공유

Chapter 2

작가: nrs_putriy
last update 최신 업데이트: 2021-07-18 21:19:58

HIS SMILE

"Tersenyumlah. Dengan begitu kebahagiaan akan terpancar di sekelilingmu"

✈✈✈

Pertama kalinya Andin mengenakan pakaian SMA. Baju putih sekolah yang kecil dan rok abu-abu didesain sedikit ketat di atas lutut, itulah ciri khas seragam SMA Bakti Nusa di tahun 2005.

Andin berdiri di depan cermin memandang bayangan semu. Dia tersenyum riang memakai dasi panjang khas Bakti Nusa.

Andin pun beranjak mengambil tas punggung berwarna cokelat dan merangkulnya. Dia bergegas pergi dari kamarnya ke lantai bawah.

Dari anak tangga terakhir Andin memperhatikan kedua orangtuanya sibuk dengan kegiatannya di pagi hari. Ayahnya sibuk membaca koran sambil menyeruput secangkir kopi sementara Ria berada di dapur menyiapkan sarapan untuknya.

"Pagi, Ayah." Andin menghampiri lelaki itu dan mencium pipinya.

"Iya," jawab Syafril singkat. Dia begitu larut membaca berita bola di koran.

Bibir Andin memanyun. Tak biasanya Syafril merespon seperti itu. Mungkin berita bola kali ini benar-benar menarik perhatiannya.

Lalu Andin menghampiri Ria di dapur dan duduk di kursi makan. Ria yang hendak memberikan seporsi nasi goreng-lengkap dengan telur mata sapi-tersenyum mendapati anaknya cemberut. 

"Ayah jangan terlalu sibuk baca koran. Andin ngambek nih," jelas Ria.

Andin tak menampik bila dia anak yang manja. Sebagai anak tunggal, tentulah dia selalu mendapat perlakukan istimewa dari kedua orangtuanya.

Syafril menghela napas panjang dan melipat dua koran itu. "Iya, Bu." Syafril pun mendatangi istri dan anaknya.

"Pulang kerja nanti Ayah beliin muffin. Jangan ngambek lagi ya," tawar Syafril sambil mengusap kepala Andin.

Andin berpaling padanya dan tersenyum riang. Dialah ahlinya membuat Andin tersenyum kembali. "Janji." Andin menunjukkan kelingkingnya.

"Iya, Janji." Mereka saling mengaitkan kelingking.

Ria tersenyum melihat keakuran ayah dan anak itu. Mereka begitu lahap menghabiskan sarapan yang dibuat Ria.

"Andin pergi ya, Bu," pamit Andin.

"Nggak pergi bareng Ayah?"

"Nungguin Ayah lama banget, Bu. Lagian Andin udah janji pergi bareng Meysa sama Putri," papar Andin sambil memakai sepatu sekolahnya.

"Yah, Andin pergi," pekik Andin agar Syafril dapat mendengarnya dari dapur.

"Iya," sahutnya.

Jarak tempuh rumah dengan sekolah tak terlalu jauh jika Andin melewati gang tembusan. Karena itulah dia memilih berjalan kaki ketimbang naik angkutan umum.

Andin melihat dua siswi mengenakan seragam sepertinya berdiri di perempatan gang. Dia tersenyum sembari melambai pada mereka.

"Udah lama kalian nunggu?"

"Nggak juga," jawab Putri.

Ketiganya berjalan beriringan memenuhi lapak gang kecil ini menuju satu tempat.

"Kira-kira kita bakalan satu kelas nggak?"

"Keknya nggak mungkin," jawab Andin pasrah.

"Kita bisa kok satu kelas."

"Iya, bisa. Itu kalo nyokap lo kepala sekolah," cibir Meysa.

Putri menatap Meysa sinis dan menyilang kedua tangannya. Andin hanya terkekeh melihat perdebatan kecil mereka. Sudah mejadi hal biasa api dan api saling menyembur hawa panasnya.

✈✈✈

Para senior memerintahkan peserta didik baru untuk membentuk barisan di lapangan utama. Namun cara yang mereka lakukan terkesan menjengkelkan. Bagaimana tidak? Mereka berteriak seolah junior adalah budak Romusha dan mereka penjajahnya.

Sunyi. Seperti itulah keadaan saat ini. Dalam posisi istirahat di tempat mereka mengamati Nurhayati bercakap di belakang mimbarnya.

