Share

7. Mood Buruk

Author: Lusia
last update Last Updated: 2020-08-07 11:06:17

DIA?!!!!

Mata Liana membelalak terkejut, menatap tidak percaya dengan apa yang dia liat sekarang. Hampir saja Liana memekik, untungnya dua telapak tangan siap membekap mulut. Liana berharap cemas, dalam hati berdoa. Somoga boss barunya tidak mengingat kejadian tiga bulan lalu. 

Sebentar .... Bukankah sebelum kejadian tiga bulan lalu, Liana pernah bertemu dengan Nova? Liana tidak ingat jelas, tetapi dia sangat yakin bernah bertemu dengan Nova pertama kali. Sekitar satu tahun yang lalu?

Ingatan Liana melayang, ketika satu tahun lalu. Dimana waktu itu Liana sulit sekali mendapatkan pekerjaan. Yaps, Liana dulu mendapatkan mengalaman pahit di dalam dunia pekerjaan, dia dipecat puluhan kali. Dan, Liana dipecat terakhir kalinya saat menjadi seorang waiters di salah satu restourant. Liana dipecat tanpa mendapatkan gaji terakhir. 

Sepanjang jalan, Liana membaca kertas lowongan pekerjaan yang menempel di dinding toko di tepi jalan. Sialnya, tidak ada salah satu pekerjaan yang cocok untuknya. Kesal, Liana menendang kaleng minuman yang sempat dia beli, alhasil tendangan Liana mengenai dahi lelaki. Ternyata lelaki itu adalah Nova. Insiden itu menjadi pertemuan pertama. Liana kabur, Nova mengejar, Liana terus berlari kencang dan tangannya sambil memungut selembar kertas lowongan pekerjaan. 

Apakah itu sebuah keberuntungan? Isi lowongan pekerjaan itu membutuhkan model untuk departement fashion. Liana mendaftar diri dengan asal mengisi data. Liana diterima dengan alasan data diri yang tidak masuk akal. Liana berpikir, mungkin dia di terima perusahaan tersebut karena mempunyai tubuh yang sempurna dan wajah cantik.

“Sial!” umpat Liana dalam hati. Dia berdoa semoga Nova tidak mengenali dirinya. Semoga saja!!!! “Mampus kalau ketahuan!” 

Saat Nova melewati meja Liana dan mengacuhkan, tiba-tiba Nova tidak melanjutkan langkah, berdiri sejenak lalu dia membalikan badan, memilih berputar ke meja sekretaris barunya. Sekretaris baru? Haha, Nova tidak terkejut ketika secara mendadak melihat ada sekretaris baru. Nova berkali-kali berganti sekretaris. Nova memakai kemeja putih berkerah dan jas hitam, tidak menggunakan dasi pada umumnya untuk memberi kesan rapih, gagah dan disiplin. Tetapi Nova membuat kesan sangat tidak disiplin dan acak-acakkan. Liat, rambut lelaki itu, kalau diliat cukup lucu. Bagaimana tidak lucu? Rambutnya ikal sedikit gondrong seperti sarang burung. Namun, mengenakan pakaian apapun tetaplah Direktur Nova berkarisma tampan. Tampan? Haha, mungkin wanita yang mengatakan Nova tampan, matanya sudah minus.

Tepat di depan meja sekretaris barunya, Nova berdiri dengan tangan dimasukan ke dalam kantong celana. Sorot mata Nova dingin.

“Muka kamu,” kata Nova, tangan yang tadi berada di kantong celana—ditarik dan menunjuk ke wajah sekretaris barunya.

Liana mengedipkan mata. “Ya?”

Liana tidak percaya apa yang Nova katakan pertama kali, muka? Ada apa dengan mukanya? 

“Muka Saya?” tanya Liana bingung, dia ingin meminta Nova penjelasan lebih jelas. Tubuh Liana sudah kaku, dia menelan ludah.

Jangan-jangan Nova akan mengatakan, “muka kamu pernah aku liat.” 

Ayolah, Liana. Berpikir positif, jangan berpikir macam-macam.

Dengan mudahnya Nova berkata, “Muka kamu membuat mood pagiku menjadi buruk,” kata Nova.

Mata Liana yang tadi tidak berkedip , sekarang menyipit heran. Itu adalah kalimat pertama yang Nova ucapkan ketika melihat wajah Liana, muka Liana menjadikan mood pagi Nova buruk? Dari jutaan manusia yang memuji kecantikan Liana, hanyalah Nova yang berkata muka Liana menjadi mood pagi buruk. 

“Entah kenapa, setelah melihat muka kamu. Mood pagi menjadi buruk,” jelas Nova lagi. Nova tidak peduli ucapan itu menyinggung hati Liana. Ya, Nova sama sekali tidak peduli. 

