PoV. Author
Cahaya mataharim sela-sela tirai yang mengenai wajah Putri yang masih terlelap tidur. Putri yang merasa terganggu perlahan membuka kelopak matanya yang masih terasa berat. Ia memicingkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya. Putri menatap ke arah jam dinding yang sudah menunjukan pukul tujuh lewat. Apa?!! Putri hampir melompat dari sofa bad. Buru-buru ia masuk ke dalam kamar lalu menuju kamar mandi. Ternyata, Azka sudah berangkat lebih dahulu, meninggalkannya dan tak membangunkannya. Tega sekali!
Usai membersihkan diri dan mengenakan seragam kantornya, Putri dengan cepat berlari keluar sambil menguncir rambutnya asal.
"Ya ampun, di mana si rasa kemanusiaannya ini orang" gerutu nya, saat melihat di pantry tidak ada satu pun jenis makanan. Putri menekuk wajah nya cemberut, "Azka! Nyebelin!!" Seru Putri dengan gemas. Kemudian Putri menuju ke rak sepatu, ia memilih pasrah pergi ke kantor tanpa sarapan hari ini. Bukan di situ saja selain Azka ternyata Tante nya juga mau mengambil bagian dalam membuat hidupnya susah. Bagai mana tidak, selain baju-bajunya sepatunya juga di ganti semua dengan sepatu-sepatu aneh berwarna cerah. Ia memilih sepatunya dengan asal lalu segera berlari keluar rumah, tapi.
"Dimana mobilku?" Putri menjambak rambutnya saat mengetahui jika mobil nya juga di sabotase. Akhirnya ia memilih naik taksi. Untungnya Putri sampai di kantor tepat pada waktunya dan ia langsung memulai pekerjaan nya seperti biasa.***
"Apa yang Tente lakuin sama semuanya, hah?!" Tuding Putri sesaat Tantenya baru saja mengangkat sambungan telepon darinya.
"Kenapa? Ada yang salah sama yang saya lakuian?"
"Langsung aja ya, Tante. Aku nggak suka baju-baju aku di ganti, sepatu ku juga. Mobil juga dan Atm ku!, kemana?" Putri berusaha meredam rasa kesalnya.
"Soal baju. Kamu jangan bikin malu keluarga dengan penampilan ala pereman kanu itu, dan masalah mobil kamu kan sekarang udah jadi istri orang kaya, jadi nggak perlu dong fasilitas dari keluarga kamu kan suami kamu udah bisa kasih katanya" ucap Tante Iren panjang lebar kemudian memutuskan sambungannya terlebih dahulu.
"Ngeselin banget, sih!" Putri meremas rambutnya saking kesalnya. Azka semua ini karena Azka! Dasar brengsek!
"Kenapa put, diblokir?" Tanya Mitha dengan wajah penasaran.
Saat ini mereka berada di depan mesin Atm yang sudah di tunggu oleh banyak orang mengantri. Putri ingin menarik uang dari kartu yang di berikan oleh Om nya karena uang cash nya habis. Ternyata ia justru mendapat kabar buruk pemblokiran kartu yang baru ia dapat satu bulan ini. Aaaaahhhgg..!! " Udah Mith, kita balik aja" Putri tidak menjawab pertanyaan Mitha. Emosinya sudah siap meledak jika terus membahas masalah ini.
***
"Aku mau kamu bilang Om ku, buat buka blokir kartu atm aku" seru Putri saat berhasil masuk dan berdiri di hadapan suaminya. "Maaf Pak, tadi saya sudah mencegahnya masuk tapi dia maksa." Sekertaris Azka ikut masuk keruangan itu. "Tidak apa-apa, kembali ke mejamu." Yang di jawab anggukan. "Kamu minta bantuan ku?" Azka tersenyum mengejek Putri.
"Aku minta bantuan kamu karena...,ehm jadi mau bantu gak nih? Ini juga karena kamu kan? Kamu gak berprikemanusiaan!"
"Emang kamu punya?" Azka tertawa hambar.
"Denger. Aku gak terima diginiin! Potong gaji sampe blokir Atm ini pasti kamu udah tau kan!?" Napas Putri tersengal-sengal karena emosi. "Azka!! Aku bakal balas kamu!!" Teriak Putri sekencang-kencangnya.
"Astaga, cawek itu berani banget si bentak Pak Azka tanpa embel-embel Pak," ujar sekertaris Azka yang mendengar suara teriakan Putri dari mejanya yang berada di sebrang ruangan Azka.
"Putri! Pelankan suaramu, ini di kantor!" Putri melemparkan kunci mobilnya di meja Azka.
