Share

71. Mendadak Karaoke

Penulis: IamBlueRed
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-26 23:07:58

Mobil melaju dengan kecepatan stabil, sementara Lia masih bersandar di kursinya, mencoba menahan bibirnya yang nyaris ingin tersenyum. Tadi, saat Damian menunjukkan chat dengan temennya, ia memang kesal—siapa sih tidak sebal difoto diam-diam, apalagi oleh orang bernama Yoga yang sudah seperti intel murahan. Hanya saja, setelah dipikir ulang, rasanya lucu sekali mendengar Damian mengomel karena ia tidak ingat apa pun tentang kesukaannya.

Astaga. Lia hampir tertawa sendiri. Lelaki itu, yang biasanya penuh gaya, sok keren, dan sering bikin kepala pening, ternyata bisa cemburu karena karena tidak diajak konser. Cemburu dengan Haikal, dengan alasan Lia tidan peduli apa pun tentangnya.

Meski benar, mengapa Lia harus peduli pada lelaki itu? Damian tidak peduli padanya juga tidak masalah.

Lia melirik ke arah Damian. Wajahnya masih tegang, mata fokus ke jalan, bibir rapat. Kalau orang lain lihat, pasti dikira sangar. Tapi di mata Lia, ia jadi ingin tertawa. Kepalanya bersandar ke kaca jendel
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • 200 Hari Jadi Pacar Pura-pura Pewaris Tampan   75. Bersepeda

    Pagi Jakarta baru saja bangun. Langit masih pucat, biru bercampur abu-abu, dengan sisa kabut polusi yang pelan-pelan tersapu sinar matahari. Jalanan di kawasan yang biasanya ramai, kini relatif lengang—hanya ada pesepeda, pelari, dan suara sepatu olahraga yang sesekali memantul di trotoar. Lia menarik nafas panjang di balik masker tipisnya. Udara pagi ini terasa sedikit lebih bersahabat.Damian sudah lebih dulu menunggu di tepi jalan, duduk santai di atas sepedanya yang hitam doff. Kaos olahraga yang ia pakai basah di bagian punggung, mungkin karena ia sudah pemanasan lebih dulu. Begitu melihat Lia datang mendorong sepedanya, Damian langsung bersuara, “Lama banget. Mau sepedaan apa pamer outfit?”Lia mendengus, malas menanggapi. “Dikira bangun tidur langsung naik sepeda? Cuci muka dulu lah.”Damian hanya mengedikkan bahu, lalu mulai mengayuh pelan. Lia buru-buru menyalakan aplikasi olahrafanya, kemudian menyusul. Awalnya mereka diam saja, hanya ditemani suara ban sepeda yang berputar

  • 200 Hari Jadi Pacar Pura-pura Pewaris Tampan   74. Canggung

    Lia tidak bisa tidur malam itu. Ponselnya ia letakkan di meja, tapi matanya terus mengarah ke sana, seakan layar itu memanggil-manggil. Berkali-kali ia memejamkan mata, mencoba mengusir pikiran yang menumpuk, tapi setiap kali ia nyaris terlelap, bait The Man Who Can’t Be Moved kembali terngiang, diikuti caption Haikal yang begitu jujur dan pahit.Funny how The Man Who Can’t Be Moved hits harder when the one you’ve been standing for is already next to you. Yet her heart belongs somewhere else.Kalimat itu menusuk lebih dalam setiap kali diulang dalam kepalanya. Lia merasa bersalah, sekaligus tak tahu harus apa. Haikal selalu ada untuknya—menemani, mendengarkan, bahkan jadi tameng dari tingkah konyol Damian. Dan sekarang, ia tahu ada harga yang diam-diam dibayar Haikal: perasaan yang ia simpan sendiri.Jam dinding merambat pelan, jarum panjang seolah memperlambat langkahnya. Lia hanya bisa membalikkan badan ke kanan lalu ke kiri, resah. Di benaknya, Haikal muncul berkali-kali, dengan se

