author-banner
Sya Reefah
Sya Reefah
Author

Novels by Sya Reefah

Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi

Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi

Demi biaya pengobatan ibunya yang sakit, Eva Alyson terpaksa menikah dengan Henry Yonatan Harrison, pewaris keluarga kaya raya. Namun, kehadirannya di keluarga Henry selalu direndahkan karena kondisi matanya yang tidak sempurna. Setelah bertahun-tahun dihina dan dipermalukan, Eva memutuskan untuk bercerai. Namun, di tengah proses perceraian, Henry mengeluarkan pernyataan mengejutkan, "Aku tidak akan membiarkan orang lain memilikimu." Bagaimana Eva menghadapi takdir yang terus mengekangnya? Follow IG author: _lili_lotus
Read
Chapter: Chapter 193
Eva melangkah masuk ke dalam kafe berdesain minimalis dan elegan di sudut kota. Aroma kopi menyambutnya hangat. Di sudut ruangan, Sophia sudah menunggunya dengan cangkir di tangannya. Rambutnya disanggul rapi. Atasan berwarna putih dengan kerah berbentuk V dan rok panjang berwarna hitam dengan motif bunga membalut tubuh rampingnya. Meski pakaian yang dikenakan sederhana, tapi itu tidak mengurangi kharismatiknya. Wajahnya tersenyum, lalu satu tangannya melambai dan memanggil, “Eva!”Eva membalas senyumnya dan menghampiri. “Maaf sudah membuatmu menunggu, Sophia.” “Tidak apa-apa. Aku senang sekali karena akhirnya kita bisa bertemu lagi.” Setiap kata yang keluar dari mulutnya begitu tertata dan teratur, Eva bisa merasakan wibawa dan kharismanya. Tak heran jika wanita ini cocok menjadi pendamping CEO ternama di kalangannya. “Pesanlah dulu.” Sophia memberikan buku menu untuknya. Dia sendiri sudah memesan matcha latte.Eva menerimanya lalu memilih minuman yang sama dan croissant. Setel
Last Updated: 2025-05-10
Chapter: Chapter 193
Sekali lagi, tubuh mereka saling bersentuhan dan menyatu. Mata Henry menyala saat melihat Eva yang berada di bawahnya. Setiap lekuk tubuhnya, setiap helai rambutnya, dan setiap ekspresinya memancarkan daya pikat tak bisa ditolak.Eva yang berada di bawahnya tampak rapuh dan kuat secara bersamaan. Desahan kecil lolos dari bibirnya, mengundang senyum di wajah Henry. Henry menyukainya. Semua yang ada pada Eva, dia menyukainya. Dan saat ini, atau nanti, Eva hanyalah miliknya. Dia terus memberikan sentuhan lembut pada Eva. Dan setiap kali tubuh mereka bersentuhan, rasanya seperti meneguk air setelah berjalan di padang tandus. Namun anehnya, bukan rasa lega yang dia rasakan, melainkan dahaga yang semakin menyerang. Baginya, Eva seperti oasis di tengah-tengah gurun yang tak cukup dia sentuh. Setiap suara lirih yang keluar membuat Henry semakin tenggelam di dalamnya. Eva pun merasakan demikian. Pelukan dan sentuhan-sentuhan Henry membuatnya seperti terlempar ke dalam sumur tak berdasar.
Last Updated: 2025-05-09
Chapter: Chapter 192
Malam harinya, Henry melangkah keluar, menuju ruang tamu, masih menggunakan handuk kimononya yang melilit tubuhnya. Rambutnya masih sedikit basah, tetesan air sesekali jatuh ke lantai saat dia berjalan pelan.Di ruang tamu itu, Elise sudah duduk menunggunya. Wajahnya terlihat masam, dan kedua tangannya terlipat di depan dadanya. “Untuk apa Mama datang ke sini?”“Kenapa kau tidak pernah menjawab telepon dari Mama?” Henry diam, memilih tidak menanggapinya. Dengan sikap acuh tak acuhnya dia menghempaskan tubuhnya di atas sofa, membiarkan tubuhnya bersandar malas tanpa memerdulikan ekspresi kesal Elise yang menatapnya tajam. Dia tahu bahwa saat ini, mamanya tengah marah padanya.Namun, apa pedulinya? “Bagaimana bisa sampai kau keracunan makanan saat di Swiss?” Elise mengomel tanpa jeda. Henry menghela napas panjang. Satu tangannya menjadi tumpuhan kepalanya, malas menanggapi Elise yang terus mengomel tanpa henti. Dengan tangan lainnya memegang gelas berisi air putih. “Ini pasti karen
