bagiku, hidup menjadi wanita karir atau memikirkan masa depan yang baik. tidak ada masa depan tentang cinta yang terlintas dalam pikiranku. Apa itu cinta? Dan, bagaimana rasanya? apa menyakitkan? atau sebaliknya? atau bisa membuatku melupakan tujuan hidupku? Aelyn Isabelle, Gadis sederhana yang tumbuh tanpa sosok ayah di sampingnya, tinggal di pinggiran kota Chicago, amerika serikat. dan merupakan gadis yang tidak pandai dalam urusan berkencan. Suatu hari dia kalah dari sebuah permain dan harus membuatnya mendekati salah satu pria di pesta malam itu. Dan itu pria? Adalah pria menyebalkan, karena hal itu Aelyn terjerat pada masalah yang lebih serius. Bagaimana kisahnya? Apakah Aelyn berhasil menyelesaikan tantangannya menguatkan hatinya?
Lihat lebih banyakAelyn Isabelle, orang lain biasanya memanggilku Aelyn. Gadis sederhana yang tumbuh tanpa ada sosok ayah di sampingnya secara dirinya lahir di dunia ini, tinggal di pinggiran kota Chicago dan merupakan gadis yang tidak pandai dalam urusan berkencan, usianya 24 tahun.
Usia yang biasanya sibuknya bekerja atau mencari tujuan hidup, tapi Aelyn masih nyaman dengan zona sendirinya.
Saat pertama kali berkencan dan menjalin sebuah hubungan, Aelyn begitu kaku dan cenderung canggung. Sampai akhirnya hanya bertahan tiga bulan hubungan itu, karena Aelyn harus menerima dimana sang kekasih begitu bosan dengan sifatnya dan memilih untuk mencari wanita lain.
Memang bukan hal biasa jika menjalin hubungan tidak lengkap tanpa hubungan intim, hanya saja itu pertama kalinya Aelyn mencoba mengenal cinta, jadi wajar jika dia menolak dan bahkan tidak tanggung untuk membuat peraturan itu dengan mantan kekasihnya.
Aelyn. Wanita mandiri sejak kecil, dididik untuk mandiri oleh sang Ibu. Membuat Aelyn terbiasa tinggal sendiri dan bahkan di usianya yang baru 20 tahun, Aelyn sudah bisa memberikan kehidupan yang baik untuknya, Aelyn tidak mengenal sosok ayahnya sejak kecil, dia ingin bertanya tapi dia sendiri memutuskan untuk diam dan lebih memilih untuk menjadi putri yang baik.
Dia menempuh pendidikan dengan segala upaya yang Ibunya lakukan untuknya. Hingga tanpa sadar membangun karakter wanita tangguh, mandiri, dan tidak mudah menyerah dalam diri Aelyn. Namun, satu kesedihan yang masih Aelyn sulit lepaskan, saat usianya menginjak 22 tahun. Tepat setelah Aelyn tahu sang Ibu memiliki penyakit kanker, saat itu Aelyn kehilangan sosok yang selalu ada untuknya.
Di pagi yang indah, di dalam gedung pencakar langit. Aelyn sibuk dengan layak komputer, menulis di dalam keheningan ruang ini.
“Aelyn, kamu sudah tahu? Hari ini anak dari Tuan Stevanov. Akan datang ke perusahaan ini.” Ucap Kiera. Rekan Aelyn yang berasal dari divisi akunting.
Di siang hari dia menghampiri Aelyn di meja kerjanya, kebiasaan Kiera yang sangat suka menyebarkan gosip di Crop Vic Stevano. Orang lain sampai memberikan julukan ‘si admin rumor’. Padahal Kiera tahu sendiri jika Aelyn tidak peduli dengan segala berita yang terjadi di perusahaan ini, atau bisa dibilang Aelyn anti dalam club rumor.
Baginya menjadi wanita karir adalah tujuan hidupnya untuk saat ini, tidak tahu kedepannya akan terjadi seperti apa.
“Aelyn! Kamu tidak mendengarkanku lagi?” tanya Kiera. Dia tidak suka diabaikan dan padahal gadis itu berdiri di hadapan Aelyn.
Aelyn menyelesaikan naskah daft-nya terlebih dahulu, setelah selesai baru dia mengalihkan pandangannya pada Keira. Perempuan berambut coklat itu hanya menatap datar pada Kiera.
