Share

2. Azka

PoV. Azka

Hari ini aku memeriksa proyek pembangunan apartemen baru di tengah kota ini, dengan mengendarai mobil sport kebanggan ku aku melesat ke lokasi pembangunan. Yang perlu kalian tau perusahaan ini bukan milikku dan aku bukan seorang Ceo seperti yang ada di dalam novel romance, aku hanya seorang direktur sekaligus penanam saham di perusahaan ayah ku, keuntungannya aku memiliki kekuasaan yang cukup di segani di perusahaan itu, masa bodo apa kata orang tentang aku yang adalah anak pemilik perusahaan yang jelas aku ikut membangun perusahaan ini sampai sebesar saat ini.

“hallo, ya aku menuju ke lokasi sekarang tunggulah sebentar”

Sebagai seorang direktur aku cukup nyentrik dengan kegiatan blusukanku yang sering kali mengejutkan sebagian karyawan dan membuat mereka selalu berhati-hati saat bekerja. kerap kali mereka bekerja sama mencari tau apa saja kegiatanku karena takut aku tiba- tiba datang ke divisi mereka.

Sesampainya aku di proyek pembangunan aku segera turun tidak lupa aku membawa dompetku yang ku taruh di saku celana ku. Tanpa memikirkan apapun aku berjalan memasuki kawasan proyek, tapi baru beberapa langkah aku justru di tabrak oleh seorang gadis bertopi yang berjalan sambil menunduk membuatku kehilangan keseimbanganku karena kondisi jalan yang sedikit berlumpur. Aku menatap punggung gadis itu yang perlahan justru berlari. Mengingat sesuatu aku segera memriksa dompetku, sial!.

“hai! Berhenti kau”

Haissss! Bukan berhenti gadis itu justru berlari semakin cepat, aku tidak mau kalah olehnya dompet itu hadiah ulang tahun ku dari ibuku bisa habis jika sampai hilang. 

Lima belas menit sudah aku mengejarnya, ini benar-benar gila apa gadis itu tidak lelah berlari terus? Saat gadis itu memasuki sebuah gang dengan cepat aku mengikutinya dan….

“hahaaha, apa kau terjebak sekarang?”

“aku bingung sejak awal kamu mengejarku, apa kamu kenal aku?”

Apa? Dia bicara apa si kenapa terdengar sangat tidak masuk diakal ku. aku sungguh jengah melihat sifat orang ini, dia ini bodoh atau gimana si?

“hai, sekarang kamu berpura-pura tidak tahu apa-apa? Jangan bodoh, jelas kamu mengambil dompetku”

“aku mengambil dompet mu? Aku bukan pencopet kamu salah orang”

Aku menatapnya tidak habis pikir, masih meneruskan drama bodohnya sudah jelas sekali padahal. Benar-benar tidak tahu malu.

“jika kamu buka pelakunya kenapa kamu berlari seperti tadi?”

Kulihat ia terdiam sesaat lalu melangkah mundur , sepertinya dia mulai tertekan oleh permainannya sendiri.

“kenapa diam, apa kamu takut?”

“iya. Aku takut_takut padamu, siapa sebenarnya kamu? Apa ini sebenarnya motif baru penculikan?”

Apa? Barusan apa lagi yang dia ucapkan sepertinya telingaku tidak singron dengan otakku, dia balik menyerangku balik. Dia pikir dia akan lolos aku akan pastikan kamu masuk kantor polis karena sudah mencopet dan membuatku berlari segini jauhnya.

“tidak usah berdrama di hadapanku, jika bukan kamu pelakunya maka izinkan aku utuk menggeledah barang-barang yang kamu bawa”

“baiklah. Geledah saja jelas-jelas bukan aku pencopetnya”

Dengan cepat kubalik badan kecilnya untuk melihat isi dari tas milik gadis itu.

“kamu ini tukang rongsokan ya, banyak sekali sampah di dalam tasmu”

“apa kamu bilang? Rongsokan? Ini buku untuk belajar da nasal kamu tahu buku-buku ini lebih berharga dari dompet mu itu tahu”

Gadis ini kenapa si, jelas wajar aku bertanya seperti itu melihat isi tasnya ini semua terlihat seperti rongsokan, lusush dan bulukkan.

“sia-sia waktuku mengejar kamu sampai sini, pasti kamu berkomplot”

Lihat saja kau akan ku tangkap, sial sekali hari ini setidaknya biarkan dompetnya saja yang kembali isinya tidak usah.

*** 

Sepulang dari kunjunganku ke proyek aku mengendarai mobilku dengan santai hatiku masih diliputi rasa tidak ihklas karena dicopet siang ini, mau bagai mana lagi sudah terjadi juga kan. Namun pandangan ku jatuh pada seorang gadis yang sempat aku tuduh pencopet tadi siang, bukan hanya itu aku juga melihat seorang tukang jamu bersamanya dan laki-laki yang bajunya masih ku ingat itu laki-laki yang aku tabrak karena gadis aneh itu.

“sekarang aku mengerti situasinya”

Aku harus mengambil dompet ku dari mereka, aku berhentikan mobilku di tepi jalan dengan sembarangan lalu berlari keluar sialnya mereka menyadari itu jauh lebih cepat. Saat ini aku tidak akan mengejar gadis itu tapi si laki-laki yang aku yakin dompetku berada pada nya.

“tunggu berhenti kamu!”

Sial! Larinya sangat kencang aku tertinggal cukup jauh karenanya, saat aku berbelok kesebuah gang kecil hanya beberapa anak kecil yang berada di sana.

“sial. Aku kehilangan jejaknya”

Aku berbalik meninggalkan linkungan kumuh itu dengan hati dongkol bisa-bisanya aku kena penipuan begini, oleh orang-orang seperti itu lagi. Aku menatap kederetan gubuk-gubuk kumuh di lingkungan itu, sebenarnya mereka ini punya rumah atau tidak si, jika tidak kenapa mereka memilih keibu kota begini, sudah tau hidup disini jauh lebih berat dari pada di kampung. 

Aku melajutkan perjalanan ke rumah ku karena sudah malas kembali ke kantor jika sudah sore begini. 

Sesampainya di rumah aku di sambut oleh lengkingan suara milik ibuku, ya ibu ku ini sangat ketat terhadap tatak ramah. Mau tahu apa kesalahanku?

“Azka, kamu gak merasa kamu melupakan sesuatu gitu?” jika ibu sudah bertanya seperti itu aku sudah dipastikan melupakan aturan nya.

“assalamuallaikum bu Azka pulang” dengan meringis aku membungkuk mencium punggung tangannya.

“jangan di biasakan seperti itu, nanti saat kamu punya istri dan anak bagai mana mau jadi panutan jika kamu saja sudah tidak tahu tatak rama” 

Hufft. Ayolah sampai saat ini saja aku masih lajang karena ragu untuk mengenalkan seorang gadis pada nya, bagai mana mau memiliki anak dan istri.

“nantikan ada ibu, jadi bisa di ajarin sama ibuku ini” 

“kamu harus dapat jodoh paling baik, supaya ada yang ngurusin sampai tua nanti”

Kadang aku berpikir apa ibu ku ini akan setuju jika aku datang membawa seorang wanita pilihanku, karna sangat terlihat bahwa dia sudah memilihkan seorang gadis untuk ku. Aku hanya mengamini saja semoga itu benar-benar terjadi.

“amin, ya sudah aku mau bersih-bersih diri dulu badan lengket semua”

“ya sudah kalau sudah selesai cepat turun ibu buatkan pudding kesukaan kamu”

“ibu kau sangat baik dan pengertian, sudah lama juga aku tidak makan pudding buatan ibu pasti rasanya sangat enak”

“ya sudah cepat bersih-bersih baru kamu bisa mencobanya”

Aku ingin punya istri seperti ibuku, istri yang terlihat anggun dan tegas di waktu yang bersamaan paket lengkap dengan kecantikan yang sangat natural. Semoga saja.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Mawar Hera
males bgt dh bacanya kalo paragraf yg sama di ceritain dlm 2 pov
goodnovel comment avatar
Barra Della
seru ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status