PoV. Author
Putri benar-benar kesal dengan ulah Azka. Selain Azka yang sudah membuatnya malu di parkiran karena ketidak sengajaan nya, ditambah lagi dengan Pak Budi yang mengantarkan berita duka untuk dompetku bulan ini. Azka sudah memotong gaji ku di bulan pertama. Baginya tidak masalah seberapa besar gajinya, toh dia masih bisa beroperasi di dekat-dekat sini. Hanya saja ia tidak suka dengan sikap arogan calon suaminya itu, "nyebelin!" Umpat Putri setelah keluar dari ruangan Pak Budi dan kembali kemejanya.
"Put.." panggil seseorang yang menempati kubikel di sebelahku. "Habis di apain kamu di ruangan Pak Budi kamu kelihatan seram sekali, kenapa?" Tanya gadis itu sembari memperbaiki letak kacamata besarnya. Dia itu Mitha gadis yang berpenampilan kuno datang dari kampung dan berkerja di bagian marketing sama sepertiku. Dia satu satunya yang bisa dianggap teman di kantor ini oleh Putri.
"Aku setres, Gaji ku tiap bulan di potong tujuh puluh persen. Gimana gak mau setres gini" Putri menjambak rambut lurusnya. "Sekarang aku bener-bener mau makan orang, Mith!" Putri langsung menggigit pulpen yang dia pegang, membuat Mitha menciut melihat nya.
"Astaga Putri! Kamu nggak boleh makan Pak Budi. Ingat dia udah tua, pasti pahit, keras. istigfar" ucap Mitha seraya mendekati Putri lalu mengusap-usap pundaknya. Putri menarik napasnya dalam-dalam, "yang motong gajiku itu Pak Azka," lanjutnya kesal. Ia langsung membayangkan wajah Azka dan mengepalkan tinjunya karena keinginannya melayangkan tinjunya itu ke wajah pria arogan itu sampai tak berbentuk.
"Pak Azka? Kok bisa, Put?" Tanya Mitha sambil berpikir, tak yakin dengan yang di dengarnya.
"Dia.."
"Kenapa tiba-tiba Pak Azka mau repot-repot ngurusin bagian marketing kaya kamu gini?" Gumam Mitha memotong ucapan Putri dengan tampang beloon nya.
"Mith, it.."
"Aneh. Baisany..."
"Kalo kamu ngoceh terus, nggak ngijinin aku buat ngejawab mending gak usah nanya Mitha.. mending balik ke mejamu dan bekerja dengan baik" Putri manatap Mitha jengkel, lalu memperbaiki posisi duduknya lurus dan mulai fokus dengan pekerjaannya yang belum sempat tersentuh.
"Oke, nanti pas makan siang kamu harus ceritain semuanya, aku janji gak potong-potong lagi, ya?" Ucap Mitha dengan senyum konyol dan segera kembali ke mejanya.
Azka, Pak Budi dan Mitha benar-benar perpaduan yang sempurna untuk merusak mood Putri hari ini.
***
Jam makan siang setelah metting sejak pagi, jelas itu adalah waktu yang sangat dinanti. Azka dan Rama berjalan beriringan menuju kantin untuk petinggi yang bersebelahan dengan kantin karyawan, kantin memang di bedakan dengan dinding kaca tebal. Tak sengaja pandangan Azka bertemu dengan Putri yang sedang menikmati makan siangnya. Keduanya mengirimkan sinyal-sinyal perang satu sama lain.
"Udah lah, Ka. Apa untungnya kamu seperti itu. Kaya mau makan Putri saja melihatnya." Rama mengikuti arah pandang Azka. "Aku nggak mau makan dia, aku mau colok matanya yang bulat itu" Azka menipiskan bibirnya gemas. Ia masih belum terima kalau mobil kesayangannya harus rusak, apa lagi Putri pelakunya.
"Jangan terlalu benci nanti malah jadi cinta, kami ingat cinta dan benci itu beda tipis"
"Aku? Jatuh cinta sama pencopet itu?" Tanya Azka memastikan maksud ucapan Rama dengan menunjuk dirinya sendiri. "Kurasa aku sudah gila kalau itu sampai terjadi, kalau di dunia ini hanya tinggal dia pun aku tidak akan memilih dia!" Seru Azka.
"Tapi kenyataannya minggu ini kamu bakal nikahin dia" goda Rama. "Jangan ngeledek terus Ram" Azka menatap Rama dengan kesal. Yang dibalas tertawa geli oleh Rama.
Disisi lain, Putri merasakan selera makannya rusak setelah melihat Azka. Jadilah makanan nya tidak habis hanya di aduk-aduk saja. "Ayo bilik Mith!" Ajaknya. "Loh Put, itu belum habis, tumben makan mu sedikit" ujar Mitha sambil meraih tisu yang ada di atas meja. "Aku nggak selera," jawab Putri cepat.
