Share

10. Author

PoV. Author

"kamu tahu apa yang sudah kamu lakuin hari ini?!" Tuding Azka yang baru saja tiba di apartemen sepulang dari kantor. Pagi tadi Azka terkejut saat pintu kamarnya tidak bisa di buka, saat ia memanggil Putri berkali-kali namun tidak ada respon Azka sadar jika gadis itu kembali mengerjainya. Kali ini dia sudah kelewatan!

"Gara-gara kamu aku jadi telat ngantor, Ayah marah besar karena aku telat padahal hari ini ada meeting pemegang saham! Untung ada Rama yang mengganti kan aku" jelas Azka dengan nada marah.

"Bagus dong ada Mas Rama," jawab Putri cuek.

"Kamu sadar dong Put, ini keterlaluan. Nggak lucu!" Azka menatap Putri serius.

"Kamu pikir dengan nyuruh Om aku narik semua fasilitas itu lucu?!" Sembur Putri yang emosinya terpancing.

"Itu beda, Put.." Azka terlihat geram pada gadis di depannya.

"Apa bedanya? Coba kasih tahu aku?!" Putri masih tak mau kalah. Kepalanya mendongak ke atas  menatap Azka sambil bertolak pinggang, menantang suaminya itu.

"Kamu ini kerjaannya ngelawan terus! beda sama Rubbi yang lemah lembut" Azka memijat keningnya sambil mengelang-gelengkan kepalanya. 

Nah mulai lagi deh, batin Putri kesal.

"Masih mau main-main ternyata, oke!" Azka melirik sebuah amplop di tangan Putri. "Amplop ini bakal aku robek!" Dengan cepat Azka merampas amplop berisi uang gaji dari tangan Putri. Azka membuat gerakan lambat hendak merobek amplop uang tersebut.

"JANGAN!!!" teriak Putri panik. Matanya terpejam sambil menutup kupingnya saking takut melihat amplop gaji nya di robek. "Balikin nggak!! Itu gaji ku. Aku udah bela-belain kerja disini buat dapetin itu... Jangan di robek, dong!!" Seru Putri dengan kaki yang di hentak-hentak kan. 

Putri melompat-lompat untuk meraih amplop gajinya yang ada di tangan Azka. Sayang nya Azka jelas jauh lebih tinggi ketimbang tubuhnya. "Bailikin!!" Putri tidak menyerah dan terus melompat berusaha meraih amplop gajinya yang ada di tangan Azka. 

Putri langsung mendorong Azka, meski tak keras tapi cukup membuat Azka semakin geram dan tetap menjauhkan amplop gaji itu dari Putri. "Balikin nggak!!" Akibat terlalu bersemangat melompat akhirnya, Putri kehilangan keseimbangannya. Ia terjatuh menimpa Azka. Mereka terjatuh di lantai dengan posisi Putri berada di atas Azka. Yang membuat suasana menjadi sunyi seketika adalah saat merasakan bibir mereka menempel sempurna. Membuat mereka membatu, tak menyangka akan kejadian ini. Dengan segera mereka menjauhkan wajah mereka, Putri sangat Gugup, sedangkan Azka terdiam kaku.

"Ck gak nyangka ya anak jaman sekarang memang nggak tahu tempat,  kalau mau bikin cucu jangan disini" ucap Ibu Gilang tiba-tiba yang berhasil masuk karena tahu sandi apartemen anaknya. "Betul mbak, dikamar kan bisa" Tante Iren menimpali dengan mimik judes nya. 

"Mama!!?" "Tante!?" Putri dan Azka terkejut menoleh ke arah pintu dengan terkejut karena kedatangan keduanya.

***

Sejak kejadian memalukan itu, Putri selalu mencoba menjauhi Azka sebab ia mendadak selalu gugup jika berhadapan dengan pria itu. Berbeda dengan hari ini, Putri tidak bisa menghindar lagi karena tidak seperti biasanya, hari sabtu begini Azka ada di rumah. Biasanya di hari libur begini pria itu akan pergi entah kemana, Putri tidak peduli.

"Mau kemana?" Azka meletakan majalah bisnisnya ketika melihat Putri keluar dari kamarnya. Gadis nakal itu sudah rapi dengan dress berwarna nude diatas lutut dengan sling bag kecil yang menggantung di bahunya. Setelah menikah, Putri memang terlihat lebih terlihat feminin karena semua jenis pakaiannya telah di ubah.

"Bukan urusanmu" Putri berusaha cuek sambil berlalu ke pentri mengambil satu minuman kaleng untuknya di lemari es.