"Saya ucapkan selamat kepada kalian yang telah berhasil menjadi peserta didik SMA Bakti Nusa. Saya harap kalian dapat menyalurkan bakat kalian di sini untuk mengharumkan dan meninggikan harkat dan martabat sekolah," ucap Nurhayati dibalas anggukan dari beberapa peserta didik.

Nurhayati-yang kerap disapa Nur-juga memberitahukan mekanisme pembagian kelas secara detail agar mereka paham dan mengerti maksudnya. Setelah itu dia meninggalkan mimbar menuju ruangannya.

Dikomandoi para senior, tiap regu melewati koridor khusus kelas sepuluh untuk mencari nama mereka pada kertas yang tertempel di jendela kelas. Andin beserta anggota regu Anggrek berlari kecil di koridor yang membawa mereka ke sederetan kelas IPA. 

Singgahan pertama di kelas IPA-1. Andin menilik satu per satu nama di kertas. Dia menunjuk satu nama yang merupakan nama temannya, Putri. Dengan nama super lengkapnya Auliya Bunga Putri Indah Novita Talia Latifa Kusumawardhana

Andin menengok beberapa regu yang tersisa di lapangan. Meski puluhan orang berdiri di sana, Andin dapat mengetahui Putri dan Meysa hanya dengan postur tubuh dan gaya rambut mereka. Putri sama Meysa masih di sana.

Berlanjut pada kelas kedua, Andin kembali berkutik pada kertas putih. Dia hanya fokus bagian atas saja karena namanya merupakan huruf abjad pertama. Hasil akhir dia tak menemukan namanya. Mungkin di kelas sebelah.

Andin beranjak menuju kelas selanjutnya. Masih dengan cara yang sama namun hasilnya nihil. Andin tak menemukan namanya dan nama Meysa. Itu berarti nama mereka tercantum di kelas selanjutnya.

Meski sudah dapat ditebak, namun Andin tetap saja mencari namanya. Hanya sekadar memastikan.

Andin berdiri di belakang kerumunan. Badan mungilnya tak cukup sampai melihat di depan sana sehingga dia harus berjinjit. Dia membaca lagi beberapa nama di kertas itu. Nama Andin berada di posisi pertama sekaligus menjadi absen pertama. Sementara nama Meysa berada di posisi tengah.

Andin menghela napas. Dia lega bisa satu kelas dengan Meysa. Andin bukan tipe orang yang mudah bergaul. Karena itu dia sulit beradaptasi dengan orang yang baru dia kenal.

Saat Andin berbalik, matanya terbelalak mendapati dada bidang-yang bersembunyi dibalik seragam putih-tepat di depannya. Pupilnya bergerak pelan ke atas. Seorang cowok berpostur tinggi sedang memandangi kertas di depannya.

Andin terdiam memandangnya. Meninjau tiap ruas wajahnya dari dahi lurus, alis tebal, monolid eyes, hidung mancung, bibir tipis dan rahang persegi. Tak salah lagi. Dialah yang menjadi perwakilan siswa kemarin.

Mata mereka saling bertemu. Iya, cowok itu menangkap basah Andin yang memperhatikannya. Buru-buru Andin berpaling melihat beberapa orang baru saja datang. Mereka adalah regu Melati, tak lain regunya Meysa.

"Din, kita sekelas." Meysa menghampiri Andin dan memegang pergelangannya.

Cowok itu melangkah pergi dan bersinggungan dengan Meysa. Andin sempat meliriknya berjalan lurus menyusuri koridor ini. 

"Din, lo liatin siapa?" tegur Meysa menepuk bahunya.

"Ng... iya, Sya?" Andin gelagapan.

Meysa mengikuti arah mata Andin namun dia tidak menemukan apa-apa selain orang yang melintas.

"Putri di kelas IPA-1."

"Iya. Tadi gue liat namanya."

Meysa mengangguk. Lalu dia menuntun Andin masuk ke dalam kelas. "Kita harus cepet cari tempat duduk."

Keduanya berdiri di ambang pintu. Pandangan mereka memencar tak tentu arah. 

"Kita duduk di sana." Meysa menunjuk kursi ketiga di barisan pertama.

"Kenapa di belakang?" Andin memiringkan kepala. Bingung.

"Gue alergi duduk di depan," kekehnya. 

"Serius, Sya."

"Kita duduk belakang aja, biar gue bisa nyusun siasat kalo lagi ulangan."

Andin mengangguk pasrah. Sejujurnya dia tidak memerlukan hal seperti itu. Meysa pun menuntun Andin ke bangku yang dia pilih.

"Din, gue duduk di pojok," sanggahnya melihat Andin hendak menaruh tas.

"Iya, Sya," jawabnya tersenyum. Andin memang dikenal pengalur dari kedua temannya.

"Eh, kita ke kelas Putri, yuk?"

"Lo duluan aja, Sya. Nanti gue nyusul," jelas Andin sibuk menyuluk sesuatu dari dalam tasnya.

"Oke," tandasnya melangkah pergi keluar kelas.

Kemana jam tangan gue? Andin mengeluarkan semua barangnya hingga benda yang dia cari jatuh bebas ke lantai.

Andin membungkuk. Tangan kanannya menjulur hendak mengambil jam. Dia sedikit terkejut mendapati satu tangan mengulur lebih panjang darinya. Andin kalah cepat mengambil jamnya dari orang itu.

Spontan Andin mendongak. Dia kembali menemukan orang itu, cowok yang tidak dia ketahui namanya. Tangannya menengadah. Sebuah jam tangan silver bereksistensi di atasnya.

Andin mengambil jam tangan itu dan memandangnya. "Makasih."

Dia senyum, batin Andin.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • 10 Years Ago   Chapter 45

    ANOTHER SIDE“Bersyukurlah atas apa yang Tuhan takdirkan untukmu. Kamu tidak akan pernah tahu bahwa orang di luar sana menginginkan hidup sepertimu, sedangkan kamu tidak mensyukurinya.”✈✈✈Minggu, 8 Januari 2006Mentari pagi membawa pesan baik kepada semua orang, bahwa hari ini adalah hari yang indah untuk melakukan segala aktivitas. Meski hanya ada satu mentari, dia dapat menemani kita kapan pun dan dimana pun.Andin memperhatikan suasana di sekitarnya dari balik jendela mobil. Para pejalan kaki, para pemotor, para pemobil, para penjual koran, dan yang lainnya telah berperan baik seperti yang Tuhan amanahkan.Mobil sedan itu memperlambat laju hingga menepi di pinggir jalan. Kendaaraan itu berhenti tak jauh dari seorang pedagang yang pernah dia temui beberapa waktu lalu."Kita turun dulu," titah seseorang di sampingnya. Pemilik perut buncit itu membuka sabuk pengaman dan keluar dari mobil.Sejenak Andin melihatnya memberi lambaian tangan pada pedagang itu. Kemudian dia membuka pintu

  • 10 Years Ago   Chapter 44

    NEW YEAR “Semua orang memiliki harapan yang ingin dicapai setiap tahunnya. Dan semoga Semesta mempermudahmu mencapai harapan itu.” ✈✈✈ Ini adalah malam terakhirmu, 2005. Melewati 365 hari dengan rasa duka dan rasa cita. Kami merasakan tumbuh, gagal, lalu bangkit, dan berakhir dengan keberhasilan. Perjalanan panjang itu terasa begitu cepat dan singkat. Rasanya seperti kemarin kami menyambutmu di malam pergantian tahun. Di tahunmu, kamu mempertemukanku dengan seseorang yang baik. Dia mengalihkan semua orang, menjadi pusat perhatian, dan dia juga berhasil meleburkan benteng pertahanan ini. Hanya saja ada satu hal yang mengundang benci, kamu tak membiarkan dia untuk dimiliki. Mungkin tugasmu hanyalah mempertemukan. Lalu kamu menggantinya dengan seseorang yang baik pula. Dengannya rasa bahagia terus mengalir dalam jiwa, mengobati harapan yang telah pupus, dan menumbuhkan kembali harapan baru dengannya. Memang awalnya menentang. Namun semakin hari keputusan itu berubah. Mene

  • 10 Years Ago   Chapter 43

    YOU“Kepadamu yang selalu ada di sampingku, mengisi hari indahku, aku tak bisa lagi menyangkal perasaan ini. Apa yang dikatakan Dewa 19 dalam lagunya benar-benar terjadi padaku, bahwa aku telah mencintaimu.”✈✈✈Riuh suara menggema di dalam gedung berukuran besar. Dua kubu bersahut memberi semangat kepada temannya yang bertanding. Ratusan kertas karton berwarna putih dan merah terbentang di setiap sudut. Warna itu sebagai simbol atau penanda, putih untuk SMA Bakti Nusa, sedangkan merah untuk SMA Gadjah Perkasa.Andin sedikit mengangkat kepala. Manik mata menangkap ratusan orang di sekelilingnya. Mereka duduk di kursi penonton yang berada di atas. Tidak seperti dia yang duduk bersama tim cadangan basket.Lalu manik matanya berpindah pelan ke bawah. Menangkap sosok cowok jangkung berseragam basket dengan nomor punggung 14. Di kepalanya melingkar sebuah benda berwarna putih, menyamakan dengan warna seragamnya.Anak basket sering memakainya ketika bermain. Selain untuk menambah tampilan,

  • 10 Years Ago   Chapter 42

    SOMEDAY“Suatu hari nanti kamu akan menyadari bahwa orang yang layak kamu pilih adalah orang yang selalu ada di sampingmu."✈✈✈"Milo, lihat kamera ini sebentar aja," pinta seorang gadis dengan rambut dicepol. Kamera digital di tangannya mengarah pada seekor kucing berwarna hitam.Milo merealisasikan permintaannya. Kucing itu menoleh dan menatap lama kamera. Andin tersenyum menatap layar. Satu jarinya menekan tombol shutter untuk mengambil gambar.Andin melihat hasil foto dengan menunjukkan lekukan tipis di bibirnya. Dia tersenyum sangat lama. Milo terlihat sangat menggemaskan.Lalu Andin menaruh kameranya di atas meja. Sudah saatnya dia berhenti mengambil foto Milo. Dia pun mendaratkan tulang duduknya di atas sofa. Manik mata fokus pada kucing hitam di sampingnya.Satu tangan membelai rambut halusnya. Kucing itu terlihat sangat senang. Andin terkekeh melihatnya. Sesekali Andin melakukan hal jahil dengan mengacak rambutnya. Lantas Milo langsung menatapnya sinis dan bersiap untuk mener

  • 10 Years Ago   Chapter 41

    YOUTH“Nikmati masa muda dengan mengisi harimu bersama teman atau pun seseorang yang istimewa di hatimu. Penuhi masa ini dengan kebahagiaan, jauhkan sesuatu yang dapat merusaknya.”✈✈✈Seluruh peserta didik berbaris rapi sesuai barisan kelasnya masing-masing. Ribuan pasang mata fokus memperhatikan seorang wanita berdiri di belakang mimbar. Dia berbicara seorang diri di sana. Menyampaikan suatu pengumuman, tak lain mengenai hari libur semester gasal. Jangka waktu libur semester ini tak pernah lebih dari dua minggu. Setelah pengumuman selesai dia turun dari sana. Membiarkan pihak OSIS mengambil alih untuk mengumumkan hasil kegiatan class meeting yang telah diselenggarakan dua hari berturut-turut.Salah satu panitia yang bertugas menyebut kelas pemenang dari setiap lomba. Dari cabang olahraga futsal dia menyebut kelas X IPA-4 sebagai juara pertama. Lantas anak kelas itu langsung bersorak menyambut kemenangan. Mereka melompat girang dan saling merangkul. Ada beberapa kelas lain juga yan

  • 10 Years Ago   Chapter 40

    YOUR PRESENCE“Kehadiranmu berhasil mengubah duniaku, membawaku menuju versi yang lebih baik."✈✈✈Sudah kesekian kali dia menoleh ke kanan. Memandangi seseorang yang sekali pun tak pernah melihatnya. Siswi itu larut menyaksikan pertandingan futsal bersama teman kelasnya.Dia menghela napas berat. Harapannya pupus untuk meminta dia datang dan menyemangatinya di pertandingan final nanti. Dia pun menyadari bahwa tak lama lagi pertandingan segera dimulai. Menghitung detik-detik terakhir saja.Manik matanya beralih tatkala mendengar derap langkah seseorang dari arah depan. Seorang cowok mengenakan seragam basket melangkah menujunya."Muka lo kenapa kusut gitu," celetuk Guntur. Dia duduk di samping Dirga dan merangkul lehernya.Dirga memalingkan wajahnya ke kanan. Kali ini dia mendapati Andin tengah tertawa lepas. Dia begit

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status