“Kiera, kamu tahu bukan? Aku ini tidak peduli dengan gosip yang terjadi diperusahaan ini, aku datang kesini untuk bekerja bukan menyebarkan rumor or gosip. You know?” ucap Aelyn. Dia tersenyum pada Kiera, yang terkesan seperti dipaksa.
Kiera membuang nafas kesal, dia meniup poninya.
“sayang-ku Aelyn, bisakah kamu sedikit peduli? Yang datang hari ini putra Tuan Stevano! Bayangkan akan setampan apa dia. Aku yakin jika sekarang di divisi lain sedang ramai membicarakan dirinya.”
Lagi-lagi reaksi Aelyn hanya penuh datar.
“lalu aku harus bagaimana? Aku harus membeli buket bunga untuk putra Tuan Stevano? Atau aku rayakan kedatangannya? Aku bahkan tidak mengenalnya sama sekali. Jadi Kiera bersikaplah tenang, pekerjaanku cukup banyak hari ini.”
Kiera hanya bisa mengendus kesal, sejak kapan dia mau berteman dengan orang seperti Aelyn. Mungkin saat itu dirinya tertipu dengan penampilannya.
“yang aku dengar jika putra Stevano mungkin akan menggantikan posisi ayahnya, banyak rumor yang mengatakan jika divisi Advertising, sebagian dari mereka sudah bertemu langsung dan mengatakan dia begitu tampan. Pikirkan jika dia jatuh cinta padaku atau kau?” ucap Kiera, dirinya langsung membayangkan bertemu sosok yang padahal belum dia lihat.
“berhenti menghayal! Kau digaji bukan untuk membayangkan dia, Kiera!” ucap Aelyn, dia sudah kesal dengan atasannya yang terus menuntutnya selesaikan pekerjaan hari.
Dan kadang Aelyn bingung dengan wanita yang terlalu mudah terpesona pada visual tampan dari seorang pria, bukankah perasaan tumbuh karena sebuah pertemuan dan saling mengenal. Apa untungnya sebuah Visual?
Mengabaikan Kiera, dia melirik waktu yang akan mendekati jam makan siang.
“pokoknya nanti saat jam makan siang, kau harus menemaniku! Jika kau tidak mau melihatnya. Jangan melarangku untuk bertemu dengannya!” Kiera kembali membuka suara setelah berhenti membayangkan bertemu dengan putra Tuan Stevano.
“Aku? Keira. Kamu tahu sendiri bukan? Aku tidak suka keramaian. Jadi pergilah sendiri.” Tolak Aelyn dengan tegas, dia kembali menatap layar komputernya, ada beberapa file yang harus segera dikirim
Keira berjalan ke samping Aelyn, menarik tangan gadis itu.
“Please, kali ini saja Aelyn. Temani aku! Aku akan memberikan kopi untukmu.”
Aelyn melepaskan tangannya, dia menggeleng ke arah Mira, “aku tidak bisa Keira, tugasku banyak yang harus diselesaikan.”
Keira memberikan tatapan sedih, dia meninggalkan ruangan Aelyn dengan menghentakkan sepatunya. Menunjukan jika dia kesal dan marah. Sementara Aelyn hanya bisa tersenyum melihat kepergian temannya dengan wajah seperti itu.
Dia masih menyukai suasana tenang, karena dulu Aelyn tidak bisa tidur tenang setiap malam, belum lagi kerja paruh waktu saat masa kuliahnya. Benar-benar membuat Aelyn tidak ingin kembali pada kehidupan itu.
Walau ini Aelyn masih harus hidup di lingkungan sederhana, setidaknya apartemennya yang sekarang lebih baik dari sebelumnya. Itulah kenapa Aelyn lebih suka menghabiskan waktunya disini, menatap layar komputer sampai jam kantor berakhir.
Lalu malam harinya menghabiskan untuk mengistirahatkan seluruh tubuhnya. Kegiatan sehari-hari yang begitu normalnya, dihari libur Aelyn jarang bepergian. Dia akan keluar jika waktunya untuk membeli kebutuhannya dan terkadang saat malas datang dia akan memilih jalur online.
