Bethany terkejut karena Bella, saudari kembarnya, dikabarkan telah menghilang selama sebulan. Ia pun segera pergi ke apartemen Bella dan menemukan beberapa foto perundungan di apartemen itu. Tanpa pikir panjang, Bethany memilih untuk menyamar sebagai Bella demi mencari tahu apa yang terjadi. Namun, di hari pertama dia menyamar, seorang pria tiba-tiba memanggil nama aslinya. "Siapa kau? Bagaimana kau tahu?" "Bella tidak punya tatto ular sepertimu"
view more“Kau yakin dia tidak ada di dalam?” tanya seorang wanita muda berambut hitam bergelombang di depan sebuah pintu unit apartemen.
Raut wajahnya memancarkan kekhawatiran yang mendalam. Ia ragu untuk membuka pintu itu, takut menemukan sesuatu yang tidak ingin ia bayangkan. “Aku sudah menghubunginya selama beberapa kali dalam dua minggu terakhir. Tapi tidak pernah ada jawaban,” terang seorang wanita paruh baya di hadapannya. Bethany, wanita muda tadi—akhirnya memberanikan diri memencet kode password unit apartemen itu. “Semoga saja kodenya masih sama,” ucapnya lirih. Setelah pintu terbuka, dia memberanikan diri untuk masuk ke dalam ruangan sambil diikuti Marion—wanita pengurus gedung apartemen itu. Ruangan sangat gelap, mereka hampir tidak dapat melihat apapun. Marion mengerti kebingungan yang Bethany tunjukkan, ia menyalakan lampu apartemen bertipe studio tersebut. Bethany dan Marion sangat terkejut dengan apa yang mereka lihat. Sebuah ruangan yang sangat berantakan dan cukup berdebu. Terdapat banyak sekali foto berserakan di lantai. Bethany mengambil beberapa foto, melihat siapa yang ada dalam foto-foto tersebut. Foto-foto itu adalah Bella, sang pemilik unit apartemen sekaligus saudari kembar Bethany yang dikabarkan telah menghilang selama sebulan. “Kita harus melaporkannya ke polisi,” ucap Marion sambil merogoh ponsel yang ada di sakunya. “Jangan! Biarkan aku memeriksa ruangan ini. Bisakah kau meninggalkanku sendiri dulu sementara waktu?” tanya Bethany sambil mengumpulkan foto-foto yang berserakan di lantai. “Kau yakin?” tanya Marion. “Ya. Tinggalkan aku sendiri.” Bethany mempertegas ucapannya. Ia mempercayai Bethany untuk memikirkan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Bagaimanapun, Bethany adalah satu-satunya keluarga Bella yang tinggal di kota New York. Marion segera meninggalkannya sendiri di dalam ruangan apartemen itu. Setelah memastikan Marion sudah keluar, Bethany memandang beberapa foto yang sudah ia kumpulkan tadi. Satu-satunya alasan ia tidak segera memanggil polisi adalah ... di beberapa foto itu terdapat simbol SOS yang sering mereka gunakan saat masih kecil. Simbol SOS berupa bentuk lingkaran yang dicoret anak panah. Simbol itu mereka gunakan ketika mereka ingin menyembunyikan sesuatu dari orang tua mereka, atau ketika mereka meminta pertolongan agar tidak diketahui orang tua mereka. Meskipun mereka akhirnya selalu ketahuan jika menyembunyikan sesuatu oleh sang ibu. Bethany panik dan berkeliling ruangan, memastikan ia tidak melewatkan sesuatu, membuka seluruh laci di ruangan itu. Tapi tidak menemukan apapun. Ia memeriksa kolong tempat tidur, melihat secarik kertas yang dilipat tengah. Ia mengambilnya dan segera melihat isinya. Dear Bethany, Jika kau menemukan surat ini, artinya kau sudah mengetahui kabar bahwa aku telah menghilang. Maafkan aku, aku tidak sekuat yang kau kira. Kembaranmu, Bella “Oh, please! Tidak.. kau tidak boleh seperti ini