Share

Start (2)

Pagi menyapa suasana hati yang sedang bersuka cita juga semangat menyala-nyala. Entah mengapa aku bisa terbangun pagi-pagi buta seperti ini? Sekarang pun sedang bersiap untuk mandi, hanya saja airnya yang terlalu dingin setelah diperiksa tadi membuat rasa malas kumat.

Iseng kumainkan aplikasi sosial media facebook, rupanya sudah hampir tiga puluh pemberitahuan masuk setelah empat hari tak dibuka. Salah satu yang menarik perhatian adalah seseorang asal Indonesia yang tak kukenal sama sekali, mengomentari unggahan foto kala tengah bermain dengan teman kursus beberapa waktu lalu.

Dalam komentar itu dia menuliskan bahwa diri ini terlalu sombong juga banyak gaya. Lebay! Padahal, hanya berfoto menggunakan kaca mata yang sedang terkenal milik teman. Itu artinya, aku memang keren di pandangan banyak orang. Dibalasnya komentar berbau keirian hati itu menggunakan Bahasa Inggris, semoga saja dia mengerti dan kalau pun tidak, semoga fitur aplikasi biru itu yang membantunya.

Beberapa menit setelah asyik berselancar di dunia maya juga membalas pesan dari teman-teman, aku memantapkan niat untuk segera membersihkan badan. Berjalan ke arah kamar mandi dengan sempoyongan.

Dinginnya ruangan dengan satu bak minimalis di sudutnya itu tak seberapa dibandingkan sikap si pujaan hati serta suhu di negara tempat tinggalku. Di sana, hampir setiap hari mandi menggunakan air hangat apalagi saat memasuki musim penghujan dan turunnya salju. Bicara soal pujaan hati, di musim panas sekali pun dia tetap dingin. Terkadang menyejukkan hati, tapi terkadang membuat hati bak terbakar.

Kunyalakan keran hingga air yang mengalir itu secepat kilat menembus kulit. Berlanjut dengan kegiatan membersihkan seluruh tubuh hingga bersih dan wangi. Tak sampai sepuluh menit, ritual mandi kali ini benar-benar singkat.

---0o---

"Jangan diinjek!" Astaga. Teriakan perempuan itu hampir membuat jantung terlepas. Alih-alih lantai licin---baru saja dibersihkan, telapak kaki sebelah kanan ini hampir menginjaknya. Kemudian, menyebabkan perempuan yang sedang memeras kain pel itu histeris.

"Ah, maaf, Kak. Saya jinjit boleh, 'kan?" Aku bertanya sembari mengangkat kedua tangan layaknya seorang pencuri yang tertangkap polisi. Sudah menjadi kebiasaan sejak kecil jikalau melakukan kesalahan walaupun sedikit.

"I-iya, silahkan," katanya sedikit gelagapan mungkin lebih tepatnya malu.

Dilanjutkannya langkah yang sempat terhenti menuju ruang makan, sampai di sana menu sarapan sudah tersaji. Di sana pun sudah ada Papa sedang menuangkan air putih ke dalam gelas. Lantas, aku duduk berseberangan dengannya.

Beliau tiba-tiba bertanya, "Kamu jadi berangkat sekarang, Jen?" Diri ini hanya mengiakan pertanyaan tersebut.

"Ke Sukabumi, 'kan? Sama siapa?"

"Sendiri, Pa."

"Minta temenin aja sama Angel. Kalau sendiri, takut kenapa-napa terus nanti malah repot sendiri," ujarnya mengkhawatirkanku.

Namun, siapa orang yang disebut Angel ini? Sebelumnya, aku tak pernah memiliki teman bernama Angel itu. Kutanyakan lagi siapa dia? Papa menunjuk ke arah perempuan yang sedang berjalan membawa ember ke kamar mandi.

