Apa yang salah dengan ketetapan Tuhan untuk semua makhluk ciptaannya? Dan apa yang salah dengan karma? Bukankah setiap perbuatan akan mendapatkan balasan yang setimpal? Pertanyaan itulah yang terbesit di benak Zoya yang sudah tidak gadis lagi. Zoya menatap benda tajam yang baru saja ia ambil dari dalam laci kecil di samping ranjang. "Apakah hidupku harus berakhir sekarang juga? Lalu, apakah Papa akan berdamai dengan seluruh musuhnya dan merelakan aku pergi?!" Zoya memegang gunting hitam berukuran sedang dengan kedua tangan dan mengarahkannya kepada perutnya. Terlahir sebagai perempuan dan tumbuh besar di kalangan keluarga kaya raya yang tidak sedikit memiliki musuh, membuat para orang tua menjodohkan anak perempuan mereka dengan relasi bisnis untuk memperkuat kerajaan bisnis keluarga. Mengorbankan anak perempuan mereka dengan alasan berbakti kepada kedua orang tua adalah hal biasa yang terjadi di kalangan keluarga kaya. Tentunya, salah satunya adalah keluarga Sultan. Zoya memeg
"Apa yang sedang dilakukan Tuan Zeno? Kenapa dia mondar-mandir dengan raut wajah tegang? Dan ...." Kedua mata Ibrahimovich mengikuti arah pandang Zeno. "Apa yang telah terjadi? Kenapa lantai penuh pecahan beling? Jangan-jangan sudah terjadi sesuatu sama Nona Zoya!"Ibrahimovich tak henti-hentinya memperhatikan Zeno yang sangat berani mengatur tuannya. Bukan hanya memperhatikan gerak-gerik Zeno, Ibrahimovich tak berhenti berspekulasi. Sebagai mata-mata yang sengaja diselipkan Aldebaran ke dalam pertahanan Ivanovic, Ibrahimovich memang menjalankan tugas dengan sangat baik. Karena kedudukannya yang bisa dibilang memegang peranan penting di kediaman Ivanovic, ia mengemban tugas yang tidak ringan. Selain memiliki kemampuan di bidang kedokteran, pria yang memiliki nama lengkap Omar Zlatan Ibrahimovich tersebut handal dalam pengetahuan persenjataan. Itulah mengapa dirinya berada di rumah besar Ivanovic. "Tuan, ada apa? Anda terlihat mencemaskan sesuatu." Ibrahimovich berjalan menghampi
Meskipun raga Zoya sedang bersama Ivanovic, tapi tetap pada Aldebaran.Zoya tidak henti-hentinya menatap Ivanovic yang duduk di sampingnya. Ia mengira pria itu adalah Aldebaran. "Zoya? Kenapa?" Ivanovic mengelus pipi Zoya lembut. Kedua tangannya memegang pipi Zoya. Dia mendekatkan wajahnya. Kamu mikirin apa?" Ivanovic merasa, Zoya sudah mulai membuka hati untuknya. Tanpa ragu, Ivanovic menempelkan bibirnya ke bibir mungil Zoya. Melihat tidak ada, membuat Ivanovic meneruskan niatnya untuk menikmati bibir manis Zoya. "Hmmm ....""Hmmm," gumam Zoya. "Kells, aku kangen kamu," lirih Zoya yang masih menutup kedua matanya. Ivanovic terkejut. Pria itu menghentikan aksinya. "Zoya, siapa Kells?" Kedua tangannya mengguncang-guncang bahu Zoya. "Jawab aku!" Zoya membuka kedua matanya dan sadar ketika melihat pria yang duduk bersamanya bukanlah Aldebaran, melainkan Ivanovic. "Aーaku ...." Zoya tidak menyangka jika dirinya memanggil nama Aldebaran begitu saja. "Aーku nggak ...."Prang!Iva
Yonathan masih berjalan mengitari jalan Kenari. Di jalanan yang sepi ini, terdapat beberapa kemungkinan bahwa minibus itu melintasi jalan ini. Brom brom brom!Suara mesin mobil menderu semakin mendekat. Yonathan bersembunyi di balik pohon besar di pinggir jalan. Dengan kepala yang menyembul keluar dari balik pepohonan, Yonathan bisa melihat dengan jelas siapa yang melintas. "Sial! Aku berharap minibus itu yang lewat." Yonathan kembali berjalan menyusuri trotoar hingga ia sampai di pertigaan jalan Kusuma. Yonathan berdiri di bawah pohon besar untuk memutuskan akan berjalan ke arah mana. Ponselnya berdering."Ya, Tuan Kells?" "Jalan Kusuma. Mereka berada di pertigaan jalan Kusuma. Cepatlah!" Suara tegas milik Aldebaran terdengar jelas. "Ah?" Yonathan sangat terkejut ketika melihat papan nama yang berada di sisi kanannya. "Ada apa, Yo?" Aldebaran menyipitkan mata saat mendengar respon dari Yonathan. "Kebetulan banget saya lagi di pertigaan jalan Kusuma," sahut Yonathan. Dia m
"Maaf, Tuan. Saya nggak lihat langsung wajah sopir tua," jawab Felix. "Hanya para Agent yang berada di tempat kejadian saat itu." Aldebaran memikirkan cara yang tepat untuk segera menyelesaikan perkara ini. "Perintahkan Yonathan untuk mencari mereka dan lakukan dengan diam-diam!""Apakah perlu pengawal untuk membantunya, Tuan?" Felix mengerutkan dahinya. "Nggak. Yonathan adalah ahlinya." Aldebaran menepuk bahu Felix lalu pergi. "Baik, Tuan."Felix keluar dari ruangan besar untuk menemui Yonathan. Ia melihat Rieke dan Tomosa masih setia berdiri di depan pintu. "Sebaiknya kalian duduk di sana sambil menunggu Tuan Kells selesai mengintrogasi Tuan Ezra!" Felix menunjuk kursi yang tersedia di dekat kaca jendela."Baik, Tuan," jawab Rieke. "Ayo, Tomosa!""Ya." Tomosa mengikuti Rieke sambil memasang headset bluetooth. Setelah kedua anak buahnya pergi, Felix kembali berjalan mencari Yonathan. "Oh, rupanya dia di sana." Felix melihat Yonathan sedang berdiri di balkon lantai dua ged
"So, what's the secret?" Aldebaran menunggu jawaban dari Ezra mengenai ruang bawah tanah kediaman Ivanovic. Aldebaran teringat tentang hal penting yang dilaporkan Chandra Maulana di hari ke-2 dia mengintai kediaman Ivanovic. Chandra memberitahu, Ivanovic memiliki ruang tersembunyi di bawah tanah. Chandra mengetahuinya dari seorang penyusup yang berhasil menyamar menjadi pekerja di sana. "Katakan!" teriak Aldebaran sambil menendang kursi ke arah Ezra.Bruk!"Aarrghh!" Ezra meringis kesakitan karena kursi tersebut mengenai lututnya yang terluka. "Sialan!""Apa?! Bicara satu kali lagi?!" gertak Aldebaran, menodongkan senjata api ke lutut sebelah kanan Ezra. "Kells, jangan! Aku mohon ...." Aldebaran melihat Heidy menangis di layar ponsel Felix. Tega atau tidak, dia tetap ingin memberikan pelajaran pada Ezra agar tidak bermain-main dengannya. Dor!Aldebaran dengan cepat meluncurkan satu amunisi berhasil ke lutut kanan Ezra. Ezra terpental ke belakang. Ia memegangi lutut kanannya y