Bella.” Ia berkeliling untuk mencari petunjuk lain. Ia melihat ada sebuah lukisan besar yang mencurigakan. Ia mengangkat lukisan berat itu dengan susah payah. Terdapat foto-foto Bella yang sedang berganti pakaian dan hanya mengenakan bra dengan pakaian kerjanya. Dia juga melihat sebuah foto pergelangan tangan berlumuran darah yang tersayat benda tajam. Di bawahnya, terdapat foto beberapa orang tanpa nama dan keterangan. “No ... No! Kau tidak boleh melakukannya, Bell!” Bethany terduduk lemas melihat foto-foto itu. Ia mulai menangis membayangkan apa yang telah terjadi pada kembarannya. Ia mencari sesuatu yang bisa menghubungkan seluruh petunjuk. “Ya, pakaian kerja!” Bethany menduga kejadian tersebut terjadi di kantor tempat Bella bekerja. Bethany mencoba mengakses laptop yang ada di atas meja. Ia mengetik nama Magesty-nama perusahaan tempat Bella bekerja. Dia menemukan sebuah link website. Begitu ia membuka link tersebut, ternyata berisi undangan sebuah pesta peresmian produk baru Magesty. Bethany kemudian terpikir bahwa ia harus mencari tahu tentang semua ini. Ia berniat untuk menghadiri pesta tersebut dan melihat dengan kepala matanya sendiri orang-orang yang fotonya dipajang Bella di balik lukisan. Ia sempat berpikir seluruh karyawan akan terkejut jika Bella tiba-tiba muncul. Ia kembali melihat detail acara di undangan tersebut. Ia membaca dresscode yang harus dikenakan di acara tersebut. Kostum halloween dan topeng. Ia sedikit lega membaca hal itu, ini kesempatan baginya. Tidak memakai topeng saja mereka sulit dibedakan, apalagi jika memakai topeng. Ia tidak bermaksud untuk menyamar sebagai Bella, dia hanya ingin mencari petunjuk hilangnya Bella dengan datang ke pesta itu. Ia segera menyusun rencana agar berhasil. Namun, sebelum ia memulai penyamarannya, ada satu hal yang perlu dia lakukan. Berhenti dari tempat ia berkerja sekarang. *** Keesokan harinya, Bethany menuju sebuah salon di pinggir kota New York tepat ketika salon tersebut sedang ramai oleh pelanggan. Beberapa di antaranya adalah pelanggan setia. Ia tidak peduli. Ia hanya terus melangkahkan kakinya ke sebuah ruangan yang berada paling ujung lorong tempat tersebut. Ia membuka pintu dan tampak seorang wanita gemuk berpakaian motif leopard sedang mengangkat kakinya ke atas meja sambil mengerik kuku jari tangannya. “Seperti biasa Miss Bethany, kau selalu terlambat,” ujar wanita tersebut setelah melihat siapa yang membuka pintu ruang kerjanya. “Tidak. Ini tidak seperti biasanya. Biasanya aku datang telat karena kau selalu menyuruhku untuk berbelanja di minimarket dan membelikanmu beberapa sampah untuk kau makan,” jawab Bethany dengan senyum licik di wajahnya. “Apa kau mabuk? Beraninya kau .... " Belum sempat wanita tersebut menghardik Bethany, ia sudah disuguhkan secarik kertas di atas meja. “Aku berhenti,” ucap Bethany sambil membuka kacamata hitam yang sedari tadi masih ia kenakan. "APA KAU SUDAH GILA?!” wanita tersebut bangkit dari kursinya dan dengan sangat geram memukul meja di hadapannya. Bethany tidak peduli dengan omelan mantan atasannya tersebut dan segera ke luar ruangan. Wanita gemuk tadi hanya memanfaatkannya selama ini. Selain mengerjakan pekerjaan kecantikan di tempatnya bekerja, Bethany lebih sering dijadikan pesuruh oleh wanita dengan fashion norak tadi tanpa imbalan yang setimpal. Sekarang, yang ada dipikirannya saat ini hanya mencari tahu apa