Cepat-cepat kuhampiri Angel karena takut terjadi peristiwa serupa dengan mimpi semalam. Kulihat dirinya tengah sibuk menggunting rambut juga membuat poni, heran kenapa tiba-tiba begini?
"Hei, kok potong rambut? Saking nggak ada uang, kamu pinjem gunting orang buat potong rambut sendiri? Kan bisa bilang ke saya biar ke salon, Papa saya juga titip uang buat kamu," protesku sampai tak sengaja memberi tau soal titipan itu.
Bukannya mau mengorupsi uang tersebut, tapi kalau perempuan ini tahu takut akan difoya-foyakan. Maka dari itu, aku berniat mengaturnya sendiri sesuai yang dia butuhkan.
"Iya-iya, ini aku lagi kepepet." Dia menjawab seraya mengelap gunting itu dengan kain atasannya.
Perempuan yang kini telah 'berponi' itu menoleh ke arahku yang sedari tadi memerhatikannya, seketika tawa ini tak dapat dibendung lagi. Model rambut macam apa yang diterapkannya?!
"Kamu mau jadi pelawak?!" tanyaku masih diikuti cekikikkan
Hi , ini update buat hari kemarin wkwk. Nanti malem aku up kok kalau nggak ada halangan lagi. Oh ya kalian baca ini tuh ngebosenin gak sih? 😳kalau iya doakan semoga otakku bisa memproses hal2 yang lebih waw untuk buku ini ya. Thanks💖
"Jen, beneran aku nggak sengaja, maaf!" Angel berucap dengan raut cemas, aku tak memedulikan permintaan maafnya. Dalam hati saat ini cuma sibuk merutuk, bertanya-tanya bagaimana caranya agar meredakan rasa sakit dengan cepat?! Peristiwa menyebalkan ini bermulai ketika Angel berdiri menating kelapa tadi, dia menginjak kakinya sendiri hingga terjatuh dan kelapa itu terlempar ke arahku. Mestinya buah itu jatuh mengenai wajah, tapi aku buru-buru menghindar, sialnya malah menghantam ... organ vital. Perempuan berponi tersebut berjongkok mengusap-usap punggungku yang membungkuk; masih menahan sakit. Supaya tidak canggung dilihat orang, aku pura-pura memainkan pasir yang terkontaminasi sampah. Ah, lebih baik memunguti sampah juga. Beberapa saat setelahnya, rasa sakit itu kian mereda hanya ya sedikit masih ngilu. Aksiku memungut sampah pun menarik pengunjung lain untuk melakukannya juga. Hal tak sengaja dilakukan malah menebar dampak
"Njel, saya punya kenalan ganteng, loh." Perempuan itu melepas earphonenya dan menoleh. "Terus kenapa?" "Kamu bukannya suka sama yang ganteng-ganteng?" tanyaku meledek. "Ya, siapa sih, yang gak suka sama cowok ganteng?" Wah, suatu pujian tersembunyi untukku. Itu artinya, dia sendiri menyukaiku, kan? "Berarti kamu juga suka saya, dong?" Mendengar itu, dia mengangkat satu alis serta melengkungkan bibir. Jelas aku bukan pakar ekspresi, jadi hanya dapat menyimpulkan kalau dari ekspresinya mengatakan iya. Perbincangan kami terhenti kala mobil mulai memasuki gang desa, melewati rumah-rumah warga yang berjejer tak luput dari tanaman di halaman rumahnya. Lumayan sepi, mungkin karena pukul delapan pagi adalah waktu di mana orang-orang sibuk. Suasana pedesaan ini memang terbilang sederhana dan persis seperti beberapa tempat sebelumnya yang pernah kami kunjungi. Namun, kesederhanaan alam itulah yang m
Ayunan dengan desain kursi kayu yang menambah estetika tempat wisata sederhana in, menjadi tempat duduk kami sekarang. Aku dan Angel mengakhiri perdebatan dengan saling bermaafan, tak lupa aku memperingatkan agar dirinya tidak lagi mengakrabkan diri dengan orang asing, terlebih pria. "Berarti, sama kamu juga nggak boleh deket-deket?" tanya gadis itu yang kuyakini dia sendiri tahu jawabannya. "Nggak boleh, kamu harusnya nempel-nempel kalau sama saya." Aku menjawab sembari mesem-mesem, penasaran melihat reaksinya. "Dih, ngapain juga kayak gitu?! Sana jauhan!" suruhnya, lantas kutanggapi dengan tawa membuat pengunjung lain mengalihkan perhatian. "Ngomong-ngomong, temen kamu yang ganteng itu, siapa?" "Penasaran, ya? Ngapain juga kamu cari yang ganteng di luaran sana, sedangkan saya yang nggak kalah ganteng ada di deket kamu?" Kira-kira, hatinya meleleh atau tidak? Jantungnya masih aman, kan? Kulihat ekspresi perempuan ini
