Daffin sudah menghubungi Alvira dua kali, karena saat ini Daffin sudah sampai di lokasi, sudah lima belas menit Daffin menunggu tapi Alvira dan keluarganya juga belum datang.
“Gimana?” tanya Shela yang sudah mulai gelisah di tempat duduknya.
“Sabar mi, mungkin masih di jalan,” sahut Ahmad mencoba untuk menenangkan.
Daffin sendiri hanya diam, sambil mengerutu dalam hati akan tindakan Alvira yang terlambat.
Sedangkan di rumah, Alvira juga sudah mulai gelisah. Ayah yang diharapkannya untuk datang tapi sampai saat ini juga tidak muncul-muncul bahkan ini sudah lewat tiga puluh menit.
“Kita pesan taksi online aja Bu,” ucap Alvira dengan nada lesu.
“Iya sayang, kan kasian keluarga Daffin nungguinnya nanti kelamaan,” sahut Alea.
Alvira keluar duduk di teras rumah sambil memesan taksi, tapi saat ia ingin memencet tombol pesan sebuah mobil berhenti tepat di depan pagarnya.
Alvira tersenyum kala melihat sang ayah keluar dari mobil
Pelayan restoran datang menyajikan makanan pembuka,” ayo makan,” ajak Ahmad.“Kamu tambah sukses aja ya, nggak nyangka yang tadinya hanya bercanda mau besanan eh, akhirnya tercapai juga,” celetuk Arka di sela-sela kunyahannya.“Aku juga nggak tau ternyata Alvira ini anak kamu yang waktu itu ketemu di mall ya,” sahut Ahmad sambil mengingat-ingat lagi pertemuan beberapa tahun yang lalu.Kedua pria paruh baya yang duduk saling berhadapan itu terlibat percakapan yang seru, mengingat masa muda keduanya. Dan keinginan konyol mereka tentang perjodohan anak.“Yang kemarin Alvira kirim cake itu pasti buatan kamu!” seru Shela.“Iya, maaf nggak enak ya?” tanya Alea sedikit lesu.“Kamu gimana sih enak kok,&rdq
Setelah melalui perdebatan yang panjang masalah penentuan tanggal pernikahan Daffin dan Alvira. Kini semua sepakat jika acaranya akan diadakan sepuluh hari mendatang.Daffin dan Alvira hanya bisa menerima keputusan yang telah ditetapkan. Untung saja gaun pernikahan mereka sudah dipesan jauh hari.Semua itu merupakan keinginan dari Shela. Sebenarnya Shela hanya memberikan waktu seminggu saja, tapi Daffin menolak dengan alasan kantor ada sedikit masalah. Awalnya Daffin mau untuk diberikan waktu dua minggu paling cepat tapi lagi-lagi, Shela tidak setuju. Jadi Ahmad ikut bicara diambil lah jalan tengahnya sepuluh hari.Semua pesta diserahkan kepada para orang tua terutama para nyokap. Alvira menolak saat Shela ingin merayakan dengan meriah pernikahan mereka. Daffin juga membujuk agar pestanya digelar dengan sederhana saja. Mereka beralasan jika tidak ingin sang mami kelelahan yang akan berakibat dengan kesehatan maminya.Dengan sangat terpaksa Shela men
Alea mengangkat tangannya menyentuh pipi Arka,” aku kangen kamu,” lirihnya lagi.Alea mencoba untuk memberanikan diri melakukan itu, dibalasnya tatapan Arka. Kedua manik mata itu menyimpan kerinduan yang mendalam.Tanpa permisi aliran bening di pelupuk mata Alea mengalir perlahan membasahi pipinya. Arka yang melihat langsung mengelap aliran itu agar pipi indah Alea tidak basah.“Jangan menangis, aku juga merindukanmu. Aku minta maaf atas kesalahan ku yang lalu. Aku janji tidak akan mengulangi dosa itu lagi, aku akan lebih berhati-hati lagi pada semua orang.”Arka kembali mengungkapkan rasa penyesalannya. Tanpa aba-aba keduanya langsung berpelukan meluapkan rasa rindu dan sayang. Air mata itu kembali lagi membasahi pipi Alea, membuat kemeja yang digunakan Arka ikut basah.“Jangan nanggis terus, aku juga ikut sedih lihatnya,” ujar Arka yang melepaskan pelukannya demi menatap wajah Alea.“Aku akan berus