yang telah terjadi dengan Bella. *** Setelah menyelesaikan urusannya, Bethany kembali ke apartemen Bella. Ia sudah membawa beberapa barang dan memutuskan untuk tinggal di sana untuk sementara waktu hingga ia bisa menemukan Bella. Ia mencari pakaian di lemari Bella berharap menemukan pakaian yang cocok untuk pergi ke pesta Halloween yang diadakan Magesty. Seperti dugaannya, tidak ada pakaian pesta. Ia hanya menemukan sekumpulan baju formal yang kebanyakan adalah kemeja dan blazer. “Untung saja aku membawa seluruh pakaianku ke sini,” ucap Bethany pada dirinya sendiri. Bethany membuka ponsel dan mencari tips untuk mencari perhatian di tengah pesta. Agar orang-orang yang menjadi targetnya, mendekatinya dan tertarik padanya. Ia menemukan beberapa ide yang sangat cemerlang dan berencana untuk mempraktekannya.Bethany masih shock dengan tindakan tak terduga itu. Meski diam-diam ia menyukainya, dengan kesadaran penuh ia terpaksa menghentikannya. "Alex, apa kau sudah gila? Kenapa kau tiba-tiba melakukan itu?" Alex tersenyum misterius sambil mengelap bibirnya sendiri dengan ibu jarinya. Bethany hanya menegak ludahnya sendiri melihat pemandangan itu. "Jangan salahkan aku, kau yang terlalu menggodaku." "Sejak kapan hanya memilihkan baju untuk seorang pria bisa dikatakan menggodanya?" "Sejak kau bersamaku." Alex kembali tersenyum, ia mulai membuka kancing kemejanya satu per satu dengan tatapan yang masih mengarah kepada kekasihnya. "Sampai kapan kau akan di sini? Apa kau juga akan membantuku mengganti baju?" Bethany langsung malu mendengar hal itu dan bergegas keluar dari ruang ganti tersebut. Meski masih sangat penasaran dengan tindakan Alex tadi, ia akan menahan diri untuk saat ini. Beberapa saat kemudian, Alex keluar dengan pakaian yang Bethany pilihkan sebelumnya. Warna
Sepanjang jalan menuju restoran James yang baru, Alex hanya fokus menyetir dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Suhu pendingin mobil sudah hampir menyamai suhu dingin cuaca di luar. Jejak roda mobil menjadi ukiran indah yang bertahan sesaat di tengah jalan raya bersalju sebelum akhirnya ditimpa dengan ukiran baru pada lalu lintas yang cukup padat malam itu. Tanpa sadar, Bethany tenggelam dalam nuansa malam yang ramai dengan gemerlap lampu kota New York yang seakan tidak pernah menjadi kota mati meski di malam hari. Bethany yang sejak tadi sadar akan perubahan suasana hati Alex sejak percakapan rahasianya dengan James tadi, akhirnya terpikir topik percakapan untuk membuat suasana menjadi cair. "Wanita tangguh yang sama sekali tidak pernah meliriknya." Alex memalingkan wajahnya sepersekian detik ke arah Bethany untuk memastikan bahwa Bethany sedang mulai mengajaknya bicara. "Apa yang baru saja kau katakan?" "Itu kalimat yang James bisikkan padaku di kantor polisi
Suasana ricuh kembali terdengar ketika seorang polisi membawa masuk pria yang mengamuk dengan tangan diborgol ke belakang. Alex dan Bethany membayangkan diri mereka yang hampir saja terlihat seperti itu jika bukan karena bantuan pria di hadapan mereka kini. James tersenyum ketika kedua orang tersebut berterima kasih kepadanya. Ia tidak merasa bahwa apa yang ia lakukan tadi adalah sesuatu yang besar, pria itu akhirnya berdiri dan meregangkan otot tubuhnya. "Kalau kalian mau berterima kasih, sebaiknya kalian datang ke restoran baruku di West Village." "West Village? Kau membuka restoran baru di sana? Berapa banyak restoran yang kau miliki, James?" tanya Alex terkejut. "Aku hanya memutus kontrak dengan partner bisnisku di restoran sebelumnya dan mencoba untuk membuka usaha dengan kemampuanku sendiri kali ini. Aku harap kalian bisa datang. Alex dan-" "Bethany." "Benar. Beth- Tunggu, bukankah kau Bella?" Bethany melihat James yang mengerutkan keningnya dan terlihat raut
