Share

6. DIA?!!!

Liana menaiki lift nomor sepuluh. Liana tahu, Liana merasa kalau dirinya sedang digosipkan para karyawan tadi. Namun Liana sama sekali tidak peduli dengan ocehan mereka. Pintu lift terbuka. Saat sudah masuk ke ruangan sekretaris, tanggapan dingin yang dia dapatkan. Tetapi, Liana tak patah semangat. Ya, Liana tidak ingin dihari pertama sudah patah semangat, lelucon apa itu? Harus tetap bersiap sopan kepada senior sekretaris. Lagipula, senior sekretaris tidak seharusnya bermuka masam dan bermuka sinis.

“Salam kenal semua, saya Liana. Sekretaris baru di sini. Mohon bantuannya.”

Liana memperkenalkan dirinya dengan nada ceria. Tidak ada yang merespon. Waduh, nasib Liana. Belum mulai bekerja sudah mendapatkan kesan buruk dari senior. Sekretaris lainnya mencoba mengacuhkan Liana. Liana tersenyum paksa. Liana tersenyum kecut. Dia berjalan dengan bingung. Liana belum tahu dimana meja kerjanya.

“Permisi, saya–" Liana tidak melanjutkan ucapannya karena sekretaris itu mengganggap seolah tidak ada Liana. Liana mendesah kasar. Diacuhkan.

“Lyn Liana, sekretaris baru Direktur Nova ?” Pertanyaan dari sekretaris berambut sebahu.

Liana menganguk pelan. “Ya, saya Liana.”

Sekarang sedikit legah ketika ada sekretaris lainnya mengajak berbicara.

“Mari ikut saya,” perintahnya.

Liana mengekori langkah wanita berambut sebahu. Ternyata masih ada yang peduli dengan Liana. Liana mengikuti langkahnya hingga sampai pada meja besar yang hanya ada beberapa berkas. Rapi, seperti barang-barang di meja itu baru dipindahkan. Wanita itu menunjuk meja besar.

“Ini tempat kerja kamu.” Setelah mengucapkan kalimat itu, dia melenggang pergi ke meja kerjanya.

Liana duduk di kursi empuk itu, dirinya tidak menyangka akan bekerja menjadi sekretaris boss. Liana mulai membaca semua yang ada di meja, termasuk jurnal Direktur Nova.

Kegiatannya terusik oleh dua sekretaris senior, menghampiri meja Liana. Gaya serta ekspresi angkuh sekali. “Permisi.”

Sepersekian detik, kepala Liana mendongak dan langsung berdiri. “Ya, ada apa?” tanya Liana sopan. Kedua netra Liana memandang senior sekretaris secara bergantian. Astaga, ekspresi macam apa mereka? Merendahkan? Sombong? Dua senior itu menyilangkan kedua tangannya tepat di bawah dada. Tatapan tidak suka terlihat begitu jelas dan mudah terbaca oleh Liana. Oke, inilah Lyn Liana, hari pertama yang menyenangkan, baru pertama kali menjabat sekretaris sudah mempunyai musuh. Nikmatilah....

“Ehem.” Salah satu senior berdehem. “Kau tahu gosip salah satu lift yang macet? Ada seorang wanita yang menerobos masuk, di dalamnya ada Direktur Evan."

“Waduh, enak benar tuh wanita. Terperangkap bersama Direktur Evan kita yang terhormat."

“Wanita itu bukan kamu, 'kan?” Liana gelagapan. Pertanyaan itu membuat Liana berpikir keras. Pikirannya dipenuhi dengan kejadian sial terjebak lift setengah jam lalu.

Jangan-jangan yang dimaksud dua senior itu adalah Liana? Ah, itu tidak mungkin. Liana sangat yakin, yang pasti seseorang bersamanya adalah pangeran oppa Korea.

“Tentu saja bukan Aku,” jawab Liana setengah geli menjawab pertanyaan. “Mana mungkin itu aku.” Terdengar nada biasa, namun berdusta dengan hiasan kekehan kecil dan ekspresi meyakinkan. Dua senior senior itu memandang Liana aneh, ada sesuatu aneh.

“Kamu tidak bohong, 'kan?” tanyanya tidak percaya.

