PoV. Azka
Posisiku kali ini di kelilingi oleh para tamu undangan. Ya malam ini pertunangan ku dengan Putri. Semenjak kejadian beberapa hari lalu aku belum pernah bertemu dengan Rubbi lagi. Kami hanya bertukar nomor saja, tapi itupun tidak ada komunikasi yang terjalin di antara kami. Jujur, Aku masih menginginkan Rubbi. Untung saja percakapan ku dengan Rubbi waktu itu tidak terdengar oleh Putri maupun Rama. Saat aku bertanya, mereka kompak mengatakan tidak mendengar apa pun.
Kutatap Rubbi diujung sana, tampil cantik seperti biasanya. Pandangan kami bertemu, lalu melempar senyum satu sama lain. Kemarin aku menghadiri sebuah seminar dan Rubbi lah moderator nya. dia sangat cantik di acara itu.
"Kamu lihatin siapa, hm? Rubbi?" Tanya ibuku yang berdiri di sampingku dan berhasil memutuskan pusat perhatianku. "Dengar Azka, kamu itu calon suami Putri, jangan berpikiran untuk mendekati Rubbi. Ibu gak suka sama dia, sudah terlihat dari ibunya" ujar ibu dengan matanya yang menatapku sebesar jeruk bali.
"Ibu.."
"Lihat itu menantu ibu! Cantik banget hari ini.." ucap ibu terlihat kagum.
Aku menoleh mengikuti arah pandang ibu. Ya, kuakui malam ini bunga terlihat berbeda dan ... Sedikit cantik. Kualihkan pandanganku, ku gelengkan kepalaku agar gadis itu tak menguasaiku. Sampai dia dan mamahnya sudah berada di dekat kami. Kemudian acara tukar cincin pun dimulai yang di sambut tepuk tangan menyebalkan.
***
"Kalau kamu gak becus pakai heels, ya gak usah, bikin susah saja" bisikku padanya yang sedang merangkul lenganku. Kami berjalan menyapa yang datang setelah sesi tukar cincin. Dia merespon ucapanku dengan melepas rangkulannya dan menatapku tajam tanda dia kesal. Terserah! Kubiarkan saja dia jalan sendiri. Aku pun lebih dulu sampai di sana, bergabung bersama Rama dan Rubbi yang sangat cantik.
"Hai" sapa ku pada Rubbi.
"Hai, Mas Az.." ucapan Rubbi terpotong oleh kelakuan upnormal Putri yang sukses membuatku kaget karena dia hampir jatuh di hadapan para tamu. Dengan cepat kurangkul pinggang nya, meraihnya dalam dekapanku. Dasar anak nakal! " Kamu bikin susah saja" bisikku menahan kesal. Bisa kudengar jantungnya berdetak sangat kencang. Sepertinya dia benar-benar takut jatuh.
"Kamu baik-baik aja?" Tanya Rama pada Putri yang telah melepaskan diri dariku. Dia mengipasi wajahnya, terlihat pucat pasih.
"Aku gak papa, mas" jawabnya mulai santai.
"Ya ampun Putri. Kamu ini lucu banget, sih. Pakai heels aja gak bisa." Kata Rubbi. "Kenapa? Bukannya kamu sudah tahu aku tidak bisa pakai ginian dari dulu" jawab Putri tajam. Ayolah kenapa mereka jadi berdebat seperti ini.
"Oh iya, ya. Kamu kan sukanya pakai sepatu kets. Mulai sekarang belajar lah pakai heels, nanti kasihan Mas Azka punya istri tapi gak bisa di bawa ke acara perusahaan" aku merasa Rubbi terlihat seperti orang yang sedang cemburu, apa mungkin..? "Yaudah, dia bisa pergi sendiri!" Ucap Putri. Kenapa respon nya hanya seperti itu, kenapa aku seperti tidak terima si gadis pencopet ini cuek saja?. "Nanti Mas Azka di ambil orang loh" apa kita akan bersama Rubbi? Aku harap begitu.
"Ehem! Putri, malam ini kamu kelihatan beda. Kamu cantik." Rama menengahi percakapan kedua gadis itu. Dia tersenyum dan si pencopet cilik pun membalasnya.
"Selamat atas pertunangan kalian," ucap Rama yang kini menoleh padaku. Aku mengangkat bahuku malas.
"Perhatian semua. Maaf menggangu. Saya ingin mengumumkan kalau pernikahan Azka dan Putri akan di adakan minggu depan. Udangan nya akan kami berikan secepatnya, terima kasih" ucap ayah di depan sana. Aku memijat keningku yang mendadak pening setelah mendengarnya. Ku mohon tuhan.. cukup..
***
Seperti biasa pagi ini aku berangkat ke kantor menggunakan mobil kesayanganku. Minggu depan aku akan menikah dengan gadis copet itu. Sudah aku putuskan jika kami akan tinggal di apartement milik ku saja. Ini kan hanya pernikahan yang tidak akan berjalan selamanya. cepat atau lambat kami akan tetap bercerai. jadi untuk apa aku membangun rumah impian? belum menikah saja rasanya aku sudah mau bercerai darinya.
bruk!!! aduh. sepertinya ada yang menabrak mobilku ketika aku sedang mundur untuk parkir. siapa yang berani menabrak mobil ku! dengan segera aku turun dari mobil ku dan dengan langkah lebar menghampiri orang itu. sial! pelakunya adalah pencopet kecil ini, emosiku seketika naik melebihi level vulkano. " kamu!!" geramku menunjuknya penuh emosi.