Alex kini memasang wajah serius. Dia membuat Bethany sangat khawatir. Apakah Alex memiliki alasan khusus kenapa dia tidak pernah mengajaknya berkencan? "Katakan saja. Itu tidak akan mengubah pendapatku tentangmu," ucap Bethany kepada Alex yang terlihat ragu untuk mengatakan yang sesungguhnya. Alex tiba-tiba tersenyum dan seperti menahan tawanya. "Ah. Aku terjebak. Kau hanya menggodaku, kan?!" teriak Bethany ketika sudah menyadari sesuatu. Alex kemudian tertawa. Dia kembali menangkup wajah Bethany dengan telapak tangannya yang besar dan mulai dingin karena salju. Ia mendekatkan wajahnya persis di depan wajah Bethany yang mulai memerah. "Maaf, aku hanya rindu suasana seperti ini. Aku tidak pernah mengajakmu berkencan secara formal karena .... aku takut kau tersinggung jika aku melakukannya." "Tersinggung karena apa?" "Karena kau sangat fokus mencari Bella dan pada misi membalaskan dendamnya." "Asal kau tahu, aku tidak benar-benar fokus saat itu karena seseorang."
Setelah yakin bahwa pria yang berencana menusuk Bethany waktu itu adalah salah satu pengawalnya, Alex bergegas keluar ruangan. Bethany hendak mengejarnya. Namun, Bella menahan lengannya dan menghentikan Bethany. Bethany sedikit ragu dengan pilihan apakah dia harus bersama Bella atau mengejar Alex saat ini. Setelah berpikir sesaat, ia merogoh kunci mobilnya dalam saku mantelnya dan memberikan kunci tersebut kepada Bella. "Maaf Bella, pulanglah lebih dulu." Dengan tanpa menunggu respon dari Bella, Bethany segera berlari kecil keluar ruangan untuk mengejar Alex. Ia melihat Alex sudah menutup pintu lift yang ia masuki. Bethany bergegas turun melalui tangga darurat. Beruntungnya, ia sampai tepat ketika Alex baru saja keluar dari lift. Ia melangkah mendekat untuk mengejarnya lagi. Tanpa sadar atas kehadiran Bethany, Alex yang sudah tenggelam dalam pikirannya sendiri, tetap berjalan menuju pintu belakang kantor Magesty. "Alex! Tunggu!" teriak Bethany sambil berusaha menyamai
"Bukan dia pelakunya." Bethany dan Alex sudah berada di ruangan tersebut. Memecah ketegangan di antara Betty dan Robert yang masih berlutut di hadapan Bella. David dan Vallery sedikit tercengang melihat kedatangan Bethany. Meskipun mereka sudah tahu bahwa Bella dan Bethany adalah kembar. Namun, mereka tidak menyangka bahwa mereka benar-benar mirip dan sangat sulit dibedakan. "Apa maksudmu dia bukan pelakunya, Beth?" tanya Bella merasa tidak senang. Bethany melangkah mendekatkan dirinya dan menyuruh Betty serta Robert untuk berdiri. Ia mendekat ke arah Betty, mencengkram bahunya dan mulai menatapnya dengan puncak amarah yang sedari tadi ia tahan sejak di rumah lamanya. "Aku benar-benar tidak menyangka kau sekejam itu kepadanya. Aku tidak peduli apa motifmu. Tidak ada seorang pun yang berhak menerima perlakuan seperti itu, terutama kembaranku!" Betty hanya diam terpaku. Dia merasa malu atas apa yang ia lakukan selama ini. Dan tidak menyangkal bahwa perbuatannya benar-be
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments