Novel-novel oleh Zenaira

Alex telah mengantar Bethany untuk bertemu dengan Bella di apartemennya. Namun, Bethany meminta Alex untuk meninggalkan mereka berdua untuk bicara empat mata. Meski demikian, Alex memaksa menunggu di luar gedung karena sangat mencemaskan kekasihnya itu. Bethany tidak bisa menolaknya lagi, ia membiarkan sifat protektif Alex itu sebagai bentuk perhatian yang mengagumkan baginya. Setelah Bethany masuk ke dalam unit apartemen Bella, ia jelas tampak memancarkan aura yang sangat serius. Bella sudah menduganya sejak Bethany meneleponnya semalam. Ia menduga hal yang ingin Bethany bicarakan adalah terkait kelanjutan rencana balas dendam mereka kemarin. "Jadi, apa yang terjadi setelah itu?" tanya Bella penasaran setelah keduanya duduk berhadapan di kursi santai dekat jendela besar menghadap pemandangan kota di unit apartemen tersebut. "Bella, apa kau mengenal orang-orang ini?" Tiba-tiba saja Bethany membuka laptopnya dan menunjukkan daftar nama pada sebuah dokumen. Bella menyi

Setelah mendengar pernyataan dari Chloe, Alex termenung di kursinya. Meski sel-sel otaknya bekerja keras, tatapannya terlihat kosong. Fakta yang baru saja ia dengar merupakan hal yang di luar dari perkiraan. Apakah ia harus meneruskan rencana mereka terkait balas dendam kepada ibunya? Apakah ia, sebagai anak, harus berbuat demikian kepada ibunya sendiri? Entah berapa lama Alex dibiarkan terdiam seperti itu. Akhirnya seseorang menyelamatkan situasi canggung tersebut. "Alex. Lihat aku," ucap Bethany dengan pelan sambil menggenggam tangannya. Mengirimkan kekuatan kepada pria yang terlihat linglung di depannya itu. Suaranya begitu lembut, hingga membuat hatinya yang sejak tadi seperti tercabik-cabik seakan kembali pulih. Alex menatap balik tatapan Bethany yang terlihat begitu khawatir. Ia tidak bermaksud membuat kekasihnya itu terlibat dalam masalah keluarga dan perusahaannya ini. Saat ini, ia bahkan tidak tahu apakah wanita yang ia cintai tersebut masih sangat ingin membal

"Bethany, ruangan apa ini?" Alex mulai kebingungan, bukan seseorang yang terbaring di ranjang rumah sakit yang mereka temui, melainkan seorang gadis sehat yang memakai seragam khas rumah sakit tersebut. Bethany baru saja akan menjawabnya. Namun, ia melihat Gerard berbisik kepada adiknya itu lalu mereka kembali menatap Alex. Carl dan Jessica yang sejak tadi hanya mengekor di belakang, bergabung dengan mereka berdua. Berbaris seperti sedang melakukan sebuah upacara. Sesaat kemudian, gadis bernama Chloe itu membungkukkan badan. "Tolong, maafkan perbuatan kakakku!" "Eh?" Alex dan Bethany saling memandang. Sesuatu yang benar-benar di luar perkiraan mereka telah terjadi. Chloe mendekati Bethany, memegang kedua tangannya lalu kembali meminta maaf. "Kudengar, kaulah juga salah satu korban dari pria brengsek itu. Seharusnya aku tahu bahwa kakakku akan melakukan tindakan sekeji itu, seharusnya aku mencegahnya melukaimu, Bella." Chloe kini beralih kepada Alex. Ia kembali membun

Tanpa menunggu waktu lebih lama, Alex membuka pintu mobil. Ia sudah lama menunggu momen ini. Momen saat dirinya dapat memergoki orang yang pernah hampir mencelakai Bethany. "Alex! Apa yang kau-" Bethany menahannya dengan panik. Namun, ia tetap melangkah dengan langkah berat mendekati ketiga orang tersebut. Meskipun ia tahu bahwa ibunyalah orang yang menyuruh pengawalnya tersebut untuk mencelakai Bethany, tapi dia tidak pernah menyangka bahwa Gerard, pengawalnya yang bertahun-tahun bekerja dengannya-telah mengkhianatinya. Dari kejauhan ia melihat Gerard telah menyadari kedatangan Alex. Matanya melebar, tubuhnya kaku seketika, seakan tidak mempercayai siapa yang mendekatinya saat ini. Carl dan Jessica yang mengenali Alex sebagai putra dari Vanessa, mencoba menahan Alex sekuat tenaga. Tapi Alex berhasil menerobos keduanya dengan mudah. Setelah tepat berhadapan dengan pengawalnya tersebut, ia meninju wajahnya hingga pria itu jatuh tersungkur ke jalanan aspal bersalju di sebelahn

Pria berseragam petugas keamanan itu terdiam. Kurir itu kemudian menepuk pundaknya. "Terima kasih," ucap kurir tersebut yang membuatnya menjadi lega. Petugas keamanan itu pun pergi keluar kantor mewah tersebut. Ia menuju mobil di mana sudah ada Alex serta David di dalamnya. Sesampainya di dalam, pria itu membuka topi penyamarannya, lalu seorang wanita di depannya mengelap sedikit keringat di dahi pria tersebut. "Kau melakukannya dengan baik, Danny," ucap Bella yang juga telah berada di sana. "Hanya dia yang kau puji? Bagaimana dengan kami?" protes David. Bella terkekeh pelan lalu menepuk bahu pria itu. "Tentu saja kalian juga luar biasa!" "Jadi, dokumen tadi benar-benar laporan keuangan Magesty, Alex?" tanya Danny kepada Alex yang sedang memeriksa hasil foto lembar demi lembar laporan yang sempat berpindah tangan padanya selama beberapa menit tadi. "Ya, benar. Itu adalah laporan keuangan yang asli. Selama ini Bob dan bawahannya membuat laporan palsu untuk dilapo

Bethany berjalan keluar ruang kerjanya dan turun melalui tangga darurat yang jarang dilalui oleh pegawai lain. Ia menunggu kehadiran beberapa rekannya untuk membantu dirinya menyelesaikan misi kali ini. Ia sudah memasang sebuah alat pada telinganya yang biasa ia dan rekan revenge squad gunakan dalam misi tertentu. Kali ini, misi ini sangat bergantung pada dirinya. Ia tidak boleh melakukan kesalahan sedikit pun. Selain dirinya yang menjabat sebagai sekretaris Vanessa Godfrey, ibunya Alex itu juga memiliki dua orang yang ia percayai sebagai kaki tangannya di D'Amond. Dua orang ini adalah orang-orang yang patut ia waspadai. "Apa kau sudah berada dalam posisi?" tanya Bethany pada seseorang melalui alat rahasia yang terpasang pada telinganya. "Ya, aku sudah berada di dekat pintu masuk D'Amond." "Baiklah. Tetap di sana sampai aku memberimu kode untuk mulai bergerak." "Roger!" jawab orang itu dengan siap siaga. Bethany kembali berjalan menuruni tangga. Kali ini ia harus menem