Sebelumnya, follow terlebih dahulu.
Terima kasih untuk antusias dan support kalian untuk cerita ini Happy reading!Wika pov.
"Dosen kamvreett!" omelku sangat kesal pada pak Pras.Seharusnya pria itu senang dong karena hari ini aku tidak bolos di jam mata kuliahnya. Ah, tapi apa yang aku dapat hari ini? Cuma di permalukan di depan semua mahasiswa lainnya.Sialll!Sepertinya pak Pras menaruh dendam padaku sehingga dengan sengaja melakukan itu. Bodo ah, apapun itu alasannya tetap saja aku kesal dan benci padanya.Karena di usir dari kelas, tak di izinkan untuk mengikuti mata kuliahnya pun aku memutuskan pergi ke kantin. Memesan makanan pada ibu kantin karena tadi memang aku tidak sempat sarapan. Sementara si Pras kutu kupret itu malah puas sarapan di rumah ku. Lhaa, kan kamvreett banget.Sambil menikmati makanan dan minuman yang ku pesan, aku pun membuka ponsel dan sibuk membuka media sosial. Lumayan buat cuci mata lihat yang segar-segar berseliweran."Uuhh, ini kan aktor yang main film itu. Duh, lupa namanya, tapi masih oke aja meskipun udah kepala tiga." gumamku bicara sendiri ketika melihat sebuah foto public figur di salah satu aplikasi media sosial yang sekarang banyak di gandrungi anak-anak muda jaman sekarang.Iseng-iseng aku mencoba mencari akun media sosial milik pak Pras kali saja ada. Ku cari dengan nama aslinya, Prasetyo Girandi. Ada banyak nama dari Prasetyo Girandi, tapi bukan akun medsos milik pak Pras yang ku dapatkan malah Pras lain yang wajahnya kebanyakan miris dan memprihatinkan.Aku berpikir, apa mungkin jika pak Pras tak memakai akun media sosial satu pun? Hmm, benar-benar kolot.Cukup lama aku duduk di bangku kantin, karena merasa bosan pun aku memilih pergi saja dan sudah tak berminat mengikuti mata kuliah selanjutnya. Membayar makanan yang ku makan tadi pada ibu kantin, kemudian ngacir pergi secepatnya dari kampus.Awalnya aku berniat pulang ke rumah saja. Tapi, jika aku pulang lebih awal jam segini tentu mama bakalan curiga.Akhirnya setelah berpikir cukup lama, aku menemukan tempat kemana aku akan menghabiskan waktu hari ini. Dengan semangat aku memanggil taksi dan menuju ke mall. Aku mengetikkan sesuatu di ponselku, mengirimkan pesan chat ke teman-temanku."Aku tunggu kalian pulang kuliah di mall. Oke, send." gumamku puas dan menyimpan ponselku ke dalam tas.*****"Kakak cantik!" saat asyik melihat-lihat deretan gaun-gaun yang indah, aku mendengar suara anak kecil yang begitu terasa terdengar di belakangku.Aku membalikkan badan dan melihat Vania mendongakkan kepalanya melihat ke arah ku."Vania!" kaget ku dan langsung berjongkok di depannya."Vania benar, ternyata ini memang kakak cantik." ucapnya tersenyum sumringah."Sayang, kamu kenapa bisa disini?" tanyaku panik memegang tubuh mungilnya."Di ajak Tante Sofi." jawab Vania.Tante Sofi? Maksudnya adik dari pak Pras?"Oh ya, dimana Tante Sofi-nya sayang?" tanyaku."Enggak tahu, Vania tadi lihat kakak cantik terus ikutin."Astaga! Bocah kecil ini, nekat sekali. Bagaimana jika seandainya tadi bukan aku."Sayang, jangan bilang kamu ninggalin tante Sofi sendirian." kataku lembut."Tante Sofi udah besar kakak cantik, jadi enggak akan ada yang culik Tante.""Terus, gimana tadi kalau Vania yang di culik pas ikuti kakak cantik?" tanyaku menakutinya agar lain kali ia tak berbuat nekat."Iiihhh, gak mau di culik, seremmm." Vania menggelengkan matanya dengan mata berkaca-kaca."Makanya itu, lain kali jangan gini lagi ya. Vania harus tetap sama Tante Sofi kemana pun, jangan coba-coba pergi sendirian. Mengerti!" Vania menganggukkan kepalanya."Anak pintar," aku langsung mengecup sebelah pipi Vania gemas."Uhm, wanginya kamu sayang. Gemesss." kataku mencubit gemas dan lembut pipi Vania.Saat asyik mencubit pipi Vania yang chubby dan kenyal empuk-empuk. Tiba-tiba seseorang menepiskan kasar tanganku dari pipi Vania. Aku mendongak ingin melihat siapa orang yang menepiskan