Bukannya tersinggung, Liana merasa lega tentang perkataan Nova, perkiraan Liana salah. Nova tidak mengungkit pertemuan pertama dengan Liana di emperan toko. Mungkin saja Nova telah melupakan. Demi pekerjaan Liana harus menjaga etiket. Liana memperkenalkan diri kepada Nova dengan sopan. “Saya Liana yang akan menjadi sekretaris Direktur Pak Nova, mohon bantuannya.”

Tanpa memperkenalkan diri, Nova sudah tahu. Nova tahu akan ada sekretaris baru yang menggantikan sekretaris terdahulu. “Tidak usah basa-basi,” ketus Nova dingin. “Kamu bukan seorang sekretaris. Tetapi kamu seorang mata-mata, 'kan?” tebak Nova.

Mata-mata? Apa mungkin Nova sedang bercanda? 

Liana tertawa ketika dirinya disebut sebagai mata-mata. Liana langsung membantah. “Tentu saja bukan. Saya sekretaris baru di sini dan pernah bekerja dibagian departement fashion. Ini instruksi dari Presdir Dika. Direktur Evan yang memilih aku untuk menjadi tangan kanan Pak Nova.”

Nova berdecih. “Kamu pikir aku percaya?”

“Saya mengatakan dengan jujur bahwa saya bukan seorang mata-mata,” jelas Liana tegas.

Nova terdiam sebentar. Matanya melirik sekilas tubuh Liana, sebagai lelaki normal pasti merasakan sesuatu jika melihat wanita bertubuh sexy seperti Liana. Nova menelan ludah, tetapi semakin ke sini biasa saja. 

Nova kesal, kesadaran kembali. Matanya mengalihkan pandangan, tidak seharusnya Nova memperhatikan Liana seperti itu. “Aishh! Kenapa orang penggangu itu mengirim mata-mata,” gumam Nova lirih dan terdengar oleh Liana.

“Saya bukan seorang mata-mata.” Liana menegaskan.

Nova memandang Liana tajam. Tanpa merespon ucapan Liana, Nova membentak Liana. “Keluar! Kamu keluar sekarang! Jangan datang lagi ke kantor!” 

Nova mengusir Liana dari kantor. Nova berkata lagi kepada Liana, sebaiknya Liana pindah ke bagian lain. Karena Nova akan memilih, seseorang yang pantas menjadi sekretarisnya.

“Aku akan memilih sekretaris sendir!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • It's Okay That's Love (INDONESIA)   57. Hiking ke Gunung

    Dan Liana membuat daftar; dia mengajak Nova untuk mendaki gunung besok. Iya! Besok! Haha, Liana jadi bersemangat.Di sisi lain. Presdir tahu Evan menyukai Liana; dia menilai sikap Evan. Saat berada di lift, Dika memuji Evan."Aku baru tahu bahwa kamu adalah anak yang baik dalam menilai seorang wanita. Sepertinya kamu mencintai wanita tidak hanya dari sudut pandang fisik atau kekayaan."Presiden Dika memuji Evan sebagai orang yang tepat, dan dia tidak mengkhawatirkan Evan lagi. Evan hanya mengangguk sopan, tapi dia tidak mengerti apa yang dikatakan Presiden Dika.Lol.****Keesokan harinya, Nova dan Liana pergi ke pegunungan. Kesempatan bagi Liana untuk mencoba mencari informasi dari Nova. Mereka berbincang-bincang dalam perjalanan ke atas bukit, dengan kaos pendek berwarna putih yang dikenakan Liana membuatnya terlihat seksi. Jaket rajut merah muda diikatkan di pinggangnya. Sepatu bot hitam tingginya dua sentimeter, dan dia mengenakan j

  • It's Okay That's Love (INDONESIA)   56. Tidak dipecat

    Kata-kata Dika sedikit menusuk hati Liana. Sakit? Ya. "Aku tahu. Aku sadar akan diriku dan hidupku, Presdir." Liana tidak pernah mau menerima perasaan Nova, cinta dari Nova. "Saya tidak akan pernah menikah dengan orang kaya," kata Liana.Liana mengaku tidak memiliki perasaan pada Nova dan tidak memiliki perasaan pada Nova atas perintah Dika yang hanya menjadikan Nova orang sukses dan sekretarisnya."Hari demi Hari aku tidak bisa menepati janjiku, tidak punya perasaan cinta atau ketertarikan pada Nova. Tapi aku akan berusaha menyingkirkan perasaan itu."Namun, dia tidak bisa menerima perasaan Nova, tetapi dia akan berusaha menghilangkan perasaan itu.Direktur Utama Dika berpesan agar Liana berusaha keras bahkan untuk menyelesaikan tugasnya sebagai sekretaris. “Ingat, kamu hanya sekretaris. Kamu harus bekerja keras untuk membantu Nova sembuh dari fobia,” kata Dika."Oke Pak Direktur, saya akan bekerja keras dan tidak akan mengeluh," kata Liana, mengerti a

  • It's Okay That's Love (INDONESIA)   55. Tergoda???