Putri turun dari mobilnya menhampiriku, kemudian dia bergerak memriksa mobilku yang di tabraknya " lecet sedikit, gak parah lah. biar aku bawa ke bengkel gak usah marah sampai mata mau keluar gitu kali, santai saja".
aku sangat kesal, benar-benar kesal sampai mau meledak, "swdikit ataupun banyak kamu udah bikin mobil kesayanganku rusak" bentaku. "gak usah bentak-bentak" katanya tak mau kalah. masa bodo aku tidak peduli dia ini wanita atau waria yang jelas dia sudah merusak mobil ku. para karyawn yang lewatpun berhenti sebentar dan melihat ke arah kamisebelum benar-benar masuk kedalam gedung kantor.
" kan aku udah bilang bakal bawa ke bengkel. mggak usah berlebihan deh!" ucapnya. astaga! gadis nakal ini benar-benar menguji kesabaranku! "ada apa ini?" Rama datang diantar kami.
"Dia nabrak mobilku!"
"aku nggak sengaja!"
"Tapi tetep aja kamu, nabrak mobilku. kamu lihat itu jadi rusah, astaga!"
"ya ampun. itu gak rusak, itu cuma lecet sedikit" ucapnya menjentikan jari.
"kam..." ucapan ku terputus saat Rama menariku menjauhi Putri.
"udah Ka. Putri sekarang kamu masuk dan mulai bekerja" kata Rama. sebelum Putri pergi dia sempat mentapaku sinis, lalu melangkah pergi.
***
"astaga! dia itu musibah di hidupku, Ram" kataku setelah kita berada di dalam ruanganku."oke. sabar Ka kamu biasanya nggak gampang emosi, aku tahu itu mobil kesayanganmu aku juga yakin jika Putri nggak sengaja, udah lupain aja ingat sepuluh menit lagi kita ada meeting" benar kata Rama. belakangan ini memang aku jadi mudah tersulut emosi, sementara orang di sekelilingku mengenalku sebagai pribadi yang tenang.
"lagian berantem terus, ingat minggu ini kalian akan menjadi pasangan yang sah, dari pada berantem di sini lebih baik nanti saja di kamar pengantin, jika sudah sah" Rama tersenyum kearahku. sial! Rama justru menggodaku. aku hanya memutar bola mataku malas, lalu meminum segelas air putih di mejaku, meminumnya dengan sekali teguk.
setelah menikah nanti aku akan membalas Pencopet cilik itu! usai meletakan gelas di atas meja, kuraih gagang telpon dan menghubungi nomor kantor bagian marketing "pak Budi, untuk seterusnya potong tujuh puluh persen gaji karyawan bernama Putri. katakan sekarang padanya" ucapku tegas tanpa bertele-tele.Rama hanya menatapku dengan gelengan kepala tidak mengerti. entah dengan sikap ku atau keputusan yang aku ambil.
sekarang Putri mungkin masih bisa berleha-lehadenga uang Om Salman. pasti dia akan bersikap biasa saja dan tidak peduli, tapi kupastikan setelah menikah nanti semua akan berubah seratus delapan puluh derajat.
PoV. AuthorAzka benar-benar kecewa dengan sikap Putri kali ini. Azka tahu jika dirinya pernah melakukan sebuah kesalahan yang fatal dan mungkin sulit untuk bisa di maafkan. Tapi kali ini Putri membuatnya takut dengan pemikiran-pemikiran yang sangat abu-abu."Bagai mana bisa aku selingkuh. Saat ini aku sudah kalah Put.. aku sungguh-sunggun jatuh cinta." Ujarnya Azka saat melihat anaknya yang ada di dalam ruang NOCU."Ka, kamu kenapa? Ada masalah sama Putri?" Tanya Mona."Aku juga nggak paham sama keadaan ini." Jawab Azka."Apa nggak bisa dibicarakan ini kan hari bahagia kalian, masa harus ada salah paham gini." "Aku akan bicara dengan nya saat dia sudah lebih tenang." Azka menjawab."Baiklah, kalau begitu aku pamit pulang ya, sekali lagi aku ucapkan selamat ya atas kelahiran putra kal
PoV. AuthorAzka menatap Putri. Dia terkejut dengan respon dari istrinya itu."Put, aku ada salah sama kamu? Tolong jangan gini, Put." Azka kembali mencoba mendekat pada Putri yang terlihat semakin kesakitan."Nggak!! Aku bilang nggak ya nggak!!" Seru Putri sambil mengatur napasnya."Salah aku apa, Put?""Kamu selingkuh!!" Azka terkejut bikan main mendengarnya."Kamu ngomong apa si Put? Aku nggak pernah seperti itu." Azka mendekat tak mengindahkan Putri yang mendorong dan memukuli dadanya yang Azka lakukan hanya memeluk istrinya."Awwhh sakit, Mas sakit perutku!" Putri meremas kerah baju Azka dengan keras saat rasa sakit sudah tidak bisa terbendung.Beberapa dokter, memasuki ruangan persalinan itu membuat Azka berubah pias. Ini merupakan hal pertama yang m