"Loh Kenapa? Kok bisa padahal makanan nya enak, Put."
"Loh loh loh terus. ganti kata depan kalo bicara jangan Loh bisa gak, Mith?"
"Ya gak bisa Put,aku kan biasanya pake loh, kamu ajah kalo ngomong selalu pakai urat" Mitha terkikik menggoda bunga. Tapi Mitha merasa beruntung bunga bisa menjadi temannya, atau bisa dibilang bersyukur Putri mau berteman dengan nya.
"Udah deh. Aku lagi benar-benar gak mood ladenin kamu hari ini, naikin tuh kaca mata mu" tunjuk Putri pada kacamata Mitha yang sudah turun di atas bibirnya. Putri pun beranjak dari duduknya. Ketika berbalik, ia tidak sengaja menabrak seseorang dan menyebabkan gelas kopi yang di bawa orang itu jatuh pecah mengenai baju putihnya. "PUTRI!!" Teriak wanita itu dengan geram. Semua orang menatap kearah mereka, termasuk Rama dan Azka.
"Astaga, ma_maaf Bu. Putri nggak sengaja, Bu" ucap Mitha untuk menenangkan Ani asisten Pak Budi. Ani memang dari awal sangat sinis pada Putri dan Mitha. Dua makhluk aneh baginya. Sementara itu, tatapan mata Putri sudah menajam, kepalan tangan sudah siap untuk membungkam wanita dihadapannya ini. Namun Mitha diam-diam mencubit pinggangnya, bermaksud untuk menghalangi niat mulianya untuk menghajar Ani. Sabar.. masih untung ada si Mitha kalau tidak sudah di pastikan, habis!.
"kamu barusan panggil saya apa? Bu?, jangan panggil saya Bu, saya masih muda." seru Ani pada Mitha yang masih memasang wajah beloonnya. Mitha langsung meneguk salivanya, menghilangkan kegugupan bercampur rasa takutnya. "i..iya, mbak Ani... maaf" Mitha meletakan gelas kopi yang masih ia pegang keatas meja lalu dengan cepat mengmbil beberapa tisu untuk membersihkan noda di rok Ani.
"apa-apaan kamu makhluk aneh!? ih, jauh-jauh dari aku!" jerit Ani histeris. semua karyawan pun mengerubungi mereka. tak ketinggalan Azka dan Rama yang ikut beranjak kearah kerumunan itu."lihat, aku bilang apa barusan? dia itu memang hobi bikin keributan," geram Azka. Rama yang medengarnya memilih diam tak menanggapi.
"udah Mith, kamu mau baik kaya gimana pun gak bakal bener, kita cabut ajah dari sini, kasian dia mukanya udah jelek" bunga berlalu menarik lengan Mitha.
"Ada apa i.." ucapan Azka terpotong saat Putri berbalik badan tak sengaja menumpahkan jus milik nya yang berniat ia bawa ke ruangan nya itu ke kemeja seseorang di belakangnya.
Putri cukup terkejut dengan kedatangan Azka. Rama sendiri kini menepuk dahinya, bersiap mendengar kemarahan Azka.
"Ya ampun!, Maaf Pak. Putri nggak sengaja." Mitha berusaha memberanikan diri membela Putri di hadapan Azka. Sementara Azka dan Putri kini saling bersitatap sarat akan permusuhan. "Put, minta maaf put sama Pak Azka" bisik Mitha yang masih bisa di dengar oleh Azka. Namun dengan keras kepalanya Putri mengacuhkan permintaan Mitha. Ia menggelengkan kepalanya dengan tatapan masih tajam menatap Azka, tatapannya menantang.
"Pak, tadi dia nabrak saya dan menumpahi rok saya sampe kotor. Dia itu memang suk.." Azka mengangkat sebelah tangan nya ke arah Ani yang membuat wanita itu seketika bungkam. "Kamu, keruangan saya sekarang." Tunjuk Azka dengan wajah dingin tak tertebak. Entah yang akan dilakukan pria itu prihal kejadian ini. Azka pun melangkah lebar meninggalkan kantin tersebut. Saat Putri menoleh ke arah Rama, yang di balas anggukan kepala sebagai isyarat yang artinya ia harus ke rungan Azka. Sedangkan Mitha hanya bisa berdoa di dalam hati semoga Putri tidak di pecat.
***
"Kenapa?" Tanya Putri ketus. Mereka berdua sudah berada di ruangan Azka, berdiri terpisah oleh meja kerja pria itu. "Lain kali kami jangan buat keributan lagi. Atau mau gaji kamu saya potong lagi jadi tujuh puluh persen?" Ujar Azka yang menatap keluar jendela besar di belakang kirsi kerjanya membelakangi Putri. Pria itu tampak lebih rapih setelah mengganti kemejanya yang kotor atas ketidaksengajaan di kantin tadi dengan kemeja baru.
