Share

4. Azka

Author: Nul
last update Last Updated: 2020-09-30 11:22:12

POV. Azka

Awalnya aku sangat heran kenapa tiba-tiba Ayah mengajak makan malam bersama keluarga Om Salman, bukan membahas bisnis seperti sebelumnya melainkan menjodohkan ku. Memang, perusahaan kami dan perusahaan milik Om Salman sudah setahun ini bekerja sama. Sepulang dari kantor aku langsung mengarahkan mobilku menuju restoran yang Ayah janjikan. Sesampainya aku disana, aku tidak melihat satupun anggota keluarga Om Salman disana. Sekitar 10 menit menunggu  barulah Om Salman dan keluarganya datang. Ku pandangi Rubbi yang tampil cantik dan anggun seperti biasa nya. Ketika dia tersenyum terlihat sangat cantik.

Namun pandangan ku beralih ke arah seorang gadis yang wajahnya tertutupi rambut, seperti hantu saja.

***

"Begini kami sudah sepakat," Om Salman membuka pembicaraan seusai makan malam. Mungkin sekarang saatnya Om Salman mengumumkan perjodohan ku dengan Rubbi. Aku menahan senyumku agar tidak terlalu ketara jika aku sangat senang. "Kami akan menjodohkan Azka dengan Putri"

Tunggu. Apa barusan? Apa!?  Sontak aku terkejut, jantungku hampir berhenti mendengar nama Putri bukan Rubbi. Apa-apaan ini?!! Kenapa bisa jadi dia? Si pencopet ini. Kupikir aku akan di jodohkan oleh Rubbi. Dilihat dari segi umur Rubbi lah yang paling cocok di bawa ke pelaminan. Aku hanya bisa terus mengumpat dalam hati.

Aku melihat gadis itu ingin menolak namun terhenti karena dering handphone bututnya itu. Aku memalingkan wajah memilih tidak melihat kearahnya sama sekali. Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa saat ini. Ingin sekali rasanya aku menolak mentah-mentah perjodohan ini.

Namun, pada akhirnya kami tetap harus melaksanakan perjodohan ini juga walaupun dengan berat hati. Tidak ada gunanya melawan orang tua, apalagi yang aku lihat ibuku sangat menyukai gadis pencopet ini. Sejak tadi saja ibu terus mengusap punggung tangan gadis itu dengan sayang, padahal jika ibu tahu tangan itu kemarin sudah mencopet putramu ini bu. Tapi jika ibu tahu sekarang bisa serangan jantung dadakan.

Sudah di putuskan pertunangan kami akan dilaksanakan minggu depan. Aku pusing sekali setiap membayangkan bagai mana jika harus serumah dengan gadis barbar ini. Gadis yang berprofesi sebagai pencopet.

***

Aku dan Putri berada di dalam mobilku dalam perjalanan pulang. Jangan harap aku yang menawarkan diri mengantarnya pulang, kedua orang tuaku memaksaku untuk mengantarkannya. Baru saja ia bertanya kenapa aku tidak menolak perjodohan ini, lalu ku jawab seadanya saja. Dan ketika aku bilang Rubbi lebih darinya, dia sepertinya kesal. Kekesalannya memuncak saat dia mendengarku bergumam kalau dia gadis barbar yang berakhir dia meninju ku. Dari pada aku membalasnya dia kan perempuan jadi kuputus kan menurunkannya dijalan yang sepi itu. Dengan cepat di turun dan menutup pintu mobil ku dengan membanting nya. Yasallam!! Jadi begini banget si nasib ku, takut setrok dini aku.

Tuhan, jaga darahku agar tidak darah tinggi.

***

Keesokan paginya aku berangkat ke kantor seperti biasa. Semalam aku tidak tidur sama sekali, karena setiap mataku terpejam wajah gadis barbar itu selalu terbayang di benakku. Ia jadi mimpi burukku. Tuhan ini sangat menyiksa, apa tidak bisa Rubbi saja yang dijodohkan denganku.

Ketika aku memasuki ruangan Ayah pagi ini, di sana sudah ada dia, si pencopet tengah duduk si sofa yang bersebrangan dengan ayahku. Anehnya ayahku terlihat biasa saja melihat sikap urakan seperti sekarang ini dengan kemeja oversize nya dan celana robek-robek seperti pereman saja. Jauh sekali dari Rubbi yang selalu terlihat anggun dan keibuan, seperti wanita normal lainnya.