“Ck,” Daffin berdecih saat panggilan itu berakhir. Daffin dari dulu memang tidak menyukai Clara. Sikap Clara yang selalu gampangan membuat Daffin tidak respect terhadapnya.Daffin melanjutkan tidurnya tubuhnya sudah lelah, pikirannya juga sudah lelah saatnya ia mengistirahatkan semua anggota tubuhnya.Agar menyambut hari esok lebih baik lagi.***Maya membuka matanya perlahan menyesuaikan cahaya yang masuk dalam rentina matanya. Di rabanya di samping ia tidur, tapi tidak ia temukan seseorang yang biasa berada di tempat itu.Maya langsung duduk untuk mencari keberadaan sang suami, matanya mengawasi setiap sudut yang ada di kamar itu tapi ia tidak juga menemukannya.Maya langsung saja turun, berniat ingin mencari Arka di ruang kerjanya. Sambil mengingat hal apa yanag terjadi semalam?Maya takut jika ia kecolongan akan Arka yang pergi ke rumah Alea. Tapi saat Maya ingin membuka pintu kamarnya, dari luar Arka masuk sambi
Shela cukup kaget mendengar kabar jika rumah tangga sahabat lamanya mengalami masalah. Padahal yang ia tahu pasangan itu merupakan pasangan yang romantis dimasa mudanya. Sampai-sampai ia merasa iri dengan mereka.“Mudahan apapun masalahnya semoga cepat selesai,” batin Shela.Shela hanya bisa mendoakan sahabatnya itu. Ia tidak ingin bertanya atau ikut campur menurutnya itu privasi mereka apapun itu semoga ada jalan yang terbaik. Itulah harapan Shela saat mendengar kabar itu.“Sudah yuk sarapan,” ajak Shela yang melihat Daffin sudah selesai melakukan olahraganya.“Ayo,” sahut Daffin.Keduanya pun meninggalkan ruangan fitness itu, menuju rumah utama.“Aku mandi dulu mi,” ucap Daffin.Yang langsung masuk dalam lift. Saat pintu lift itu terbuka sang papi berada di depan menunggu pintu besi itu terbuka.“Pi,” sapanya.“Di tunggu mami sarapan tuh, aku mau mandi d
Daffin sedang berada di kamarnya, setelah melakukan perbincangan dengan sang papi di ruang kerja. Saat ini Daffin menatap MacBooknya untuk melihat email yang masuk, duduk di atas sofa mengamati setiap tulisan yang berada di layar pipih itu.Cukup lama Daffin berkutik dengan pekerjaan, hingga jam makan siang tiba. Sudah dua kali assisten rumah tangga memanggil dirinya untuk segera turun makan siang karena ditunggu oleh mami dan papinya.Padahal kerjaannya belum selesai. Dengan sangat terpaksa ia pun menutup MacBooknya dan bergabung dengan mereka.Setelah makan siang, Daffin pamit ingin kembali ke apartemen.***Alvira yang sudah menyelesaikan tugasnya kini duduk termenung sendiri.”Bagaimana bisa aku menjalani kehidupan rumah tangga bersama orang yang sama sekali tidak aku cintai. Sehari bersamanya saja bisa membuat aku tekanan, bagaimana jika aku satu atap dengannya?”Alvira terus membatin. Sepertinya ia menyesali keputusannya yan
Alvira duduk berhadapan dengan Daffin menunggu seseorang yang dikatakan oleh Daffin. Tidak ada percakapan yang terjadi diantara mereka.“Iya hallo,” ucap Daffin saat menjawab telepon yang masuk.Alvira menatapnya, “ sepertinya orang yang sejak tadi ditunggu,” batin Alvira.Dan betul saja tidak lama datang dua orang wanita menghampiri meja mereka. Saat mereka datang pelayan restoran juga datang dengan membawakan pesanan Daffin.“Ayo duduk, kita sambil makan,” ajak Daffin.“Terima kasih pak,” sahutnya.Mereka pun makan sambil berdiskusi tentang konsep yang akan digunakan. Alvira memilih diam saja mendengar pembicaraan mereka.“Oh ya, ini calon istri saya,” ucap Daffin mengenalkan.“Alvira,” ucapnya sambil mengulurkan tangan untuk berjabat.“Desy, ini assisten saya Mia,” jawabnya mengenalkan diri.Disela-sela makan mereka, Daffin meng
Seketika Kevin menoleh ke arah Daffin dan juga Alvira. Niat untuk memperkenalkan diri malah ia kaget milihat mantan pacarnya bersama teman lamanya.Iya, yang nymaperin Clara adalah Kevin. Mantan pacar Alvira.“Alvira!” Seru Kevin.Alvira yang disebut namanya hanya tersenyum tipis. Daffin tidak melepaskan tangannya dari pinggul Alvira. Seakan memberitahu jika Alvira sudah jadi miliknya.“ Hey, apa kabar?” tanya Kevin yang dibuat sesantai mungkin. Kevin mengulurkan tangannya untuk berjabat.Uluran tangan itu diterima oleh Alvira.“Baik,” jawab Alvira.“Elo apa kabar?”Kini tangan Kevin berahli kepada Daffin.“Seperti yang lo lihat,” balas Daffin sambil menyambut uluran tangan Kevin.“Boleh gabung?” tanya Kevin lagi.Alvira mengangguk.“Silahkan!” ucap Daffin.Clara bingung melihat ketiga orang yang berada di depa