Bukan menghindari kehidupan luar, hanya aaja mencoba menyesuaikan suasana ini, sudah satu tahun saat ibu pergi. Semua terasa hampa untuknya dan Aelyn hampir kehilangan semangatnya, tapi dia belum mau meninggalkan kesepian ini.
Belum lagi fakta bahwa ayahnya meninggalkan dirinya dengan sang ibu, meninggalkan sejuta tanda tanya dan tentu saja luka, jika gadis lain bisa mengatakan cinta pertama mereka adalah ayahnya. Lalu siapa yang harus Aelyn katakan sebagai cinta pertamanya.
Jika ayahnya sendiri menjadi orang pertama yang mematahkan hatinya.
Cukup untuk mantannya yang membuat Aelyn berputar otak untuk tidak mencoba berkencan lagi dan hidup sesuai keinginan dirinya.
Karena Ibunya pernah berkata. ‘hanya dirimu yang bisa menentukan kebahagian itu sendiri.’ Intinya, jika Aelyn sudah berhasil ‘love yourself’ maka tanpa ada paksaan, Aelyn sendiri yang akan meninggalkan Zona nyaman itu.
Jadi di usia yang baru menginjak 24 tahun, apa salahnya jika dia belum menemukan apa itu arti cinta?
Apa salah juga jika menjadi wanita karir adalah pilihannya saat ini, ketika wanita khawatir akan cinta, Aelyn malah percaya jika cinta akan tiba ketika waktunya sudah siap. Dan mengatakan.
“cari sendiri arti cinta itu, karena ada banyak warna, rasa dan makna.”
Aelyn mengusap air matanya setelah rasanya cukup untuk menangisi seorang pria lagi, masalahnya Aelyn tidak bisa lagi menahan diri untuk berhenti menyakiti dirinya, sudah berulang kali dirinya untuk sadar tapi tetap saja terus jatuh seakan dirinya bisa melewati rasa sakit itu, tidak ada yang benar-benar baik dan buruk, hanya saja harus lebih berhati-hati menentukan. Aelyn menyadarkan kepalanya di kursi, tatapannya mengarah pada keluar jendela dimana sudah tidak lagi aktivitas yang begitu sibuk seperti pagi hari, tapi malam selalu di hiasi dengan lampu jalan yang begitu indah, Aelyn tidak ingin lagi menyukai siapapun, jika perlu hisakah hatinya mati rasa saja? “Nona, Menangis bukanlah hal buruk, terkadang kita butuh hal itu untuk sedikit menghilangkan rasa sedih,” Ucap sang supir, dia memberikan tisu saat mobilnya berhenti untuk menunggu lampu hijau. “Terimakasih Pak,” Ucap Aelyn, dia mengambil beberapa lembar tisu dan mengusap wajahnya, lalu kembali menatap ke arah luar lagi, dia but
Hari ini berjalan cepat di luar perkiraan Aelyn, dipukul yang sudah menunjukkan 7 malam, Aelyn masih berada di gedung Crop Vit Stevano. bukan dirinya sedang menunggu siapa-siapa tapi dimana malam ini dirinya akan tidur, dia tidak mau kembali ke apartemen Ethan atau kembali ke apartemennya yang lama, karena laporan yang Aelyn terima barang miliknya sudah hancur terbakar dan hanya beberapa yang bisa diselamatkan. Dia sudah mendapatkan apartemen baru yang ternyata milik Samuel, harganya cukup sedikit menyisihkan tabungannya, Aelyn memilih untuk menyudahi pekerjaannya dan memutuskan untuk merapikan seluruh barang di atas meja kerjanya, dirinya tidak tahu akan kembali tapi tidak ada pilihan selain pulang ke apartemen barunya. Di dalam sana sudah disediakan seperti apartemen pada umumnya, hanya saja Aelyn tidak memiliki pakaian untuk pergi ke kantor besok atau setidaknya piyama untuk tidur malam ini. Haruskah dirinya pergi ke Mall? Tapi ini sudah malam bukan? bagai