"Nah ini Azka sudah datang, ini Ka, Ayah mau rekomendasikan Putri buat jadi sekertaris kamu" ujar Ayah. "Tapi Putri menolak, dia memilih dari bawah dulu katanya mau di bagian marketing saja dulu" lanjut Ayah yang  kemudian tersenyum pada si gadis barbar.

Syukurlah. Keluarganya kan juga punya perusahaan kenapa harus disini kerjanya, cuma jadi marketing bisa lah di perusahaan Om Salman. Tapi ya sudah lah lagi pula masih untung kalau dia di bagian marketing, setidaknya kecil kemungkinan kami bertemu setiap saat. Ayolah jangan menilai ku jahat, sekarang saja dia sedang menatapku datar seperti seorang pembunuh bayaran kalian pasti bisa bayangkan jika kami harus bertemu setiap saat. Kurasa tuhan masih melindungi ku.

"Aku terserah Ayah saja" balasku mengambil duduk di sebelah Ayah.

"Putri ada yang mau di tanyakan?"

"Hm.. gini om karena satu dan lain hal Putri berinisiatif mau mulai kerja hari ini boleh nggak?" Tanya si copet cilik ini.

"Tentu boleh, Azka yang akan mengantar kamu ke bagian marketing, kamu Azka bisa kasih tau pak Ratmo, Putri bisa kerja mulai hari ini"

"Iya yah"

***

Kami tengah berjalan menuju ruang marketing, sedari tadi Putri tidak mengeluarkan suaranya. Kenapa dia jadi pendiam begini? Ah biarlah, lagian aku malas berbasa-basi dengan nya. Seharusnya bukannya dia yang harus meminta maaf padaku karena sudah menganiaya ku, tapi sepertinya tidak ada rasa bersalah dalam dirinya. Ketika kami ingin memasuki ruang marketing, kami bertemu dengan Rama sahabatku.

"Mau kemana, Ka?" Rama memperhatikan Putri yang berdiri di sampingku tengah memasang wajah bosannya.

"Nganter karyawan baru bagian marketing"

"Oh, ini karyawan barunya? Nama kamu?"

"Putri" kata ku singkat. Rama sudah tahu tentang perjodohannku, aku sudah menceritakan kesialan ku itu padanya. Saat tau itu terjadi padaku ia hanya tergelak dan menikmati moment kesialan ku. Benar-benar sahabat yang tidak tahu di untung.

"Oh. calon istrimu, Ka" Rama memberikan senyuman pada Putri.

"Hai, salam kenal aku Rama sahabat Azka"

"Salam kenal, Putri" kata si pencopet kecil tersenyum juga, lalu mereka bersalaman.

"Gini saja Ka, Putri biar sama aku aja ke ruang marketing, soalnya aku juga sedang ada perlu sama Pak Ratmo" tawar Rama.

Jelas, dengan senang hati aku iyakan, aku pun mengangguk ringan. Kemudian mereka masuk keruang marketing dan aku kembali ke ruangan ku. Mengerjakan tumpukan berkas yang ada di atas meja kerjaku. Belum lagi meeting dengan klien, jadwal ku sangat padat tapi mau bagai mana lagi mengeluh tidak akan menyelesaikan tugas ku.

***

Saat waktu makan siang tiba, aku keluar dari ruang kerja ku karena mengejar waktu makan siang, tapi justru di depan pintu ada Rubbi. Keningku mengernyit. Kenapa dia ada disini? Apa aku ada janji dengannya? "Ada apa Rubbi? Mau ketemu Putri ya?" Tanyaku. Ku perhatikan penampilannya, kali ini Rubbi memakai terusan berwarna biru gelap berlengan sampai siku dengan rambut panjangnya yang di gerai. Cantik!

"Bukan, aku kesini untuk bertemu mas" katanya, bertemu dengan ku? Aku semakin heran.

"Gini aku mau tanya, apa Putri benar kerja jadi sekertaris mas, sekarang?"

Kenapa Rubbi jadi penasaran tentang pekerjaan nya si pencopet cilik itu, sampai repot-repot datang kemari bukannya menghubungi Putri atau bagian kantor saja untuk pertanyaan semacam ini, atau dia khawatir dengan copet cilik itu? Yang sudah pasti baik-baik saja. Justru aku yang takut karyawan ku yang habis babak belur di pukuli olehnya.

"Bukan, Putri kerja di bagian marketing, dia sendiri yang milih"

"Oh, syukurlah, mas" Rubbi terlihat lega mendengar jawabanku. Loh ada apa ini? Apa mungkin Rubbi...?

"Kenapa kamu kelihatan sangat lega mendengar itu, kamu takut aku galak sama Putri ya" tanyaku.

"Bukan, aku lega saja Putri.."

"Aku mau kamu saja yang jadi calon istriku" kataku menghentikan ucapannya sambil menggenggam kedua telapak tangannya erat. Kulitnya sangat lembut dan halus, aku merasa tenang sekaligus nyaman.  Aku melihat seulas senyum dibibir nya. "Aku tertarik sama kamu, bukan Putri" lanjutku mantap sambil menatap lekat pada mata indahnya.

"Mas aku.."

Brakk!! Seketika mataku mencari dari mana asal suara yang mengganggu itu. Ternyata... Di sana, tidak begitu jauh dari tempat kami berdiri ada Rama dan juga Putri. "Maaf pak" kata Putri dan mulai memunguti berkas yang berserakan di atas lantai. Selain barbar dia juga ceroboh ternyata. Kulihat kini Putri sudah berganti pakaian seperti para karyawan lainnya, memakai rok selutut memperlihatkan kaki jenjangnya. Jika begini ia lebih normal meski masih terlihat aura barbar nya. Tapi tunggu, apa tadi mereka berdua mendengar percakapanku dengan Rubbi barusan? Jika iya, lalu bagai mana sekarang?.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Maryati Bronz
knpa critanya d bikin satu satu sih prov putri, prov azka
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Arranged Married (Indonesia)   Epilog (terimakasih)

    PoV. AuthorAzka benar-benar kecewa dengan sikap Putri kali ini. Azka tahu jika dirinya pernah melakukan sebuah kesalahan yang fatal dan mungkin sulit untuk bisa di maafkan. Tapi kali ini Putri membuatnya takut dengan pemikiran-pemikiran yang sangat abu-abu."Bagai mana bisa aku selingkuh. Saat ini aku sudah kalah Put.. aku sungguh-sunggun jatuh cinta." Ujarnya Azka saat melihat anaknya yang ada di dalam ruang NOCU."Ka, kamu kenapa? Ada masalah sama Putri?" Tanya Mona."Aku juga nggak paham sama keadaan ini." Jawab Azka."Apa nggak bisa dibicarakan ini kan hari bahagia kalian, masa harus ada salah paham gini." "Aku akan bicara dengan nya saat dia sudah lebih tenang." Azka menjawab."Baiklah, kalau begitu aku pamit pulang ya, sekali lagi aku ucapkan selamat ya atas kelahiran putra kal

  • Arranged Married (Indonesia)   57. Author (salah siapa?)

    PoV. AuthorAzka menatap Putri. Dia terkejut dengan respon dari istrinya itu."Put, aku ada salah sama kamu? Tolong jangan gini, Put." Azka kembali mencoba mendekat pada Putri yang terlihat semakin kesakitan."Nggak!! Aku bilang nggak ya nggak!!" Seru Putri sambil mengatur napasnya."Salah aku apa, Put?""Kamu selingkuh!!" Azka terkejut bikan main mendengarnya."Kamu ngomong apa si Put? Aku nggak pernah seperti itu." Azka mendekat tak mengindahkan Putri yang mendorong dan memukuli dadanya yang Azka lakukan hanya memeluk istrinya."Awwhh sakit, Mas sakit perutku!" Putri meremas kerah baju Azka dengan keras saat rasa sakit sudah tidak bisa terbendung.Beberapa dokter, memasuki ruangan persalinan itu membuat Azka berubah pias. Ini merupakan hal pertama yang m

  • Arranged Married (Indonesia)   56. Author (rumah untuk siapa?)

    PoV. AuthorUsia kandungan Putri sudah melewati 9 bulan. Putri mengalami perubahan sikap, dia tidak lagi manja dan sensitif seperti sebelumnya. Putri bersikap sangat dewasa, seperti selayaknya ibu dan itu membuat Azka semakin mencintainya."Kali ini kamu masak apa untuk aku?" Tanya Azka yang baru saja memasuki dapur. Dilihatnya Putri tengah sibuk menyiapkan bekal makan siang Azka untuk dibawa ke kantor pagi ini seperti biasanya."Kentang balado sama kikil kecap, Mas" Putri menjawab sambil menutup Tupperware yang sudah berisi makanan. Kemudian diletakan nya diatas meja makan.Saat memasuki delapan bulan kehamilannya Putri selalu gigih belajar masak. perlahan akhirnya Putri pun bisa memasak."Kamu sarapan ya, aku ke kamar dulu ya," ucap Putri yang diangguki Azka. Putri pun kekamarnya untuk mandi pagi, satu lagi kebiasaan baru Putri yaitu mandi pagi dua kali sehar

