Chapter: Bab 67 Suara air dari dalam kamar mandi terus mengalir tanpa henti, menciptakan gema yang aneh di tengah keheningan rumah itu yang masih menyisakan kepanikan sebelumnya. Khadijah, yang sejak tadi sibuk menenangkan hati dan pikiran, tiba-tiba merasa gelisah. Entah kenapa, hatinya tak tenang. Langkahnya cepat menuju kamar Zaina. Ia mengetuk pintu beberapa kali. "Zaina? Nak, kamu di dalam?" Tak ada jawaban. Ia mengetuk lebih keras, tapi tetap sunyi. Hatinya makin tak enak. Dengan panik, ia mencoba memutar gagang pintu kamar mandi yang ternyata tak terkunci. Begitu pintu terbuka, tubuh Khadijah seketika melemas. "YA ALLAH!" teriaknya. Zaina tergeletak lemah di lantai kamar mandi, tubuhnya dingin, wajahnya pucat pasi, dan napasnya tersengal. Gaun kebaya indah yang tadi dikenakan kini basah oleh air dan peluh, kontras dengan keadaannya yang tak berdaya. "Abi!! Syifa! Arkanaaa!!" Khadijah berteriak panik. Dalam hitungan detik, semua orang berhamburan ke arah sumber suara. Arkana yan
Last Updated: 2025-04-30
Chapter: Bab 66“Iya,” suara Arkana nyaris tak terdengar. “Anak yang dikandung Syifa. anak saya.” Dunia Zaina runtuh seketika. Tubuhnya melemas, Yaya menangkapnya cepat agar tidak jatuh. “Tapi, ini bukan salah kamu, Mas.” Syifa masih mencoba bertahan, suaranya patah-patah. “Kenapa kamu bohong kasihan Mbak Zaina.” Ghifari dan Khadijah sudah membawa Zaina pergi. Tak satu pun dari mereka ingin menatap Arkana dan Syifa. Semua yang hadir di sana hanya bisa terdiam, menyaksikan kehancuran keluarga yang selama ini mereka hormati. “Kalian harus menikah sekarang juga,” desis Gusti, sebelum mengambil ponsel dan menelpon penghulu. “Mas, kenapa kamu bohong?” Syifa terisak, menggenggam lengan Arkana. Tapi tak ada jawaban. Arkana hanya berdiri di sana patah, hancur, dan kehilangan semuanya dalam satu waktu. **** Zaina tak ingat bagaimana ia bisa sampai di kamar mandi. Tubuhnya bergerak sendiri, seperti tanpa jiwa. Tangannya yang dingin gemetar saat memutar kunci. Begitu pintu tertutup, ia bersandar pad
Last Updated: 2025-04-20
Chapter: Bab 65 Pagi itu, suasana rumah Abah Gusti masih lengang. Hanya ada suara sendok yang beradu dengan cangkir teh di meja makan. Syifa tampak mondar-mandir di dapur, mencoba bersikap tenang. Tapi sejak beberapa hari ini, wajahnya selalu terlihat cemas. Matanya sembab, dan tubuhnya pun lebih lemah dari biasanya. Abah Gusti hendak ke kamar mandi, seperti biasa, tapi langkahnya terhenti di depan tempat cucian. Matanya menangkap sesuatu—bungkusan kecil putih dengan garis merah yang masih terlihat jelas. Ia memungutnya dengan tangan gemetar. Seketika dadanya bergemuruh. “Tespek.” Gusti berdiri di tempat, napasnya memburu. Ada dentuman kuat di dadanya antara amarah dan kecewa. Ia menggenggam alat itu dengan keras lalu berjalan ke arah dapur. “Syifa!” suaranya menggelegar. Syifa yang tengah menuang teh hampir menjatuhkan cangkir. Ia menoleh cepat. “Iya, Bah?” “Apa ini?” tanya Abah Gusti dingin, menunjukkan benda yang membuat tubuh Syifa langsung lemas. Syifa terdiam. Matanya mulai
Last Updated: 2025-04-16