  • 200 Hari Jadi Pacar Pura-pura Pewaris Tampan   73. Haikal Mundur

    Malam ini langit tampak cerah. Bintang bertaburan menghiasi langit, tidak terhalangi oleh awan sedikit pun. Berbeda dengan hati Haikal yang mendung sejak tadi. Ia rebahan di kursi rotan teras rumah, mendengarkan lagu yang kemarin malam ia dengarkan dengan suasana berbeda, dengan Lia. Cause if one day you wake up and find that you're missing me And your heart starts to wonder where on this Earth I could be Thinkin' maybe you'll come back here to the place that we'd meet And you'll see me waiting for you on the corner of the street So I'm not moving, I'm not moving Haikal menghela napas panjang. Ia mengambil handphone di atas meja, menatap layarnya yang berisi notifikasi pesan dari Lia. Lia Hm, gue mau tidur Lo juga tidur, Kal Jangan begadang Sleep well. Have a nice dream. Haikal tersenyum membaca beberapa pesan itu. Ada perasaan sesak yang bersarang di dadanya. Friendzone ini sungguh memuakkan. "Kal, lo ngapain coba di luar jam sebelas malem?” Bang Joni tiba-tiba muncul d

  • 200 Hari Jadi Pacar Pura-pura Pewaris Tampan   72. Haikal.....

    Malam sudah larut ketika Lia akhirnya sampai di kontrakan. Tubuhnya pegal setelah dua hari penuh energi: konser The Script, disusul Linkin Park. Anehnya justru bercampur dengan rasa hangat, seperti euforia yang masih enggan pergi. Begitu pintu kamar dikunci, ia langsung menjatuhkan tubuh ke kasur. Suara kipas angin berputar malas, tapi cukup untuk membuat ruang sempit itu terasa sedikit lega. Tasnya Lia lempar ke pojok. Ia lalu meraih ponsel di tas untik melihat galeri. Ada puluhan foto dan video. Fancam panggung yang sebagian goyang, potret dirinya bersama Haikal dengan latar kerumunan, bahkan foto-foto kecil seperti wristband dan dimsum sebelum konser. Lia menatap lama foto mereka berdua di konser The Script. Mereka berdua tersenyum lebar. Menonton The Script dan Linkin bersama Haikal sungguhan seperti mimpi yang menjadi nyata. “Lucu banget, sayangnya ga bisa gue upload,” gumam Lia. Semuanya karena Damian menyebalkan. Salah satu rekaman menampilkan The Man Who Can’t Be Moved. Suar

  • 200 Hari Jadi Pacar Pura-pura Pewaris Tampan   71. Mendadak Karaoke

    Mobil melaju dengan kecepatan stabil, sementara Lia masih bersandar di kursinya, mencoba menahan bibirnya yang nyaris ingin tersenyum. Tadi, saat Damian menunjukkan chat dengan temennya, ia memang kesal—siapa sih tidak sebal difoto diam-diam, apalagi oleh orang bernama Yoga yang sudah seperti intel murahan. Hanya saja, setelah dipikir ulang, rasanya lucu sekali mendengar Damian mengomel karena ia tidak ingat apa pun tentang kesukaannya.Astaga. Lia hampir tertawa sendiri. Lelaki itu, yang biasanya penuh gaya, sok keren, dan sering bikin kepala pening, ternyata bisa cemburu karena karena tidak diajak konser. Cemburu dengan Haikal, dengan alasan Lia tidan peduli apa pun tentangnya. Meski benar, mengapa Lia harus peduli pada lelaki itu? Damian tidak peduli padanya juga tidak masalah. Lia melirik ke arah Damian. Wajahnya masih tegang, mata fokus ke jalan, bibir rapat. Kalau orang lain lihat, pasti dikira sangar. Tapi di mata Lia, ia jadi ingin tertawa. Kepalanya bersandar ke kaca jendel

  • 200 Hari Jadi Pacar Pura-pura Pewaris Tampan   70. Ketahuan

    Liburan semester kali ini adalah liburan paling mengesankan bagi Lia. Diawali dengan Gili Trawangan, dua pekan lebih kembali je Jogja, lalu menonton dua konser band favorit dalam waktu berdekatan. Kapan lagi Lia bisa berfoya-foya seperti saat ini? Dua hari setelah konser The Script, ganti Linkin Park yang mengadakan konser. Venuenya lebih besar dibanding konser yang Lia datangi sebelumnya—di salah satu stadion daerah GBK. Jika ditanya sejak kapan ia suka dengan Linkin Park, hal itu tidak jauh-jauh dari film favoritnya. New Divide—OST Transformers—adalah alasan Lia mendengarkan lagu-lagu Linkin Park yang lain. Seperti sebelumnya, mereka datang ke venue menggunakan motor Supra Haikal. Awalnya malam itu terasa lancar. Lia dan Haikal berdiri di tribun section paling murah. Tangan mereka sibuk mengangkat lightstick, bernyanyi bersama lagu pertama yang dibawakan. Haikal bahkan sempat berteriak terlalu keras sampai Lia tertawa, menepuk bahunya.Lia masih menikmati euforia konser selama sat

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status