“Ayo akui saja!"

“Tentu,” balas Liana meyakinkan sekali lagi. “Ngomong-ngomong ruangan Direktur Evan di mana? Aku ada keperluan sama dia.” Liana mengganti topik pembicaraan. Dua senior sekretaris itu masih tidak percaya.

“Untuk apa kamu bertemu dengannya?”

“Hanya ada keperluan saja.” Ingin menyelidiki kebenaran info yang Liana dapatkan mengenai kenapa dirinya dipindahkan menjadi sekretaris Direktur Nova—yang katanya Direktur itu sangat pemalas—dan sering gonta-ganti sekretaris. Liana bertanya kepada Direktur Evan, karena orang yang memindahkan Liana adalah Direktur Evan, perintah dari Evan. Liana menemui Direktur Evan dan langsung mengenalnya saat itu juga. Ternyata Direktur Evan adalah pangeran yang bersamanya terjebak di lift.

“Seperti yang kamu bilang, kita akan bertemu di lantai sepuluh. Lyn Liana?”

Dia tersenyum manis dari bibir tipis Evan. Kedatangan Liana disambut hangat olehnya.

Liana masih kaget kalau lelaki yang bersamanya di lift adalah Direktur Evan. Jadi ...? Lelaki yang menenangkan Liana dan memeluk Liana adalah Evan? Liana malu.

“Ah iya! Direktur Evan?” Pipi sudah merah, dia ingin keluar dari ruangan itu, namun Liana harus bertanya sesuatu.

Evan mengangguk paham. “Sudah saya diduga kamu bakalan berani menemui saya,” katanya seperti peramal.

“Iya, Direktur. Aku ingin bertemu Direktur karena ....” Liana mulai bertanya alasan mengapa dirinya dipekerjakan menjadi sekretaris. “Lalu? Kenapa Pak Evan meminta aku menjadi sekretaris Pak Nova,” tanya Liana lagi. “Apa karena aku cantik dan mirip dengan cinta pertama Anda?” tanya Liana dengan wajah konyol.

Dengan geli, Evan membantah kedua dugaan itu. “Tidak,” bantah Evan.

Bersamaan dengan itu, ponsel milik Evan berbunyi di meja pekerjaan. Ternyata dari Presdir Bapak Dika, pemimpin perusahaan AC (Andromeda Company). Evan mulai berkata dengan Presdir lewat telepon. Liana menjadi lebih sangat yakin mendengar obrolan telepon Evan dan Presdir Dika yang menanyakan kenapa Evan memilih Liana menjadi sekretaris, karena Nova membutuhkan sekretaris seperti Liana.

Liana semakin penasaran. Kata Evan, Liana juga mempelajari tentang kepemimpinan. Tahu dari mana? Liana bukan orang seperti itu, dulu di sekolah, dia menjadi berandalan dan mempunyai geng, sering berkelahi. Menjadi pemimpin geng, itu sudah pasti. Jangan-jangan Evan mengatakan itu karena sudah tahu masa lalu Liana?

“Sudah jelas, bukan? Jawaban yang kamu ingin tahu,” kata Evan setelah selesai berbicara dengan Presdir Dika.

Liana terseyum. Jadi itu alasannya kenapa Evan mempercayai Liana untuk menjadi sekretaris Nova? Senior sekretaris yang menyukai Evan menganggap Liana sebagai saingan karena kenyataan wanita yang terjebak lift adalah Liana. Sudah terungkap.

Hot news! Di tengah gosip panas yang sedang dibicarakan, muncullah Nova. Direktur Nova melewati meja Liana dan Liana menyapa sopan boss barunya. Liana mendesah kasar, lagi-lagi mendapatkan tanggapan dingin oleh orang lain.

Dan, mata Liana membelalak lebar setelah mengamati wajah Direktur dan Liana menyadari siapa boss barunya sedang melewati meja Liana dengan gaya acuh dan penampilan acak-acakan. Busana yang Nova pakai sama sekali tidak rapih, bahkan tidak memakai dasi. Bibir Liana ternganga lebar. Oh, shit! Ternyata boss barunya .....

DIA?!!!!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status