Chapter: Bab 64 "Halo," ucapnya pelan, nyaris berbisik, seolah takut jika suaranya terlalu keras akan membuat semuanya runtuh. Di seberang, suara Arkana terdengar rendah dan hati-hati. "Kamu belum tidur?" "Belum, akhir-akhir ini agak susah tidur," jawab Syifa, mencoba terdengar biasa. Padahal dadanya sesak, dan matanya terasa panas. "Kamu baik-baik aja?" tanya Arkana lagi, kali ini terdengar lebih lembut atau mungkin cemas. Syifa menunduk. Ada jeda yang lama sebelum ia menjawab. "Masih berusaha buat baik-baik aja." Hening menyelinap di antara mereka. Lalu suara Arkana kembali terdengar, lebih pelan. "Kamu gak cerita ke siapa-siapa, kan?" "Belum," jawab Syifa cepat, seperti refleks. Ia menarik napas panjang, menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong. "Kalau aku cerita sekarang... aku takut semuanya jadi makin kacau." "Syifa." Arkana seperti menahan sesuatu di ujung suaranya. "Kamu gak bisa terus begini. Kamu gak harus hadapi semua sendiri." "Itu kenapa aku hubungin kamu waktu
Last Updated: 2025-04-14
Chapter: Bab 63 Arkana baru saja pulang. Jam menunjukkan pukul sebelas malam lebih. Ia melangkah pelan masuk kamar, dan mendapati Zaina sudah berbaring di ranjang tampak tertidur. Namun, ia tak benar-benar terlelap. Dengan gerakan hati-hati, Arkana meletakkan tas kecilnya di sofa, mengganti bajunya dengan pakaian rumah, lalu mengambil wudhu. Rasa lelah tampak membekas di wajahnya, tapi ada beban lain yang lebih besar yang ia bawa malam itu. Ia naik ke atas ranjang perlahan, berusaha agar tidak mengganggu Zaina. Ia menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang, lalu menggenggam ponselnya jempolnya sibuk mengetik sesuatu. Matanya fokus, seperti sedang membalas chat seseorang yang penting. Zaina, yang sedari tadi hanya memejamkan mata, kini membalikkan tubuhnya perlahan, menatap suaminya. "Belum tidur?" tanya Arkana saat menyadari gerakan Zaina. Suaranya terdengar pelan. Zaina menggeleng. Ia lalu bangun perlahan, menopang tubuhnya yang kini terasa semakin berat karena usia kandungan yang sudah
Last Updated: 2025-04-12
Chapter: Bab 62 Langkah kaki Zaina melambat ketika keluar dari area kedatangan bandara. Perutnya yang membuncit membuatnya harus berhati-hati, namun bukan itu yang membuat gerakannya terasa berat. Matanya terus menatap dua orang di depannya suaminya dan Syifa. Dari tadi, Zaina tak mendengar satu pun suara tawa keluar dari mulut mereka. Tapi anehnya, kedekatan itu justru terasa lebih dalam daripada sekadar candaan atau gurauan. Mereka seperti dua orang yang menyimpan rahasia besar, saling paham dalam diam. Dan di tengah itu, Zaina merasa seperti bayangan, ada tapi tak dianggap. “Mas…” ucapnya lirih, lebih kepada dirinya sendiri. Tangan Zaina terulur mengelus perutnya. Ia menunduk, mencoba menelan rasa perih yang mulai naik ke tenggorokan. Matanya basah, tapi ia cepat-cepat mengedip agar air mata itu tak jatuh. Tidak sekarang. Tidak di depan mereka. Setibanya di parkiran, Arkana hanya mengangguk ketika Zaina bilang ingin duduk di kursi belakang. Syifa juga tak menolak ketika duduk di sampin
Last Updated: 2025-04-11