Last Updated: 2025-05-07
Chapter: Chapter 191
Perlahan, Eva mengerjap. Dia tak tahu sudah berapa lama tertidur. Cahaya senja masuk melalui celah tirai, menandakan waktu sore. Sudah sore?Seketika, mata Eva terbuka lebar. Ternyata, dia tertidur dalam waktu yang lama. Dia berniat untuk bangun, tapi gerakannya terhenti saat menyadari ada tangan kekar yang melingkar di pinggangnya. Dia menoleh perlahan dan melihat sosok di sampingnya. Sudah pulang? Sunyi beberapa saat.Dia memerhatikan wajah Henry yang masih tidur dengan napas teratur dan wajah tenang. Pria itu masih mengenakan baju kantornya, dengan kancing kemeja atasnya terbuka. Saat tidur, pria ini begitu pulas seperti bayi, tapi saat terbangun, sikapnya begitu menyebalkan. Entah mengapa, pria ini membingungkan, terkadang tak masuk akal bahwa ada orang sepertinya di dunia ini. Masih dengan mata terpejam, Henry bergumam, suaranya serak khas seseorang yang baru bangun tidur. “Apa kau selalu menatapku diam-diam seperti itu?”Eva terkejut, tidak menyangka jika pria itu sudah ban
Last Updated: 2025-05-05
Chapter: Chapter 190
Ryan meringis, lalu menjawab, “Tuan … apakah Anda tahu berapa banyak laporan yang saya kerjakan saat Anda liburan?”Henry menatapnya datar. “Itukan memang tugasmu sebagai Asisten,” jawabnya santai dan bodo amat. “Berarti saya tidak bermalas-malasan, Tuan ….” Ryan menjawab dengan suara merendah. “Kalau tidak malas, kenapa dokumen ini masih menumpuk di mejaku?” Henry ngotot menyalahkannya.Ahirnya Ryan terdiam sejanak, meratapi nasibnya. Dalam lubuk hatinya, dia bertanya-tanya, kenapa hari ini Henry begitu menyebalkan? Biasanya, bosnya itu biasa saja mengatasi semua dokumen itu dan asik tenggelam dalam pekerjaannya. Namun, kenapa hari ini berbeda sekali? Dia seperti serba salah di mata Henry. Pasti gara-gara tadi pagi aku menerornya!Tapi, itukan karena Nyonya Besar. Kenapa tidak marah saja padanya? “Baiklah, maafkan saya, Tuan,” katanya pasrah.Tak ada yang menang berdebat dengan Henry. Henry menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi. Matanya melirik ke arah ponselnya yang ada di s
Last Updated: 2025-05-03
Chapter: Chapter 189
“Kurang ajar sekali mereka mengganggu waktuku!” gerutunya, di selah-selah memasang dasinya. Waktu paginya yang indah itu terganggu, semua orang menghubunginya dengan hal-hal yang tidak penting menurutnya. Dia merasa belum puas menghabiskan waktu bersama Eva.Benar-benar menyebalkan!Eva mendekat, mengambil alih untuk mengikat dasinya. “Mungkin ada hal yang benar-benar mendesak,” katanya dengan suara menenangkan. Pandangan matanya turun menatap Eva. Dia meletakkan tangannya di pinggang istrinya dengan nyaman. Hanya butuh satu menit dasi itu terpasang dengan rapi. Eva mendongak, matanya bertemu mata gelap Henry. “Jangan terlalu keras pada dirimu, kau baru saja sembuh,” katanya penuh perhatian. Henry menarik napas panjang. “Kau tidak mau menahanku?”Eva memandangnya malas. Pria ini mulai bersikap dramatis. “Untuk apa?”Seketika Henry memasang wajah serius. “Kau benar-benar tidak peka dengan keadaan.”Eva mengedipkan matanya cepat. “Memangnya apa yang harus kulakukan?” Wajah Henry s
Last Updated: 2025-05-02
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status