"Sama ini juga, makan tuh!" Putri melempar kartu Atm yang telah di patahkan nya di hadapan Azka. Putri pun segera melangkah meninggalkan ruangan Azka dengan membanting keras pintunya. Secepatnya! tunggu pembalasanku!.
***
Azka menerima balasan bertubi-tubi dari Putri. Mulai dari menghidangkan omlet dengan rasa garam, hingga membuat ban mobil tercintanya bocor. Namun hari ini, Azka tidak melihat kejanggalan dengan tingkah laku Putri. Apa ini gerakan gencatan senjata?. Putri terlihat menghidangkan nasi goreng di atas meja makan, keajaiban memang mengetahui gadis tomboy ini bisa memasak. "Kamu gak niat kasih aku racun kan di nasi goreng ini?" Tanya Azka menatap penuh curiga. "Ya nggak lah, kamu jangan suka nuduh aku!" Balas Putri. Azka dengan ragu mencoba satu sendok nasi goreng buatan istrinya itu, dan merasa baik-baik saja. "Kalau aku sampai kenapa-kenapa, kali ini kamu nggak bakal lolos" ancam Azka. Putri hanya memutar matanya malas.
Azka hendak memasuki mobilnya, sebelum terdengar Putri memanggil namanya dari ujung basmen apartemen lengkap dengan pakaian kantornya. "Mas Azka! Ini jasnya ketinggalan" ucapnya dengan senyum manis. Tumben.
"Makasih, kamu mau berangkat bareng nggak?" Tanya Azka cuek. "Nggak usah, aku naik taksi aja." Putri melambai menjauh dari Azka yang mulai sudah masuk kedalam mobilnya dengan acuh. Azka tanpa curiga pergi begitu saja meninggalkan Putri yang sedang tertawa licik tanpa suara di balik pilar.
Alasan Putri kali ini mengerjai Azka karena suaminya itu dengan sengaja melobby perusahaan perusahaan lain agar lamaran kerja yang Putri masukan tidak menerimanya. Padahal Putri sangat butuh pekerjaan. Dengan gaya hidup di wilayah apartemen Azka mana bisa dia hidup dengan uang satu juta per bulan. Ia butuh uang banyak untuk bisa di kumpulkan, berjaga-jaga jika ia di ceraikan dekat-dekat ini.
Putri memulai pekerjaan hari ini dengan senyum cerah, sebelum namanya di panggil Pak Budi dengan terburu-buru. Tapi Putri cuek saja saat di suruh segera ke rungan Azka. Dengan langkah santai ia beranjak ke ruangan direkturnya itu. Namun saat ia masuk keruangan itu tanpa mengetuknya, "Rubbi?" Sapa Putri. Pertanyaan mulai terangkai di dalam otaknya saat menemui Rubbi di ruangan Azka di jam segini.
"Ini pasti ulah kamu kan?! Mau kamu itu apa si?" Bentak Azka dengan telunjuk yang terarah tepat di depan muka Putri. Ia tidak masalah di bentak seperti itu, sudah biasa. Tapi kali ini berbeda ia di bentak di hadapan Rubbi. Ya walaupun memang kesalahan nya cukup fatal dengan memberi bubuk gatal di jas kerja milik Azka.
"Kamu benar-benar ya Put, tegak kamu bikin rapat Mas Azka gagal total dengan kasih bubuk gatal di jasnya! Keterlaluan ya!" Seru Rubbi mendorong sedikit bahu Putri. "Aku minta maaf, aku nggak maksud bikin..." Ucapan Putri terpotong "kamu nggak maksud apa? Jadi menurut kamu ini lelucon? Dasar gak punya sopan santun, kamu!" Rubbi menunjuk tepat di wajah Putri.
"Cukup! Kamu udah puas marah nya, oke aku memang salah dan keterlaluan" ucap Putri sambil menatap tajam ke arah Azka, namun mata nya juga memerah menahan genangan air mata yang mendesak ingin jatuh. "Tapi kamu, Mas. Coba kamu pikir juga kenapa aku sampai ngelakuin itu ke kamu." Putri berganti menatap ke arah Rubbi yang berdiri di sebelah Azka, "dan untuk kamu Rubbi, hubungan kita gak sebaik itu sampai kamu bisa menilai aku sopan atau tidak, bilang mamah kamu kembalikan semua fasilitas aku!" Seru Putri dengan keras.
"Cukup! Kamu emang keterlaluan ya, Put. Kamu udah salah malah marah-marah sama Rubbi lagi" Azka menggeleng tidak habis pikir dengan tingkah istrinya. "Terserah," balas Putri. Mereka sama aja, sama-sama nggak punya hati dan otak.
"Sudah Mas, sini biar aku bersihkan ya. Tolong maafin Putri dia memang sedikit kurang kasih sayang orang tua, jadi suka gitu," Putri langsung memutar bola matanya malas melihat adegan itu.