"Terserah! Suka-suka kamu aja!"
"Putri, ini di kantor. Jaga sikap kamu walaupun kamu biasa di jalanan kamu harus sadar saya ini atasan kamu. Mengerti?"
"Mengerti Bapakkk," ujar Putri mencebik. Azka yang menyaksikan itu menarik napasnya panjang. Untuk menghadapi gadis yang satu ini memang harus ekstra sabar. "Berapa monor handphone mu? Pulang kerja kita fetting baju. Kalau tidak kerena Ibu aku malas ikut."
"Katanya di kantor" nyinyir Putri.
"Masalah? Aku bosnya kalo kamu lupa. Jadi suka-suka aku" Azka tersenyum miring. Putri hanya memejamkan matanya untuk menahan rasa kesalnya. Resek! Umpat Putri dalam hati. "Gak usah mengumpat" Azka menatap Putri seperti tahu jika Putri sedang mengumpatinya di dalam hati.
Putri dengan gaya cueknya mengangkat bahu malas. Dibalasnya tatapan Azka dengan Smirk khasnya, "suka-suka aku juga dong!"
"Putri!!!"
***
Azka dan Putri berada di salah satu butik milik keluarga Azka. sepulang dari bekerja tadi mereka langsung ketempat tersebut dengan mengendarai kendaraan masing-masing.
"coba deh youu coba yang ini dulu deh, cin," pria itu memberian gaun keempat untuk dicoba Putri. sejak tadi belum ada yang cocok menurutnya. sedangkan Azka yang telah selesai dengan pakaian nya hanya memainkan handphone nya, menunggu Putri sampai selesai.
"gimana?" tanya Putri pada pria kemayu itu setelah keluar dari ruang ganti "wadawww, ini si cucok banget sama you, pasti cucok meong nih pas resepsi nanti" puji pria kemayu itu sambil menjentikan jarinya. Putri pun tersenyum lebar.
gaun yang menjuntai menyapu lantai, berwarna putih yang dihiasi manik berlian debgab kerah sabrina yang memperlihatkan leher jenjangnya. melekat di tubuh semampai Putri, gaun itu membentuk sempurna tubuh Putri yang tidak kalah dengan Rubbi.
"gimana Mas, cantikan Mba nya?" tanya pria kemayu itu. Azka yang sedari tadi memainkan ponselnya kini menatap Putri. Azka sempat terpesona, tapi buru-buru ia mengalihkan pikirannya. memasang wajah sedatar mungkin dan mencoba fokus pada phonsel nya. "Hem..," hanya itu jawaban Azka yang membuat Putri menghembuskan napas dalam.
PoV. AuthorAzka benar-benar kecewa dengan sikap Putri kali ini. Azka tahu jika dirinya pernah melakukan sebuah kesalahan yang fatal dan mungkin sulit untuk bisa di maafkan. Tapi kali ini Putri membuatnya takut dengan pemikiran-pemikiran yang sangat abu-abu."Bagai mana bisa aku selingkuh. Saat ini aku sudah kalah Put.. aku sungguh-sunggun jatuh cinta." Ujarnya Azka saat melihat anaknya yang ada di dalam ruang NOCU."Ka, kamu kenapa? Ada masalah sama Putri?" Tanya Mona."Aku juga nggak paham sama keadaan ini." Jawab Azka."Apa nggak bisa dibicarakan ini kan hari bahagia kalian, masa harus ada salah paham gini." "Aku akan bicara dengan nya saat dia sudah lebih tenang." Azka menjawab."Baiklah, kalau begitu aku pamit pulang ya, sekali lagi aku ucapkan selamat ya atas kelahiran putra kal
PoV. AuthorAzka menatap Putri. Dia terkejut dengan respon dari istrinya itu."Put, aku ada salah sama kamu? Tolong jangan gini, Put." Azka kembali mencoba mendekat pada Putri yang terlihat semakin kesakitan."Nggak!! Aku bilang nggak ya nggak!!" Seru Putri sambil mengatur napasnya."Salah aku apa, Put?""Kamu selingkuh!!" Azka terkejut bikan main mendengarnya."Kamu ngomong apa si Put? Aku nggak pernah seperti itu." Azka mendekat tak mengindahkan Putri yang mendorong dan memukuli dadanya yang Azka lakukan hanya memeluk istrinya."Awwhh sakit, Mas sakit perutku!" Putri meremas kerah baju Azka dengan keras saat rasa sakit sudah tidak bisa terbendung.Beberapa dokter, memasuki ruangan persalinan itu membuat Azka berubah pias. Ini merupakan hal pertama yang m