"Ah, aku tahu kamu belakangan ini menghindar" 

Azka sangat yakin Putri menghindarinya belakangan ini. Semenjak kejadian itu, Putri selalu berusaha menghindarinya. Putri akan berbalik arah jika berpapasan dengan nya di kantor. Sementara di apartemen, Putri akan tiba dan pergi lebih cepat darinya bahkan makan dan berbenah juga seperti itu, tidak seperti biasanya. Lebih cepat mandi l, lebih cepat makan dan lebih cepat tidur. Semua itu pasti demi menghindarinya.

"Ituu perasaanmu saja kali!" Putri meneguk minumannya, mencoba menyembunyikan rasa gugupnya di hadapan Azka yang kini sedang menatapnya dengan alis yang terangkat sebelah. Seolah pria itu meragukan ucapannya. 

"Jangan-jangan itu.. ciuman pertamamu," tebak Azka yang sukses membuat Putri tersedak seketika. Wajahnya berubah merona menahan malu.

"Dilihat dari respon dan ekspresimu, dugaan ku benar." Azka tersenyum geli menatap gadis itu.

"Sok tahu! Sudah ah aku buru-buru" Putri berlari menuju rak sepatu, berusaha mengelak dari Azka.

"Kamu harus pulang sebelum pukul sepuluh, itu aturan di sini" Azka berjalan menghampiri Putri dengan tatapan peringatan. 

"Apa sih? Sejak kapan ada aturan seperti itu?" Putri mengangkat bahunya cuek. 

"Sejak hari ini! Ingat sebelum jam sepuluh!" Azka menekankan pada Putri. Putri memutar bola matanya mendengar perintah itu. Ia mendengus dan segera pergi meninggalkan Azka.

Tujuan Putri saat ini ingin bertemu temannya di pemukiman pinggir kota. Menurut informasi yang ia dapat teman-temannya akan mengadakan operasi, Putri ingin ikut dalam operasi itu. Lumayan untuk menambah persediaan melangsungkan hidup.

Sekitar pukul lima Putri dan kawan-kawan mulai beroperasi. Targetnya kali ini adalah seorang pria yang mobilnya sedang mogok, langsung saja Putri mengambil dompet pria yang sedang sibuk memeriksa mesin mobilnya itu. "Hei! Awas!!" Brug...!!

Putri merasakan kepalanya pusing dan pengelihatanya mengabur. "Kamu nggak apa-apa?" Tanya pria yang di copetnya. Mati aku!

Putri menggeleng lalu berusaha duduk meski kepalanya masih terasa sangat pusing. Pria itu menatapnya lurus membuat Putri memalingkan wajahnya, "kamu beneran baik-baik saja? Kamu mau saya antar pulang?" Dengan cepat Putri menggeleng. "Aduh! Pusing" keluh Putri saat merasakan pusing di kepalanya. 

"Ayo saya antar, sebentar lagi mobil saya beres. Kamu tunggu di sini dulu" Putri hanya bisa pasrah, ia merasa salah target kali ini. Laki-laki itu kembali setelah pergi membeli minum untuk Putri. "Ini, di minum" ujarnya.

"Makasih Pak, juga maaf" ucap Putri dengan menyesal. Pria itu tersenyum lalu mengusap kepala Putri dengan pelan. "Kenapa kamu lakuin itu? Apa kamu nggak tau itu pekerjaan yang salah?" Tanya pria itu.

"Aku butuh uang, buat bertahan hidup" jawab Putri yang membuat pria itu tertawa geli. 

"Kamu bisa cari kerjaan lain, yang lebih aman" 

"Susah" Putri teringat pekerjaan nya di kantor Azka. Di kantor saja gajinya dikit!.

"Kamu bisa kerja di tempat saya, saya punya cafe di dekat sini. Kebetulan baru buka minggu lalu dan masih kurang orang. Mau?"

"MAU!!" seru Putri dengan semangat dan semangat.

"Ya sudah, besok kamu datang ke alamat ini. Sekarang kamu saya antar pulang ya" dengan dibantu berjalan Putri memasuki mobil pria itu.

Lima belas menit sudah Putri menghabiskan waktu di mobil berbincang-bincang dengan pria itu. "Nama kamu siapa? Dari tadi kita belum kenalan," tanya pria itu sambil terkekeh.

"Putri, kamu?"

"Dimas, senang bisa kenal, walaupun harus di copet dulu" ledek Dimas. Putri memanyunkan bibirnya. Ia malu mengingat hal itu. "Eh! Stop disini saja, rumah ku di situ" tunjuk Putri pada apartemen di depannya.

Dimas mengerutkan alis tebalnya, merasa aneh saat ada seorang pencopet yang tinggal di sebuah apartemen mewah. Namun dengan cepat ia mengabaikan pikirannya itu.

"Oke besok aku tunggu di kafe ya" 

"Oke, bey!!" Putri melambaikan tangan saat mobil Dimas melaju pergi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status