"Masih gatal, Mas? Apa mau aku belikan baju ganti saja?"
"Enggak usah, Bie.." Azka tersenyum lembut, membuat Putri seketika mencebikkan bibirnya. Halaaaahhh pret! Bisa ajah Azka!
"Aku udah ada baju ganti kok, Put ambilin baju aku di ruang istirahat ku!" Hah! Putri memejamkan matanya sambil mengatur emosinya. Mengingat bahwa dua manusia di hadapannya ini juga ciptaan tuhan. "Baik Pakkk" dengan malas Putri melangkah kearah pintu di ruangan itu yang ia prediksi itu adalah ruang istirahat si Azka.
"Ini Pak!" Putri memberikannya dengan cepat sampai lengan kemeja itu mengenai wajah Azka. Azka sempat memberikan tatapan kesal bercampur marahnya pada Putri. Putri hanya mengangkat bahunya tak peduli. "Aku ganti pakaian sebentar ya"
Rubbi menatap Putri dengan datar,"oh ya Putri, tumben kamu pakai baju kaya gini?" Biasanya baju yang di kenakan Putri itu kemeja kebesaran dan celana kumal. Kenapa jadi feminin begini, pikirnya. "Ini ulah mamah kamu, semua baju ku di ganti sama mamah kamu," ucap Putri.
"Maaf lama," potong Azka menghampiri mereka. Azka mengambil tempat duduk di samping Rubbi, sedang Putri ada di hadapan mereka. "Kamu bisa kembali bekerja lagi, put" pria itu kelihatan sangat senang menatap Rubbi, "kamu mau makan siang sekarang gak Bie?" Tanya Azka dengan lembut pada Rubbi. Yang di balas tersenyum lalu mengangguk. Putri yang melihatnya semakin malas saja. Aku istrinya mana pernah dia lembut gitu, issssh!
****
Besoknya, Putri bangun lebih pagi. Kesempatan baginya untuk mengunci Azka sendirian di kamar. Sementara Putri harus mencegat bis di halte yang cukup jauh dari apartemen Azka. Ia terpaksa naik bis karena uang nya harus dia irit. uang saku yang di beri Azka juga tidak cukup.
Pria arogan itu memang di utus tuhan untuk menguji kesabarannya. Sabar... Semua perbuatan pasti ada balasannya. Tapi entah kenapa. Bunga ragu jika Azka akan mendapatkan balasan karena membuatnya menderita. Azka kan banyak uang mana mungkin ia bakal menderita kekurangan uang seperti dirinya saat ini.
Dengan cepat Putri mengunci kamar Azka saat sang empunya masih terlelap tidur. Selamat Azka kamu melawan orang yang salah, aku pastikan kamu menyesal.
PoV. AuthorAzka benar-benar kecewa dengan sikap Putri kali ini. Azka tahu jika dirinya pernah melakukan sebuah kesalahan yang fatal dan mungkin sulit untuk bisa di maafkan. Tapi kali ini Putri membuatnya takut dengan pemikiran-pemikiran yang sangat abu-abu."Bagai mana bisa aku selingkuh. Saat ini aku sudah kalah Put.. aku sungguh-sunggun jatuh cinta." Ujarnya Azka saat melihat anaknya yang ada di dalam ruang NOCU."Ka, kamu kenapa? Ada masalah sama Putri?" Tanya Mona."Aku juga nggak paham sama keadaan ini." Jawab Azka."Apa nggak bisa dibicarakan ini kan hari bahagia kalian, masa harus ada salah paham gini." "Aku akan bicara dengan nya saat dia sudah lebih tenang." Azka menjawab."Baiklah, kalau begitu aku pamit pulang ya, sekali lagi aku ucapkan selamat ya atas kelahiran putra kal
PoV. AuthorAzka menatap Putri. Dia terkejut dengan respon dari istrinya itu."Put, aku ada salah sama kamu? Tolong jangan gini, Put." Azka kembali mencoba mendekat pada Putri yang terlihat semakin kesakitan."Nggak!! Aku bilang nggak ya nggak!!" Seru Putri sambil mengatur napasnya."Salah aku apa, Put?""Kamu selingkuh!!" Azka terkejut bikan main mendengarnya."Kamu ngomong apa si Put? Aku nggak pernah seperti itu." Azka mendekat tak mengindahkan Putri yang mendorong dan memukuli dadanya yang Azka lakukan hanya memeluk istrinya."Awwhh sakit, Mas sakit perutku!" Putri meremas kerah baju Azka dengan keras saat rasa sakit sudah tidak bisa terbendung.Beberapa dokter, memasuki ruangan persalinan itu membuat Azka berubah pias. Ini merupakan hal pertama yang m