Aelyn kembali ke ruangan kantornya dengan perasaan yang tidak nyaman, sorotan mata itu membuatnya tidak bisa melakukan pembelaan untuk dirinya, sudah jelas jika semua orang memiliki pemikiran mereka sendiri tentang kejadian itu, dan percuma saja Aelyn membuka suaranya, menjelaskan segalanya tidak akan membalikan keadaan, itu sudah terjadi dan Aelyn hanya mencoba berpura-pura tidak mengetahui apa yang terjadi.Gadis itu melewati ruangan kantor yang sudah di penuhi oleh karyawan lainnya, menarik kursinya dan duduk di sana, tidak mempedulikan apa yang mereka pikirkan dan berharap kejadian itu bisa di lupakan secepatnya, padahal hari ini Aelyn masih ada beberapa hal yang harus di lakukan di ruangan pria itu tapi—seperti dirinya akan menunda atau menyerahkannya pada yang lain.semua yang di dalam satu departemen dengan Aelyn hanya menatap gadis itu dan memperhatikan kekacauan yang tertulis jelas di wajahnya, tidak sedikit yang berpikir jika Aelyn diam-diam memiliki hu
Aelyn membalik tubuhnya hingga harus melangkah beberapa, dia terkejut melihat saat melihat siapa yang menarik tangannya, dia bahkan menjatuhkan Americano yang ada di tangannya.“Hai! Aelyn,” Sapanya, dengan senyuman manis yang membuat dirinya semakin tampan dan tidak tahu kenapa dirinya bisa berada di sini lalu bertemu dengan Aelyn.Aelyn hanya diam saat pria itu terus menatap dengan jarak yang begitu dekat, Aelyn sampai tidak bisa bergerak sedikitpun dan masih dalam balutan keterkejutannya, bagaimana bisa—jika seperti ini dirinya semakin tidak bisa hidup tenang! kenapa semua datang di waktu yang sulit untuk dirinya terima, Aelyn harus bagaimana?“Aelyn? Kau mendengarku?” Tanyanya, pria itu sampai melambaikan tangannya ke wajah gadis itu, lalu terpaksa menariknya menjauh dari lift karena mereka cukup mengganggu berada di depan sana.“Ah? Ya—Apa yang kamu lakukan di sini Samuel?” Tanya Aelyn, dia menepis perg
Bagaimana menceritakannya, ketika dering alarm bergema di seluruh ruangan, membangunkan kedua sosok yang tertidur dibalik selimut dengan terkejut hingga tidak sadar jika hari ini adalah hari waktunya mulai kembali bekerja, keduanya lupa jika kemarin adalah hari terakhir akhir pekan, dan malam panjang membuat keduanya lelah dalam kabut malam.Dengan terburu-buru mereka langsung bersiap, Aelyn sampai harus kembali mengenakan pakaian hotel dan meninggalkan Ethan begitu saja di sana, walau berbahaya dia tidak ingin mengambil resiko bersama pria itu, memikirkan kejadian apa yang sudah terjadi benar-benar membuat dirinya canggung untuk bertatapan dengan pria itu.Dan kini Aelyn terduduk di meja kerjanya dengan perasaan sulit untuk dimengerti, dia tidak percaya dan rasanya ingin menghilang saja dari muka bumi ini, bodoh sekali! sihir apa yang sudah pria itu lakukan pada dirinya, hingga tidak tahu sudah berapa kali Aelyn membiarkan dirinya kembali tidur dengan pria itu.
Aelyn kembali membuka kulkas yang bahkan sama seperti milik pria itu, banyak sekali makanan sayang sekali mereka hanya satu hari berada di sana, tangan Aelyn terulur untuk mengambil daging yang masih terbungkus dengan baik, sungguh lama dia tidak menikmati steak dan spaghetti.Aelyn memutuskan membuat makan malam sendiri di sana, karena sungguh Aelyn tidak bisa menahan jika perutnya sudah sangat lapar, dirinya lemah dengan jika berusaha dengan perut.Mengeluarkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat Steak dan spaghetti, sejak kapan dirinya jadi kembali rajin masak, bukankah dirinya sangat malas jika urusan masak, dia memang suka memang suka memasak tapi dia tidak suka saat membersihkan peralatan yang dirinya jugakan.Lebih tepatnya, Aelyn malas melakukannya.Dia memakai sarung tangan karena menurutnya itu hal penting, lalu membersihkan bahan sebagai hal penting lainnya, kemudian tangannya terulur untuk mengambil pisau dan mengiris daging setipi
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen