PoV. Putri
Hari itu mungkin adalah hari yang tidak mungkin kulupakan seumur hidupku, hari dimana aku melihat kedua orang tuaku menghembuskan napas terakhirnya di depan mataku. Sepulang merayakan hari kelulusan kuliah ku, mobil yang kami tumpangi harus hilang kendali karena rem blong, hanya aku yang selamat dalam kecelakaan itu. Berbulan-bulan aku koma tanpa tahu apa yang terjadi pada keluargaku, sampai dimana aku sadar dan keadaan nya sudah seperti saat ini. perusahaan ayah bangkrut, dan butik ibuku juga mengalami musibah kebakaran. Semua hancur dalam sekejap mata meninggalkan aku dan kenangan pahit.
Sekarang disini lah aku, di sebuah perkampungan kumuh tempat para berandalan berkumpul untuk bertahan hidup. Jangan tanyakan apa profesiku setelah lulus kuliah, karena kalian akan sangat terkejut.
"put. Oprasi gak hari ini?" Tanya salah seorang pemulung yang ikut tinggal bersama ku kawasan itu.
"iya dong, mau makan apa anak-anak kalo kita diem ajah"
"gue udah pantau, nanti siang bakal ada orang kantoran yang bakal sidak ke bangunnan gedong di deket tikungan depan"
"oke. kalo gitu siapin semua buat siang nanti, pastiin semua udah siap!" jika kalian ingin tahu apa profesiku setelah lulus kuliah, aku bekerja sebagai agen pemindahan uang.
Siang ini mungkin adalah oprasi ke sekianku untuk mendapatkan uang modal makan dan sekolah anak-anak jalanan. Aku sempat berpikir pada hari pertamku tinggal disini, bagai mana mereka jika aku saja yang sekolah dengan tinggi saja masih bisa di bodohi oleh orang, dari situ aku bertekat untuk menyekolahkan mereka agar tidak memiliki nasib sulit sepetri orang tua mereka juga sepertiku.
Oprasiku siang ini akan melibatkan beberapa orang, Ami sebagai tukang jamu dekat pasar adalah pos pertamaku jika aku terpaksa tertangkap, lalu Amrin yang akan menjadi penghalang kegagalan oprasi kali ini. Semagatku semakin bertambah saat melihat gedung yang sedang mereka bangun tidak jauh dari pemukiman kumuh kami ini.
"gedungnya saja besar, aku yakin oprasi kali ini akan cukup untuk makan dan biaya daftar sekolah"
***
Aku melihat beberapa mobil mewah melewati warung kopi pok Isah, mataku sudah menentukan satu mobil yang terlihat paling mahal sebagai targetku.
"pok. Ini duit kopinya aku kedepan sebentar"
"oke dah put, gua do'a in dah yak semoga hari ini rejeki lu banyak"
Do'a pok Isah kali ini aku amini, semoga saja orang kaya itu benar-benar banyak duit, biar dia bisa bagi-bagi rejeki sama anak-anak. Dengan santai aku mendekati kawasan bangunan besar itu memberi kode pada Ami yang sudah siap dengan bakul jamunya. Kupandangi mobil sport berwarna merah itu dengan teliti sampai terlihat seorang pemuda keluar dari dalamnya dengan setelan baju yang terlihat sangat menawan, denga kulit putih serta badan tegap yang membuatku sejenak lupa akan tujuan awalku saat ini.
"ehm, aku harus fokus denga oprasi kali ini. Demi anak-anak"
Dengan topi yang menghiasi kepalaku aku mulai berjalan denga cepat mendekat pada laki-laki itu, hal yang pertama aku lakukan adalah menabrak bahunya untuk mengecoh target, sampai muncul Amrin dari arah berlawanan. Yak benar, hanya butuh waktu tiga detik kami mendapatkannya, dengan cepat aku berlari membuat target terkejut dan segera memeriksa kantung celana dan jasnya. Drama dimulai, target mengejarku dan ini sangat lucu bagiku seperti bermain polisi-polisian.
"hai! Berhenti kau"
Bodoh saja dia jika menyuruhku berhenti, jelas disini aku adalah pencopet bisa babak belur di hajar masa kalau begitu. Sudah lebih dari lima belas menit aku berlari tapi kenapa orang ini masih saja mengejarku apa dia tidak merasa cape? Ayolah sebanyak apa si uang di dalam dompetnya itu.
Sial! Karena tidak fokus berlari aku salah masuk gang yang adalah gang buntu, sudah tidak ada pilihan lain aku harus menghadapinya walaupun harus baku hantam.
"hahaaha, apa kau terjebak sekarang?" sungguh suara nya terdengar sangat sexy, tapi situasi nya sangat tidak tepat. Ingat Putri salah sedikit kau bisa di tangkap oleh polisi.
"aku bingung sejak awal kamu mengejar ku, apa kamu kenal aku?"
"hai, sekarang kamu berpura-pura tidak tahu apa-apa? Jangan bodoh, jelas kamu mengambil dompetku" aku sungguh jengah melihat sifat orang ini, arogan sekali cara bicaranya padahal sangat bodoh.
"aku mengambil dompet mu? Aku bukan pencopet kamu salah orang" dia menatapku bingung namun tetap waspada.
"jika kamu buka pelakunya kenapa kamu berlari seperti tadi?" tanyanya dengan terus menatapku tanpa terputus.
Aku mundur selangkah memberi jarak padanya agar tidak terlihat jika aku sebenarnya sangat gugup, entah kenapa berapa kali pun aku operasi tetap saja hal seperti ini yang paling aku takutkan.
"kenapa diam, apa kamu takut?"
"iya. Aku takut_takut padamu, siapa sebenarnya kamu? Apa ini sebenarnya motif baru penculikan?"
Laki-laki itu menegakan badannya lalu terkekeh, hei apanya yang lucu dia pikir aku sedang melawak. Bagai mana ini jika hari ini aku tertangkap siapa yang akan menebus ku.
"tidak usah berdrama di hadapanku, jika bukan kamu pelakunya maka izinkan aku utuk menggeledah barang-barang yang kamu bawa"
"baiklah. Geledah saja jelas-jelas bukan aku pencopetnya" dia pikir aku takut orang dompetnya tidak ada di aku. Dengan tidak sabar laki-laki ini membalik badanku untuk memeriksa tas punggungku dengan tidak sopan dia mengeluarkan isi dari dalam tasku.
"kamu ini tukang rongsokan ya, banyak sekali sampah di dalam tasmu"
"apa kamu bilang? Rongsokan? Ini buku untuk belajar dan asal kamu tahu buku-buku ini lebih berharga dari dompet mu itu tahu"
Enak saja dia bilang buku-buku ini barang rongsok, ya walaupun bekas aku tidak terima jika dia menyebut buku-buku ini barang rongsok. Besok-besok ku copet lagi dia baru tahu rasa.
"sia-sia waktuku mengejar kamu sampai sini, pasti kamu berkomplot" serunya setengah mendorongku lalu pergi begitu saja.
Lihat saja laki-laki satu ini, aku tandai kamu sebagai target resmi ku.
***
Aku kembali ke warung pok Isah dengan mengendap di balik pepohonan untuk menemui Amrin dan Mia, pok Isah yang melihatku mengendap-endapa terlihat bingung.
"Putri lu ngapa ngumpet-ngumpet gitu?" tanyanya dengan logat khas betawinya.
"enggak pok, itu tadi ada bang boim biasa nagih setoran, males bayarnya pungli gitu mah"
Maap in aku bang Boim udah boong bawa-bawa nama bang Boim lagi kepepet soalnya. Amrin dan Mia menahan senyumnya melihatku berbohong, kurang ajar nih anak dua aku cape-cape habis dikejar orang malah dia enak-enakkan makan mie rebus pake telor disini.
"enak ya makan berduaan kaya orang bener disini, gak mikirin aku yang harus lari lima belas menit gak berenti-berenti di kejar orang. Putus kita!"
"ya elah Put, lari lu kan kenceng pasti kalah lah tuh orang"
"nyaris ketangkep iya, untung udah kena tipu duluan tuh orang"
"ayo kita balik Put, Mi"
Kita berjalan keluar dari warung pok Isah menuju gang yang biasa kita pakai untuk bagi-bagi hasil. Saat sedang berjalan tidak sengaja aku melihat mobil milik laki-laki tadi berhenti di tepi jalan yang kami lalui.
"Sial!'
"kabur oy"
Mendengar seruan Amrin aku dan Ami langsung berlari memasuki gang kecil sedangkan Amrin memilih berlari lurus untuk mengecoh laki-laki sialan itu.
PoV. AuthorAzka benar-benar kecewa dengan sikap Putri kali ini. Azka tahu jika dirinya pernah melakukan sebuah kesalahan yang fatal dan mungkin sulit untuk bisa di maafkan. Tapi kali ini Putri membuatnya takut dengan pemikiran-pemikiran yang sangat abu-abu."Bagai mana bisa aku selingkuh. Saat ini aku sudah kalah Put.. aku sungguh-sunggun jatuh cinta." Ujarnya Azka saat melihat anaknya yang ada di dalam ruang NOCU."Ka, kamu kenapa? Ada masalah sama Putri?" Tanya Mona."Aku juga nggak paham sama keadaan ini." Jawab Azka."Apa nggak bisa dibicarakan ini kan hari bahagia kalian, masa harus ada salah paham gini." "Aku akan bicara dengan nya saat dia sudah lebih tenang." Azka menjawab."Baiklah, kalau begitu aku pamit pulang ya, sekali lagi aku ucapkan selamat ya atas kelahiran putra kal
PoV. AuthorAzka menatap Putri. Dia terkejut dengan respon dari istrinya itu."Put, aku ada salah sama kamu? Tolong jangan gini, Put." Azka kembali mencoba mendekat pada Putri yang terlihat semakin kesakitan."Nggak!! Aku bilang nggak ya nggak!!" Seru Putri sambil mengatur napasnya."Salah aku apa, Put?""Kamu selingkuh!!" Azka terkejut bikan main mendengarnya."Kamu ngomong apa si Put? Aku nggak pernah seperti itu." Azka mendekat tak mengindahkan Putri yang mendorong dan memukuli dadanya yang Azka lakukan hanya memeluk istrinya."Awwhh sakit, Mas sakit perutku!" Putri meremas kerah baju Azka dengan keras saat rasa sakit sudah tidak bisa terbendung.Beberapa dokter, memasuki ruangan persalinan itu membuat Azka berubah pias. Ini merupakan hal pertama yang m
PoV. AuthorUsia kandungan Putri sudah melewati 9 bulan. Putri mengalami perubahan sikap, dia tidak lagi manja dan sensitif seperti sebelumnya. Putri bersikap sangat dewasa, seperti selayaknya ibu dan itu membuat Azka semakin mencintainya."Kali ini kamu masak apa untuk aku?" Tanya Azka yang baru saja memasuki dapur. Dilihatnya Putri tengah sibuk menyiapkan bekal makan siang Azka untuk dibawa ke kantor pagi ini seperti biasanya."Kentang balado sama kikil kecap, Mas" Putri menjawab sambil menutup Tupperware yang sudah berisi makanan. Kemudian diletakan nya diatas meja makan.Saat memasuki delapan bulan kehamilannya Putri selalu gigih belajar masak. perlahan akhirnya Putri pun bisa memasak."Kamu sarapan ya, aku ke kamar dulu ya," ucap Putri yang diangguki Azka. Putri pun kekamarnya untuk mandi pagi, satu lagi kebiasaan baru Putri yaitu mandi pagi dua kali sehar
PoV. AuthorPutri berjalan bersebelahan dengan Rama seraya memasuki ballroom hotel tepat diadakannya pameran produk baru perusahaan mereka diselenggarakan. Putri terus melihat kesekeliling nya memperhatikan keberhasilan berlangsung acara."Itu Azka," Rama menunjuk kearah tengah ballroom."Oh iya, yuk kesana!" Putri berseru berniat mendekati Azka namun ditahan oleh Rama."Tunggu dulu," ujar Rama menatap kearah Azka. "Itu bukannya Mona? Kamu lihat kan, Put?" Tanya Rama."Iya, memangnya kenapa, Mas?""Apa perlu aku buat Mona menjauh dari Azka, aku takut kamu cemburu dan sedih lagi." Putri menatap Rama dengan haru."Nggak perlu, aku bisa tanganin ini sediri Mas Rama tenang saja. Cukup jadi penonton." Putri tau perasaan Rama terhadapnya, dia juga tidak mun
PoV. AuthorLangit sudah berubah warna menjadi hitam. Sinar bulan terang menderang di temani bintang untuk menghalau hujan. Putri sudah bersiap dengan kue coklat buatannya, dia akan mengajak Azka untuk duduk sambil melihat bintang di atas balkon kamar mereka. Putri berjalan melihat Azka yang masih sibuk membuat beberapa makanan sesuai keinginan Putri."Kamu pasti lelah banget, Mas. Maaf ya aku juga merasa aneh nih selama hamil." Putri memeluk Azka dari belang. Kepalanya di sandarkan ke punggung Azka."Enggak kok, aku malah senang kamu selalu butuh aku." Azka mematikan kompor lalu berbalik untuk membalas pelukan Putri. "Aku sayang kamu, Put." Ucap Azka sebelum memberi sebuah kecupan di kening Putri.***Keduanya duduk di bangku rotan yang ada di balkon, Azka sengaja membawa selimut untuk mereka berdua karena ia tahu pasti angin di sana
PoV. Author"Aku nggak maksud begitu, Put." Ujar Azka."Tapi aku merasa kalau kamu sebenarnya nggak percaya sama aku, Mas." Jawab Putri.Saat ini keduanya sedang berada di meja makan, duduk berhadapan dengan penampilan Azka yang masih sama. Mengenakan bokser nya.Azka menghembuskan napasnya gusah, diwajahnya terlihat kegelisahan yang sangat nyata. Dengan perlahan Putri menggapai jari jemari Azka yang sedang menggenggam segelas air."Mas, aku janji nggak akan ada perselingkuhan di dalam rumah tangga kita lagi. Aku cinta kamu mas." Azka menatap Putri. Azka masih tidak menyangka jika hanya dengan melihat senyum gadis barbar yang dulu sangat dia benci, bisa membuatnya setenang ini."Jangan tinggalin aku ya, Put. Maaf kalau aku sering nyakitin kamu." Azka beranjak dari duduk nya lalu memeluk Istrinya dengan erat."Iya Mas
PoV. AuthorPutri masih diam saat mereka sudah sampai di lobi Apartemen. Azka dengan cepat keluar lalu membuka pintu penumpang di sebelah Putri.
PoV. AuthorKeesokan hari nya di kantor. Azka baru saja tiba pukul sepuluh, lebih siang dari biasanya dia datang tidak sendiri melainkan bersama Mona di sebelahnya.
PoV. AuthorJam tujuh malam, Azka pulang saat Putri sedang menyiapkan makanan. Entah apa yang di kerjakan Azka di kantor sampai larut malam begini yang jelas wajahnya sudah terlihat lusuh.