Usai puas bersuka ria di atas bukit, kami lantas berkeliling area sawah. Angel nyaris berlumuran lumpur dan merusak padi-padi yang masih segar, kakinya terpeleset. Beruntung aku sigap menahan agar dia tak jatuh. Dasar gadis kampung ini, banyak tingkah jika sudah berada di alam bebas. Kulihat, ada sekitar empat orang-orangan sawah di sini hingga ujung sana. Agaknya karena tempatnya luas, jadi agar memudahkan mengusir gerombolan burung yang hinggap. Angel merasa capek, kami pun beristirahat di samping saung dengan beberapa orang berada di sana. Kupandangi sekitar, ternyata lebih estetis juga pemandangannya. Kamera yang berada di dalam tas diambilnya, kemudian mengambil gambar dari bagian sebelah kanan dulu, berlanjut ke tengah, lalu ... kuarahkan kamera itu ke wajah Angel yang tengah melamun. Yah! Pose menatap lurus ke depan dengan beberapa helai rambut pendeknya terbawa angin, itu cukup bagus. Aku tersenyum menatap cantiknya---oh, apa dia juga tida
Kediaman Angel terletak paling bawah di antara rumah lainnya, kalau dideskripsikan, desain rumahnya terkesan sederhana. Pagar dengan tinggi sebatas pinggang orang dewasa serta rerumputan hijau menghiasi pelataran.Seorang perempuan berambut panjang yang tengah menapih beras di teras kaget dengan kedatangan Angel. Mereka mirip sekali, hanya perbedaan tinggi badan dan bentuk alis yang menyiratkan jika mereka adalah kembar."Pulang bawa calon, tuh?" tanyanya melirik ke arahku."Apaan, sih! Bukan, mana bapak sama ibu?""Di dalem. Eh, Kang, mari masuk!" Dia mempersilakan.Angel berlalu menuju dapur bersama saudarinya, sedangkan aku duduk di ruang tamu dengan perasaan waswas. Terlalu banyak peristiwa tak mengenakkan hati hingga seperti ini, belum lagi hal negatif yang akan datang nanti. Lamunanku terbuyarkan ketika Angel bersama orang tuanya datang menghampiri, segera kusalami mereka berdu
Kembali aku menginjakkan kaki ke rumah tingkat yang telah ditinggalkan selama hampir dua belas tahun ini. Hanya sedikit yang berubah dari penampilan bangunannya. Cat yang dulu berwarna merah muda sudah berubah menjadi putih, halaman depan pun sudah tak ditanami rumput liar lagi.Sekilas bayangan masa kecil terlukis kembali dalam benak. Saat-saat berkumpul dengan keluarga, bermain dengan teman, hingga ketika hampir menangis sebab akan pergi meninggalkan tempat ini. Sekarang, aku sudah di sini meski mungkin hanya sesaat.Tok-tok-tok!Kuketuk pintu rumah, berharap Papa sedang tidak pergi ke luar. Tak lama kemudian, terdengar suara perempuan yang menyahut dari dalam. Membukakan pintu dan bertanya, "Iya? Ada perlu dengan siapa, ya?""Oh! Perkenalkan saya Jeno putra Pak Johni yang menetap di Kanada," jawab
Pagi menyapa suasana hati yang sedang bersuka cita juga semangat menyala-nyala. Entah mengapa aku bisa terbangun pagi-pagi buta seperti ini? Sekarang pun sedang bersiap untuk mandi, hanya saja airnya yang terlalu dingin setelah diperiksa tadi membuat rasa malas kumat.Iseng kumainkan aplikasi sosial media facebook, rupanya sudah hampir tiga puluh pemberitahuan masuk setelah empat hari tak dibuka. Salah satu yang menarik perhatian adalah seseorang asal Indonesia yang tak kukenal sama sekali, mengomentari unggahan foto kala tengah bermain dengan teman kursus beberapa waktu lalu.Dalam komentar itu dia menuliskan bahwa diri ini terlalu sombong juga banyak gaya. Lebay! Padahal, hanya berfoto menggunakan kaca mata yang sedang terkenal milik teman. Itu artinya, aku memang keren di pandangan banyak orang. Dibalasnya komentar berbau keirian hati itu menggunakan Bahasa Inggris, semoga saja di
Banyak yang bilang kalau realita kadang tak sesuai ekspektasi, begitu pula yang dirasakanku dan Angel. Dari informasi yang didapat, menuju desa ini hanya memakan waktu lima jam. Namun, nyatanya sudah enam jam lebih dan kami harus berusaha lebih susah lagi untuk menuju tempatnya. Kali ini, kami harus putar balik melewati jalur lain untuk sampai ke tempat tujuan. Pasalnya, menurut orang yang berada di sana, jalan yang hendak dilalui ini rusak tertimbun longsor satu hari lalu dan sedang proses perbaikan. Setelah putar balik, lalu melewati jalan yang lurus, aku dan perempuan yang sedang mendengkur ini harus belok ke arah kanan. Terdapat plang besar berisi ucapan selamat datang di Desa Banjarsari di sini. Bentukan jalannya pun bukan berupa aspal, melainkan tanah yang agak becek. Mungkin, dikarenakan terkena hujan semalam. Di belokkan pertama sisi kanan-kiri jalan, hanya terdapat tanaman-tanama