PoV. AuthorUsia kandungan Putri sudah melewati 9 bulan. Putri mengalami perubahan sikap, dia tidak lagi manja dan sensitif seperti sebelumnya. Putri bersikap sangat dewasa, seperti selayaknya ibu dan itu membuat Azka semakin mencintainya."Kali ini kamu masak apa untuk aku?" Tanya Azka yang baru saja memasuki dapur. Dilihatnya Putri tengah sibuk menyiapkan bekal makan siang Azka untuk dibawa ke kantor pagi ini seperti biasanya."Kentang balado sama kikil kecap, Mas" Putri menjawab sambil menutup Tupperware yang sudah berisi makanan. Kemudian diletakan nya diatas meja makan.Saat memasuki delapan bulan kehamilannya Putri selalu gigih belajar masak. perlahan akhirnya Putri pun bisa memasak."Kamu sarapan ya, aku ke kamar dulu ya," ucap Putri yang diangguki Azka. Putri pun kekamarnya untuk mandi pagi, satu lagi kebiasaan baru Putri yaitu mandi pagi dua kali sehar
PoV. AuthorPutri berjalan bersebelahan dengan Rama seraya memasuki ballroom hotel tepat diadakannya pameran produk baru perusahaan mereka diselenggarakan. Putri terus melihat kesekeliling nya memperhatikan keberhasilan berlangsung acara."Itu Azka," Rama menunjuk kearah tengah ballroom."Oh iya, yuk kesana!" Putri berseru berniat mendekati Azka namun ditahan oleh Rama."Tunggu dulu," ujar Rama menatap kearah Azka. "Itu bukannya Mona? Kamu lihat kan, Put?" Tanya Rama."Iya, memangnya kenapa, Mas?""Apa perlu aku buat Mona menjauh dari Azka, aku takut kamu cemburu dan sedih lagi." Putri menatap Rama dengan haru."Nggak perlu, aku bisa tanganin ini sediri Mas Rama tenang saja. Cukup jadi penonton." Putri tau perasaan Rama terhadapnya, dia juga tidak mun
PoV. AuthorLangit sudah berubah warna menjadi hitam. Sinar bulan terang menderang di temani bintang untuk menghalau hujan. Putri sudah bersiap dengan kue coklat buatannya, dia akan mengajak Azka untuk duduk sambil melihat bintang di atas balkon kamar mereka. Putri berjalan melihat Azka yang masih sibuk membuat beberapa makanan sesuai keinginan Putri."Kamu pasti lelah banget, Mas. Maaf ya aku juga merasa aneh nih selama hamil." Putri memeluk Azka dari belang. Kepalanya di sandarkan ke punggung Azka."Enggak kok, aku malah senang kamu selalu butuh aku." Azka mematikan kompor lalu berbalik untuk membalas pelukan Putri. "Aku sayang kamu, Put." Ucap Azka sebelum memberi sebuah kecupan di kening Putri.***Keduanya duduk di bangku rotan yang ada di balkon, Azka sengaja membawa selimut untuk mereka berdua karena ia tahu pasti angin di sana
PoV. Author"Aku nggak maksud begitu, Put." Ujar Azka."Tapi aku merasa kalau kamu sebenarnya nggak percaya sama aku, Mas." Jawab Putri.Saat ini keduanya sedang berada di meja makan, duduk berhadapan dengan penampilan Azka yang masih sama. Mengenakan bokser nya.Azka menghembuskan napasnya gusah, diwajahnya terlihat kegelisahan yang sangat nyata. Dengan perlahan Putri menggapai jari jemari Azka yang sedang menggenggam segelas air."Mas, aku janji nggak akan ada perselingkuhan di dalam rumah tangga kita lagi. Aku cinta kamu mas." Azka menatap Putri. Azka masih tidak menyangka jika hanya dengan melihat senyum gadis barbar yang dulu sangat dia benci, bisa membuatnya setenang ini."Jangan tinggalin aku ya, Put. Maaf kalau aku sering nyakitin kamu." Azka beranjak dari duduk nya lalu memeluk Istrinya dengan erat."Iya Mas
PoV. AuthorPutri masih diam saat mereka sudah sampai di lobi Apartemen. Azka dengan cepat keluar lalu membuka pintu penumpang di sebelah Putri.
PoV. AuthorKeesokan hari nya di kantor. Azka baru saja tiba pukul sepuluh, lebih siang dari biasanya dia datang tidak sendiri melainkan bersama Mona di sebelahnya.
PoV. AuthorJam tujuh malam, Azka pulang saat Putri sedang menyiapkan makanan. Entah apa yang di kerjakan Azka di kantor sampai larut malam begini yang jelas wajahnya sudah terlihat lusuh.