Enjoy Reading.
***
Aku membuka mataku dan seperti biasa, wajah dingin Daniel sudah menyambutku, bosku itu kenapa jadi macam kulkas begitu, perasaan dulu waktu kecil manis banget deh.
"Marco!"
"Hmm." Karena malas melihat Daniel mode introgasi aku memilih memejamkan mataku, jangan sampai kena hipnotisnya, kan bahaya.
"Jangan pura- pura tidur."
"Nggak bos, tapi aku emang masih ngantuk," jawabku masih dengan memejamkan mata.
Aku mendengar Daniel menggeser duduknya lebih "Kenapa kamu nyuri data pribadiku dan menyusul ke Bali?"
"Karena ada yang janggal dengan misimu."
"Bagaimana kamu tahu kalau ada yang janggal."
"Tahu saja, sudah nggak usah di bahas, yang penting kan bos selamat."
"Tapi kamu hampir nggak selamat." Aku membuka mataku dan melihat Daniel memandangku sendu.
"Bos khawatir padaku?"
"Hmm."
"Beneran?" Aku langsung duduk tegak dan meringis saat merasakan nyeri di punggungku.
"Bodoh, kenap
Enjoy Reading.***Aku memandang kamera cctv di depanku dengan jengkel, sudah 3 Tahun berlalu, dan aku belum bisa masuk ke Cavendish. Uncle Paul benar- benar menjaga kerajaan itu dengan ketat.Aku kangen sama Mom dan Daddy, dan aku bahkan belum melihat makam Kakek, orang yang paling menyayangiku selama ini.Aku memandang ke atas, di mana kerajaan Cavendish berada. Ya, secara resmi aku belum bisa memasuki kerajaan itu, tapi secara ilegal aku sudah di sini dari 2 Tahun yang lalu. Tentu saja sebagai Red 01. Aku membangun ruang bawah tanah di mana bekas laboratorium milik Kakek dulu pernah diberikan padaku.Sesuai dugaanku, laboratorium ini terbengkalai tidak di gunakan lagi. Karena memang Mommy-ku tidak mengetahui keberadaannya. Dan Kakek hanya mewariskannya padaku.Aku melihat ruangan yang masih banyak kosong itu, aku sudah 2 Tahun mengotak- atik penelitian dan belajar otodidak tentang dunia farmasi, tapi semua masih gagal. Ada sih yang berhasil, ta
Enjoy Reading.***Krakkkk.Aaaaaa.Brugkh!Aku sudah siap dengan rasa sakit yang akan aku dapatkan saat ranting yang aku pijak akhirnya patah."Huftttt hampir saja."Pamanku yang bernama Pete, mengembuskan napas lega saat dia berhasil menangkap tubuhku, Tentu saja aku antara senang tapi juga terkejut melihatnya berada di sini."Uncle Pete?"Paman menurunkan kakiku ke tanah dan menatap dengan tajam."Cepat naik.""Eh ... naik?" Aku memandang pamanku bingung."Kamu mau mematahkan salah satu tangan atau kakimu, kan?" ucap pamanku menyindir, tentu saja aku langsung menunduk merasa bersalah, dia kan emang jago banget kalau soal membuat orang merasa takut, padahal usia pamanku itu hanya berjarak 5 tahun dariku tapi kegalakkannya melebihi Daddy-ku sendiri."Ada apa ini?" Suara kakakku Daniel benar
Enjoy Reading.***Aku berjalan menelusuri lorong istana dengan riang, bermaksud mengajak kakakku Daniel bermain di taman, tapi saat tidak mendapati dia di mana pun, akhirnya aku bermaksud menuju kamarnya, siapa tahu dia sudah kembali dari mana pun dia pergi tadi.Aku sengaja memilih masuk lewat pintu penghubung di kamarku yang memang langsung menembus ke kamarnya, membuka pintu sepelan mungkin agar bisa mengejutkan dirinya, aku melihat Daniel di sana sedang berbaring di ranjang, tapi tidak sendirian, ada Mommy bersamanya, karena rasa usil dan kepoku meningkat, akhirnya aku menunduk dan bersembunyi di balik rak buku, ingin tahu apa saja yang dibicarakan Mommy dan kakakku jika sedang berdua."Demammu sudah agak turun, tapi obat ini harus tetap dihabiskan, Mom tidak mau alergimu kambuh lagi." Perkataan Mommy membuatku mengernyit heran, Daniel demam? Kenapa tidak ada yang memberitahu aku kalau kakakku sedang sakit."Aku tidak apa-apa, Mom, justru aku
Enjoy Reading.***"Aw.""Diam Kak, jangan gerak- gerak.""Kamunya juga pelan- pelan Jo. Awww sakittt.""Bodo, udah dibilang panggil Jack, jangan Jojo.""Iya, iya elah. Sini obatin lagi!" Daniel menunjuk pipinya yang masih memar.Mau tidak mau aku memberinya salep agar pipinya tidak semakin membiru. Ini sudah 5 bulan sejak aku dan Daniel diinjeksi obat aneh. Sejak itu semua berubah, tidak ada lagi main bersama.Daniel di Prancis, dan aku di Cavendish. Kami terpisah sangat jauh, tapi Daniel selalu berusaha menemuiku seminggu sekali, dan tentu saja dengan tubuh memar dan lebam.Karena aku sudah mengajukan diri sebagai pewaris kerajaan Cavendish, aku sekarang harus ekstra belajar agar bisa menjadi Raja yang baik kelak. Tapi setidaknya aku masih bisa merasakan hiburan saat aku bosan, masih bisa bermain dan bersantai. hanya jam belajarku saja yang bertambah.Tidak seperti Daniel kakakku. Aku melihatnya seperti tidak bi
Enjoy Reading.***"Bibi." Aku langsung berlari dan meloncat ke tubuh bibiku Pauline saat tahu dia datang ke Cavendish."Hay ... Jack." Bibi tertawa dan berusaha menahan tubuhku yang menerjangnya.Pletakkk!Awwww!Aku mengusap keningku saat satu jentikan mendarat di jidatku."Lihat tubuhmu, badan segede itu, main tubruk saja. Untung Pauline kuat, kalau tidak, sudah nyungsep berdua kalian," protes pamanku Paul sambil bersedekap memandangkun yang masih betah memeluk Bibi tersayangku, saudara kembar Uncle Paul a.k.a Kakak dari Daddy-ku.Aku cemberut dan memandang bibiku manja. "Uncle jahat Bibi.""Kakak, jangan seperti itu." Bibi Pauline memlototi Paman Paul, membuatku memeletkan lidah mengejeknya."Astagaaaa, jangan di manja lagi. Besok usianya sudah 8 Tahun, semakin ngelunjak nanti." Paman Paul memandangku protes."Dia boleh berusia 18 Tahun, dan aku akan tetap menganggapnya sebagai keponakan kecilku yang pa
Mengandung adegan kekerasan.Enjoy Reading.***Bukhhh!Aku tersentak kaget saat merasakan perih dan asin di bibirku. Aku mengerang pelan, menyadari seseorang baru saja memukul wajahku, tanganku terasa kebas karena terikat di atas kepala dan tubuhku berada pada posisi menggantung. Aku berusaha membuka mataku tapi semua terasa gelap. Mataku ditutup entah dengan kain apa, karena baunya sangat anyir dan membuatku mual."Bagus. Akhirnya kamu bangun juga Pangeran."Aku mengernyit berusaha mengenali suara itu. Tapi belum sempat aku bicara.Bukhhh, uhukkk!Satu pukulan keras mendarat di perut, membuatku memuntahkan semua sarapanku, rasanya sangat sesak dan secara otomatis air mataku membasahi kain penutup itu. Aku menangis, tentu saja, jangankan di pukul, di tampar saja aku tidak pernah."Katanya keluarga Cohza itu kuat, tapi ternyata satu pukulan saja bisa membuatmu muntah-muntah, dasar menjijikkan."Belum cukup keterke
Enjoy Reading.***GELAP.Tempat ini sangat gelap. Aku sudah membuka mataku selebar mungkin, tetapi tetap tidak mampu menemukan setitik cahaya pun di tempat ini. Apa aku buta? Aku berusaha menggerakkan jari tanganku yang terasa kaku. Aku meraba wajah dan menyentuh kedua mataku. Aku tidak buta, aku yakin itu. Aku bernapas dengan pelan dan mempertajam pendengaranku. Tidak salah lagi, itu suara hujan.Aku ada di mana? Apa aku masih di tempat penculikan? Jantungku langsung berdetak lima kali lebih cepat saat berusaha mengingat apa yang baru saja aku alami. Aku takut bukan karena kegelapan ini, aku takut dengan rasa sakit, aku tidak mau di siksa lagi.Tapi siapa? Kenapa aku tidak ingat siapa yang menyiksaku? Aku juga tidak ingat di siksa seperti apa, yang pasti aku masih ingat aku menjerit kesakitan dan para penjahat itu malah tertawa senang. Seolah penderitaanku adalah hiburan bagi mereka.Iya mereka. Walau samar tapi aku yakin mereka lebih dari
Enjoy Reading.***2 BULAN SEBELUMNYA."Aku membunuh Jojo, aku membunuh Jojo, aku membunuhnya." Pete terus meracau memandang tangannya yang berlumuran darah dan memandang Jhonathan yang tergeletak di hadapannya.Pauline memandang Pete dengan wajah malas."Dia sudah meninggal Nona," ucap anak buahnya setelah memeriksa Jhonathan."Bagus, Pete ayo pergi."Pete menggeleng panik. "Tidak, jangan tinggalkan Jojo sendiri, kita harus membawanya ke rumah sakit."Plakkk.Pauline menampar lalu menjambak rambut Pete hingga wajahnya tepat di hadapannya."Adikku sayang, tenangkan dirimu, kamu tidak membunuh Jhonathan, kamu membunuh orang yang menyakiti Jhonathan." Pauline mengelus wajah Pete sayang dan menanamkan sugestinya."Sekarang tidurlah, kamu pasti lelah."Pete mengangguk patuh dan langsung berada di bawah pengaruh hipnotis hingga sepersekian detik setelahnya dia sudah tertidur.Pauline memandang anak