Dia adalah pembantu di rumah ini yang kemarin menyambut kedatanganku dan tadi sempat berteriak karena akan menginjak lantai yang sudah dia bersihkan. Kuakui, namanya cantik seperti wajahnya. Papa memberi tau bila Angel berasal dari Sukabumi juga, maka dari itu dia menyarankan agar ikut sembari pulang ke kampung halamannya. Aku setuju atas sarannya dan itu berarti, daerah yang akan dikunjungi bertambah satu yakni menjadi delapan.

"Angel, kamu udah selesai bersihin lantainya?" Papa bertanya tatkala perempuan itu hendak melewati kami.

"Iya, sudah selesai, Pak."

"Habis ini mandi, terus ikut anak saya keliling Sukabumi, ya. Sekalian pulang kampung dulu," jelas Papa.

Mulanya dia sedikit terkejut dan memberi alasan jika pekerjaan rumah belum sepenuhnya selesai. Akan tetapi, pria berusia 52 tahun itu menegaskan bila pekerjaan rumah yang belum selesai akan diselesaikan oleh pembantu satunya lagi. Angel menyetujuinya, lalu segera bersiap-siap agar tak memakan waktu lama.

Beberapa menit berlalu, kini aku dibantu perempuan bertubuh langsing itu tengah mengangkut barang-barang yang akan dibawa ke dalam bagasi mobil. Setelah selesai semua, aku menyuruhnya agar memeriksa ulang barang bawaan juga kamarnya. Takut terdapat barang penting yang tertinggal, lalu nanti justru repot seperti kata Papa tadi.

"Udah siap semua, kita pamit dulu, ya, Pa. Doakan semoga senantiasa diberi kemudahan saat di perjalanan nanti dan semoga mobil Papa gak kenapa-napa," ujarku.

"Iya, sudah pasti. Papa juga harap, tujuanmu itu dapat membuahkan hasil yang maksimal."

Kami bersalaman, lantas pergi meninggalkan pekarangan rumah dengan beribu harapan kebahagiaan juga keberhasilan yang didapat. Walaupun pasti banyak pula rintangan yang harus dihadapi saat menjalaninya.

Perjalanan dari Bandung Barat menuju Desa Banjarsari memakan waktu kurang lebih lima jam. Semoga saja, bisa terhindar dari kemacetan. Saat ini, mobil yang kukendarai telah keluar dari jalur komplek dan beruntung doa yang sempat dipanjatkan tadi terkabulkan. Jalan raya tidak begitu padat oleh bermacam kendaraan.

*****

Tiga jam lebih 50 menit telah dilalui, kami menempuh perjalanan diwarnai berbagai hal hari ini. Dari mulai ponselku yang mati lalu menyala lagi dengan sendirinya, hingga hampir tersesat ke jalur lain disebabkan ponsel itu sedikit eror kala GPS sangat diperlukan. Mungkin, ini pertanda bahwa ponsel itu meminta untuk tidak hidup lagi. Ah, jangan sekarang!

"Kakak suka musikkah?" Aku iseng bertanya demikian di sela-sela menunggu kendaraan di depan maju, walaupun perlahan.

"Iya, aku suka," jawabnya setelah selesai meneguk air mineral dalam botol kemasan. Kutanyakan lebih detail lagi mengenai jenis dan lagu yang dia suka. Rupanya, perempuan berwajah tirus itu menggemari musik jazz dan K-pop. Lalu, lagu yang paling disukainya tak lain adalah lagu yang dibawakan temanku bersama personilnya.

"Saya juga pernah denger lagu itu sekilas, lagunya easy listening," tuturku meyakinkan.

"Iya, apalagi waktu di bagian Jaemin, suaranya khas begitu, duh!"

Dilihatnya senyuman manis disertai bola mata di arahkan ke atas setelah berucap demikian, aku yakin dia pasti penggemar berat lelaki bergigi rapi itu. Andai dia tahu, kalau lelaki yang sedang dibahasnya itu adalah kerabatku semasa sekolah SMA dulu.

.

---0o--- 

To be continued 💚

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status