PoV. AuthorUsia kandungan Putri sudah melewati 9 bulan. Putri mengalami perubahan sikap, dia tidak lagi manja dan sensitif seperti sebelumnya. Putri bersikap sangat dewasa, seperti selayaknya ibu dan itu membuat Azka semakin mencintainya."Kali ini kamu masak apa untuk aku?" Tanya Azka yang baru saja memasuki dapur. Dilihatnya Putri tengah sibuk menyiapkan bekal makan siang Azka untuk dibawa ke kantor pagi ini seperti biasanya."Kentang balado sama kikil kecap, Mas" Putri menjawab sambil menutup Tupperware yang sudah berisi makanan. Kemudian diletakan nya diatas meja makan.Saat memasuki delapan bulan kehamilannya Putri selalu gigih belajar masak. perlahan akhirnya Putri pun bisa memasak."Kamu sarapan ya, aku ke kamar dulu ya," ucap Putri yang diangguki Azka. Putri pun kekamarnya untuk mandi pagi, satu lagi kebiasaan baru Putri yaitu mandi pagi dua kali sehar
PoV. AuthorPutri berjalan bersebelahan dengan Rama seraya memasuki ballroom hotel tepat diadakannya pameran produk baru perusahaan mereka diselenggarakan. Putri terus melihat kesekeliling nya memperhatikan keberhasilan berlangsung acara."Itu Azka," Rama menunjuk kearah tengah ballroom."Oh iya, yuk kesana!" Putri berseru berniat mendekati Azka namun ditahan oleh Rama."Tunggu dulu," ujar Rama menatap kearah Azka. "Itu bukannya Mona? Kamu lihat kan, Put?" Tanya Rama."Iya, memangnya kenapa, Mas?""Apa perlu aku buat Mona menjauh dari Azka, aku takut kamu cemburu dan sedih lagi." Putri menatap Rama dengan haru."Nggak perlu, aku bisa tanganin ini sediri Mas Rama tenang saja. Cukup jadi penonton." Putri tau perasaan Rama terhadapnya, dia juga tidak mun
PoV. AuthorLangit sudah berubah warna menjadi hitam. Sinar bulan terang menderang di temani bintang untuk menghalau hujan. Putri sudah bersiap dengan kue coklat buatannya, dia akan mengajak Azka untuk duduk sambil melihat bintang di atas balkon kamar mereka. Putri berjalan melihat Azka yang masih sibuk membuat beberapa makanan sesuai keinginan Putri."Kamu pasti lelah banget, Mas. Maaf ya aku juga merasa aneh nih selama hamil." Putri memeluk Azka dari belang. Kepalanya di sandarkan ke punggung Azka."Enggak kok, aku malah senang kamu selalu butuh aku." Azka mematikan kompor lalu berbalik untuk membalas pelukan Putri. "Aku sayang kamu, Put." Ucap Azka sebelum memberi sebuah kecupan di kening Putri.***Keduanya duduk di bangku rotan yang ada di balkon, Azka sengaja membawa selimut untuk mereka berdua karena ia tahu pasti angin di sana
PoV. Author"Aku nggak maksud begitu, Put." Ujar Azka."Tapi aku merasa kalau kamu sebenarnya nggak percaya sama aku, Mas." Jawab Putri.Saat ini keduanya sedang berada di meja makan, duduk berhadapan dengan penampilan Azka yang masih sama. Mengenakan bokser nya.Azka menghembuskan napasnya gusah, diwajahnya terlihat kegelisahan yang sangat nyata. Dengan perlahan Putri menggapai jari jemari Azka yang sedang menggenggam segelas air."Mas, aku janji nggak akan ada perselingkuhan di dalam rumah tangga kita lagi. Aku cinta kamu mas." Azka menatap Putri. Azka masih tidak menyangka jika hanya dengan melihat senyum gadis barbar yang dulu sangat dia benci, bisa membuatnya setenang ini."Jangan tinggalin aku ya, Put. Maaf kalau aku sering nyakitin kamu." Azka beranjak dari duduk nya lalu memeluk Istrinya dengan erat."Iya Mas
PoV. AuthorPutri masih diam saat mereka sudah sampai di lobi Apartemen. Azka dengan cepat keluar lalu membuka pintu penumpang di sebelah Putri.
PoV. AuthorKeesokan hari nya di kantor. Azka baru saja tiba pukul sepuluh, lebih siang dari biasanya dia datang tidak sendiri melainkan bersama Mona di sebelahnya.
PoV. AuthorJam tujuh malam, Azka pulang saat Putri sedang menyiapkan makanan. Entah apa yang di kerjakan Azka di kantor sampai larut malam begini yang jelas wajahnya sudah terlihat lusuh.