  • Arranged Married (Indonesia)   55. Author (pengakuan)

    PoV. AuthorPutri berjalan bersebelahan dengan Rama seraya memasuki ballroom hotel tepat diadakannya pameran produk baru perusahaan mereka diselenggarakan. Putri terus melihat kesekeliling nya memperhatikan keberhasilan berlangsung acara."Itu Azka," Rama menunjuk kearah tengah ballroom."Oh iya, yuk kesana!" Putri berseru berniat mendekati Azka namun ditahan oleh Rama."Tunggu dulu," ujar Rama menatap kearah Azka. "Itu bukannya Mona? Kamu lihat kan, Put?" Tanya Rama."Iya, memangnya kenapa, Mas?""Apa perlu aku buat Mona menjauh dari Azka, aku takut kamu cemburu dan sedih lagi." Putri menatap Rama dengan haru."Nggak perlu, aku bisa tanganin ini sediri Mas Rama tenang saja. Cukup jadi penonton." Putri tau perasaan Rama terhadapnya, dia juga tidak mun

  • Arranged Married (Indonesia)   54. Author (Boxer)

    PoV. AuthorLangit sudah berubah warna menjadi hitam. Sinar bulan terang menderang di temani bintang untuk menghalau hujan. Putri sudah bersiap dengan kue coklat buatannya, dia akan mengajak Azka untuk duduk sambil melihat bintang di atas balkon kamar mereka. Putri berjalan melihat Azka yang masih sibuk membuat beberapa makanan sesuai keinginan Putri."Kamu pasti lelah banget, Mas. Maaf ya aku juga merasa aneh nih selama hamil." Putri memeluk Azka dari belang. Kepalanya di sandarkan ke punggung Azka."Enggak kok, aku malah senang kamu selalu butuh aku." Azka mematikan kompor lalu berbalik untuk membalas pelukan Putri. "Aku sayang kamu, Put." Ucap Azka sebelum memberi sebuah kecupan di kening Putri.***Keduanya duduk di bangku rotan yang ada di balkon, Azka sengaja membawa selimut untuk mereka berdua karena ia tahu pasti angin di sana

  • Arranged Married (Indonesia)   53. Author (video call)

    PoV. Author"Aku nggak maksud begitu, Put." Ujar Azka."Tapi aku merasa kalau kamu sebenarnya nggak percaya sama aku, Mas." Jawab Putri.Saat ini keduanya sedang berada di meja makan, duduk berhadapan dengan penampilan Azka yang masih sama. Mengenakan bokser nya.Azka menghembuskan napasnya gusah, diwajahnya terlihat kegelisahan yang sangat nyata. Dengan perlahan Putri menggapai jari jemari Azka yang sedang menggenggam segelas air."Mas, aku janji nggak akan ada perselingkuhan di dalam rumah tangga kita lagi. Aku cinta kamu mas." Azka menatap Putri. Azka masih tidak menyangka jika hanya dengan melihat senyum gadis barbar yang dulu sangat dia benci, bisa membuatnya setenang ini."Jangan tinggalin aku ya, Put. Maaf kalau aku sering nyakitin kamu." Azka beranjak dari duduk nya lalu memeluk Istrinya dengan erat."Iya Mas

  • Arranged Married (Indonesia)   52. Author (takut)

    PoV. AuthorPutri masih diam saat mereka sudah sampai di lobi Apartemen. Azka dengan cepat keluar lalu membuka pintu penumpang di sebelah Putri.

  • Arranged Married (Indonesia)   51. Author (Marah-marah)

    PoV. AuthorKeesokan hari nya di kantor. Azka baru saja tiba pukul sepuluh, lebih siang dari biasanya dia datang tidak sendiri melainkan bersama Mona di sebelahnya.

  • Arranged Married (Indonesia)   50. Author (hormon)

    PoV. AuthorJam tujuh malam, Azka pulang saat Putri sedang menyiapkan makanan. Entah apa yang di kerjakan Azka di kantor sampai larut malam begini yang jelas wajahnya sudah terlihat lusuh.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status