PoV. AuthorUsia kandungan Putri sudah melewati 9 bulan. Putri mengalami perubahan sikap, dia tidak lagi manja dan sensitif seperti sebelumnya. Putri bersikap sangat dewasa, seperti selayaknya ibu dan itu membuat Azka semakin mencintainya."Kali ini kamu masak apa untuk aku?" Tanya Azka yang baru saja memasuki dapur. Dilihatnya Putri tengah sibuk menyiapkan bekal makan siang Azka untuk dibawa ke kantor pagi ini seperti biasanya."Kentang balado sama kikil kecap, Mas" Putri menjawab sambil menutup Tupperware yang sudah berisi makanan. Kemudian diletakan nya diatas meja makan.Saat memasuki delapan bulan kehamilannya Putri selalu gigih belajar masak. perlahan akhirnya Putri pun bisa memasak."Kamu sarapan ya, aku ke kamar dulu ya," ucap Putri yang diangguki Azka. Putri pun kekamarnya untuk mandi pagi, satu lagi kebiasaan baru Putri yaitu mandi pagi dua kali sehar
PoV. AuthorPutri berjalan bersebelahan dengan Rama seraya memasuki ballroom hotel tepat diadakannya pameran produk baru perusahaan mereka diselenggarakan. Putri terus melihat kesekeliling nya memperhatikan keberhasilan berlangsung acara."Itu Azka," Rama menunjuk kearah tengah ballroom."Oh iya, yuk kesana!" Putri berseru berniat mendekati Azka namun ditahan oleh Rama."Tunggu dulu," ujar Rama menatap kearah Azka. "Itu bukannya Mona? Kamu lihat kan, Put?" Tanya Rama."Iya, memangnya kenapa, Mas?""Apa perlu aku buat Mona menjauh dari Azka, aku takut kamu cemburu dan sedih lagi." Putri menatap Rama dengan haru."Nggak perlu, aku bisa tanganin ini sediri Mas Rama tenang saja. Cukup jadi penonton." Putri tau perasaan Rama terhadapnya, dia juga tidak mun
PoV. AuthorLangit sudah berubah warna menjadi hitam. Sinar bulan terang menderang di temani bintang untuk menghalau hujan. Putri sudah bersiap dengan kue coklat buatannya, dia akan mengajak Azka untuk duduk sambil melihat bintang di atas balkon kamar mereka. Putri berjalan melihat Azka yang masih sibuk membuat beberapa makanan sesuai keinginan Putri."Kamu pasti lelah banget, Mas. Maaf ya aku juga merasa aneh nih selama hamil." Putri memeluk Azka dari belang. Kepalanya di sandarkan ke punggung Azka."Enggak kok, aku malah senang kamu selalu butuh aku." Azka mematikan kompor lalu berbalik untuk membalas pelukan Putri. "Aku sayang kamu, Put." Ucap Azka sebelum memberi sebuah kecupan di kening Putri.***Keduanya duduk di bangku rotan yang ada di balkon, Azka sengaja membawa selimut untuk mereka berdua karena ia tahu pasti angin di sana
PoV. Author"Aku nggak maksud begitu, Put." Ujar Azka."Tapi aku merasa kalau kamu sebenarnya nggak percaya sama aku, Mas." Jawab Putri.Saat ini keduanya sedang berada di meja makan, duduk berhadapan dengan penampilan Azka yang masih sama. Mengenakan bokser nya.Azka menghembuskan napasnya gusah, diwajahnya terlihat kegelisahan yang sangat nyata. Dengan perlahan Putri menggapai jari jemari Azka yang sedang menggenggam segelas air."Mas, aku janji nggak akan ada perselingkuhan di dalam rumah tangga kita lagi. Aku cinta kamu mas." Azka menatap Putri. Azka masih tidak menyangka jika hanya dengan melihat senyum gadis barbar yang dulu sangat dia benci, bisa membuatnya setenang ini."Jangan tinggalin aku ya, Put. Maaf kalau aku sering nyakitin kamu." Azka beranjak dari duduk nya lalu memeluk Istrinya dengan erat."Iya Mas
PoV. AuthorPutri masih diam saat mereka sudah sampai di lobi Apartemen. Azka dengan cepat keluar lalu membuka pintu penumpang di sebelah Putri.
PoV. AuthorKeesokan hari nya di kantor. Azka baru saja tiba pukul sepuluh, lebih siang dari biasanya dia datang tidak sendiri melainkan bersama Mona di sebelahnya.
PoV. AuthorJam tujuh malam, Azka pulang saat Putri sedang menyiapkan makanan. Entah apa yang di kerjakan Azka di kantor sampai larut malam begini yang jelas wajahnya sudah terlihat lusuh.