    Liana hanya menunduk, ketakutan."Semua orang membuatku kesal! Kenapa hanya aku yang tidak tahu masalah sebenarnya dari Nova dan Evan!” bentaknya.Dika sejak awal curiga, tapi dia mengabaikan pikiran itu."Sekretaris Liana, jawab dengan jujur. Apakah Nova dan Evan menyukaimu pada saat bersamaan ?"Diam. Liana tidak bisa berkata-kata. Tidak tahu apa yang akan dia jawab. Jadi, Liana diam saja."Kenapa diam saja? Tidak menjawab pertanyaanku?""Tidak seperti itu." Liana mengelak. "Saya tidak tahu—”"Berhenti berbicara!" ucap Dika memotong ucapan Liana. Tak hanya Nova, Evan juga menyukai wanita itu. "Jawab dengan jujur, sekretaris Liana!"“Iyaa,” jawab Liana, perlahan menundukkan kepalanya, suaranya nyaris tak terdengar karena terlalu kecil untuk didengar.Namun, Dika juga mengakui bahwa dia menyukai dan tergoda kepada Liana.

  • It's Okay That's Love (INDONESIA)   54. Amarah dari Presdir

    Ternyata Presdir Dika tidak datang ke tempat kerja Nova; dia hanya menelepon Liana dan mulai menginterogasinya. Kejadian aneh dan dia masih tidak bisa mempercayainya. Dika selalu bertanya-tanya, siapakah sebenarnya wanita yang menyebabkan Nova dan Evan bertengkar? Masalah pekerjaan? Dika sedikit tidak yakin. Maka, Dika memanggil Liana untuk bertanya dan menginterogasi.Liana bingung. Mengapa Dika menyuruhnya pergi ke tempat kerjanya? Apakah ada masalah atau sesuatu?Liana duduk di tempat kerja Dika dengan canggung. Dua cangkir teh di depan mereka untuk mencairkan suasana agar tidak canggung. Presdir Dika duduk di kursi khusus, dan Liana duduk di kursi panjang khusus untuk tamu."Maaf, kenapa Anda menelepon saya?" tanya Liana memecah kesunyian. "Saya tidak tahu mengapa Anda menyuruh saya datang ke sini."Dika menghela napas. Ia ingin bertanya pada Liana dan ingin menanyakan jawaban yang jelas. “Rumor yang beredar itu

  • It's Okay That's Love (INDONESIA)   53. Sudah Gila

    "Akhh !!! Jangan sentuh rambutku! Sekretaris Liana! Sakit—"Sakitnya, apalagi Liana sebagai wanita yang jago beladiri. Liana tidak peduli dengan Nova yang berteriak kesakitan. "Dasar Direktur mesum!"Awalnya, Nova mengeluh kesakitan, tapi kemudian dia tertawa. "Hei! Apa maksudmu? Mesum? Serius. Aku benci otak kotormu, Sekretaris Liana!" Nova mencibir.Mendengar perkataan Nova, pipi Liana memerah dan malu. Dia mundur selangkah, membuang muka.Nova merapikan baju putihnya sedikit berantakan gara-gara Liana. "Liana, apa kamu merasa gugup?" Nova bertanya. Sedetik dia menyadari apa yang dia katakan. "Umm ... maksudku, apa kamu gugup saat melihat wajahku?" Nova menjelaskan, mengulangi kata-katanya.Apa? Apa yang Nova bicarakan? Tidak gugup tapi malu. Tentu saja, Liana membantah dan menjawab dengan alasan lain. Sekarang dialah yang tertawa dengan aneh. "Gugup? Bagaimana menurutmu Direktur. Aku tidak pernah

  • It's Okay That's Love (INDONESIA)   52. Direktur Mesum

    Nova mengabaikan kata-kata Liana, membuatnya semakin berani dan mendekat. Hanya berjarak satu langkah, punggung Liana bertabrakan dengan pintu. Nova dengan berani mendekatkan wajahnya ke wajah Liana, Liana memejamkan mata karena tidak berani menatap wajah Nova sedekat ini.Dan .... Sebaliknya, Nova mengalami nasib buruk. Saat Nova menatap wajah Liana sedekat ini, dadanya mulai berdebar kencang. Pria itu memegangi dadanya, tidak menyangka reaksinya akan seperti ini. Liana dengan berani membuka kelopak matanya sedikit, mengintip. Keduanya saling bertatapan, tanpa sadar Nova mendekat ke wajah Liana. Keduanya saling menatap dengan tatapan bertabrakan. Kemudian Liana membuka matanya lebar-lebar saat wajah Nova berada lima sentimeter darinya.DOENK !!Liana beraksi dengan membenturkan kepalanya ke kepala Nova lalu meraih lengan Nova dan menjambak rambut Nova. "Apa-apaan ini, Direktur! Kamu mau menciumku ya?! Dasar Direktur mesum," kata Li

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status