Last Updated: 2024-10-24
Chapter: Pengorbanan Seorang AyahEntah sudah berapa lama Emily berjalan mengitari hutan itu, tak tentu arah. Tidak ada satu pun yang menjawabnya, tidak ada satu pun yang mendengarnya, tidak ada satu pun yang mengenalnya. Air mata terus membasahi pipi Emily. Dia ingin kembali, ingin mengakhiri semua penderitaan yang terasa menyesakkan di hatinya. Dia kelelahan, tetapi dia terus memaksa dirinya untuk berjalan maju tanpa tujuan. "Emily," suara kasar seorang pria memecah kesunyian. Akhirnya ada yang mengenalnya di hutan itu dan memanggilnya. Emily menoleh, jantungnya berdebar kencang, dan melihat sesosok pria muncul dari balik pepohonan. Mata pria itu menyimpan kesedihan yang mendalam. Wajahnya, kasar tetapi menyimpan kelembutan yang familiar. Saat mata mereka bertemu, Emily terbelalak tak percaya karena apa yang dilihat di depan matanya tak lain adalah ayah kandungnya sendiri, Thomas. "Bagaimana... bagaimana kamu bisa ada di sini?" Rasa terkejut dan kebingungan berputar-putar di kepala Emily. Dia tak mampu memahami a
Last Updated: 2024-10-22
Chapter: Aku Hanya Ingin Pulang Hawa dingin rumah sakit mencengkeram Daniel, menusuknya hingga ke tulang. Sudah berjam-jam Emily terbaring di ruang gawat darurat, menyiksa Daniel dengan ketakutan dan ketidakpastian. Pandangannya tertuju pada pintu ruang gawat darurat, berharap sebuah keajaiban akan muncul dari baliknya. "Aku mohon bertahanlah, Emily," bisik Daniel, suaranya serak menahan kepedihan. "Takdir itu tidak boleh terjadi," gumam Daniel, tangannya mengepal erat. "Kamu tidak boleh meninggalkanku."Bayangan masa depan yang suram menelan Daniel, mencekiknya dengan rasa takut. Tujuh tahun hidup tanpa Emily sudah menjadi siksaan baginya, bagaimana jika dia harus kehilangannya selamanya? Daniel tidak bisa membayangkan itu, sebuah mimpi buruk yang tak ingin dia jalani. Dia terjebak dalam kesedihan dan penyesalan, terhantui oleh kenangan indah yang kini terasa begitu jauh. "Bagaimana keadaan Emily?" Suara itu, panik dan cemas, mengagetkannya. Daniel mengangkat kepalanya, matanya berkaca-kaca, tatapannya kosong.
Last Updated: 2024-10-16
Chapter: Jatuhnya AnthonyAnthony dengan keringat dingin yang menetes di pelipisnya, berlari menuju pintu belakang. Dia berhasil mencapai mobil yang sudah disiapkan, jantungnya berdebar kencang. Dia langsung melompat masuk dan menghidupkan mesin mobil. Mobil itu melesat meninggalkan gudang yang kini dipenuhi asap dan teriakan. Mobil polisi dengan lampu merah-biru berkedip-kedip seperti mata predator, mengejarnya dari belakang. Sirene meraung-raung, mengiris keheningan."Sial!" desis Anthony, tangannya menggenggam setir erat, keringat dingin membasahi telapak tangannya. Dia menginjak pedal gas, mobilnya meraung, melaju kencang di jalan yang lumayan ramai. Anthony melirik spion, melihat mobil polisi yang mengejarnya semakin dekat. Jantungnya berdebar kencang, namun dia harus mengendalikan dirinya agar tidak panik. Dia harus lolos. Matahari sore menyinari jalanan, membuat bayangan panjang di aspal. Anthony meliuk-liuk di jalanan, menghindari mobil-mobil lain yang melaju dengan kecepatan normal.Setelah beberap
Last Updated: 2024-10-09
Chapter: Pengorbanan Cinta"Bos!" teriak salah satu anak buah Anthony, wajahnya pucat pasi setelah menerima telepon dan mendengar suara di seberang yang terdengar panik, memberitahukan tentang penangkapan operasi mereka. "Barang-barang kita... polisi sudah mengamankan semuanya!""Sialan!" Anthony menggeram.Tatapan Anthony lurus menusuk ke arah Daniel yang berdiri tenang di hadapannya, senyum kemenangan jelas terukir di bibirnya. "Apakah ini juga kerjaanmu?" desis Anthony, suaranya bergetar menahan amarah yang siap meledak. Daniel mengangkat bahu, senyumnya tipis, sebuah ejekan dingin yang terukir di bibirnya. Tindakannya, penuh penghinaan, seolah membenarkan bahwa dia adalah dalang di balik kehancuran rencana Anthony. "Kamu sebaiknya pensiun dari bisnis gelapmu. Beristirahatlah dan terima hukumanmu sekarang."Anthony mengepalkan tangannya, urat-urat di tangannya menonjol. Kebencian membara di matanya, menggerogoti sisa-sisa kesabarannya.Sementara itu, di luar gudang, petugas polisi, bersenjata senapan dan p
Last Updated: 2024-10-03