tangan ku, ia menarik tubuh Vania menjauh dariku."Kamu gak apa-apa sayang?" tanya wanita itu menundukkan tubuhnya berjongkok di depan Vania."Ada yang luka gak sayang? apa wanita itu melukaimu Vania, huh? Wanita itu ingin menculikmu?" tanya wanita itu bertubi-tubi dengan wajah dan nada suara yang panik menangkup wajah Vania. Meneliti ke seluruh tubuh Vania mencari apakah ada luka yang ku berikan.Vania menggeleng. "Itu kakak cantik Tante." beritahu Vania yang langsung bisa ku tebak jika itu benar Sofi, adiknya pak Pras."Hah? Kakak cantik?" ulang wanita itu merasa kaget.Vania menganggukkan kepalanya, "iya Tante, ini kakak cantik yang Vania cerita kan tadi."Mulut wanita itu menganga lebar saking syoknya, dengan cepat ia pun membekap mulutnya yang terbuka dengan sebelah tangan.Aku mendengkus kesal, jadi tadi itu dia berpikir jika aku wanita jahat yang berniat menculik anak kecil seperti Vania?Astogeh!Masa cantik-cantik gini di tuduh sebagai penculik sih. Culik hati pak Pras aja boleh, gak?Eh!Tbc....Double up! Sesuai permintaan, semoga suka Satu kata untuk part ini? Satu kata untuk Wika.Dan satu kata untuk Sofi.Ngoahaha"Maaf, karena telah salah menuduhmu. Aku pikir kamu salah satu orang dari komplotan penculik yang lagi viral. Melihat bagaimana cara kamu seperti sedang mencoba membujuk keponakan ku." kata Sofi tersenyum canggung, merasa sangat menyesal pada Wika.Wika sebenarnya kesal mendapat tudingan seperti itu, apalagi tadi Sofi bertindak kasar dengan menepiskan tangannya kuat."Tidak apa-apa," jawab Wika kalem."Hhh, aku panik sekali tadi saat tak ada Vania di sampingku. Makanya aku langsung cari dan begitu ketemu malah melihat Vania bersama seseorang." jelas Sofi yang masih merasa tak enak pada Wika."Iya mbak, gak apa-apa.""Kakak cantik, tidak marah?" tanya Vania polos.Wika menggelengkan kepalanya, "enggak sayang." Wika kembali menyentuh lembut pipi Vania."Lain kali Vania jangan nekat pergi sendirian ya," titah Wika yang di angguki Vania cepat."Ah ya, perkenalkan namaku Sofi." ucap Sofi mengulurkan tangan kanannya."Wika, tetan
"Mbak sedang apa?" tanya Wika menghampiri Sofi yang tengah berjibaku di dapur.Sofi menoleh pada Wika dan tersenyum, "masak buat makan malam." jawabnya dan kembali fokus pada bahan-bahan masakannya."Butuh bantuan?" tanya Wika menawarkan diri."Memang kamu bisa masak?"Wika menggeleng, "ya gak terlalu sih, tapi aku bisa masak air, masak mie instan dan telur dadar. Hehe, hanya itu yang paling gampang." tukas Wika nyengir."Dasar!" Sofi geleng-geleng kepala."Ah, aku mau bantu, boleh ya?" tanya Wika yang kini sudah memegang pisau dan mengambil satu buah kentang untuk ia kupas.Sofi hanya diam membiarkan Wika yang berniat ingin membantunya, tak ada salahnya juga toh Sofi jadi lebih merasa terbantu."Mbak tinggal sendirian disini?" tanya Wika memecahkan suasana hening diantara mereka."Ya." jawab Sofi singkat.
Ini sudah dua hari berlalu semenjak Wika yang berada di rumah Sofi, sejak malam itu ketika Pras dan Wika pulang bersama dari rumah Sofi, setelahnya mereka berdua terlihat tak saling bertemu baik di rumah maupun di kampus.Selama dua hari ini pula Wika terlihat menjadi mahasiswa yang rajin di kampusnya. Tak pernah bolos lagi di mata kuliah lainnya kecuali bahasa Inggris, tak ada alasan mengapa Wika memilih bolos di mata kuliah Pras, intinya ia hanya tak suka saja dengan Pras yang semakin membuat ia membenci pria itu karena tempo hari Pras sudah membuatnya malu luar biasa.Saat jam istirahat, Wika dan teman-temannya kompak keluar dari kelas dan menuju kantin demi mengisi perut mereka yang sudah sangat lapar."Wika, kau pergi kemana saat tempo hari mengajak ketemuan di mall?" tanya Ulfa setelah mereka berempat sudah duduk manis di kantin."Hmm, aku?" tunjuk Wika pada dirinya sendiri. "Aku ada di mall kok." "Hei, kami berempat datang ke mall tapi kau tak a
Denger ya pak, sorry banget nih, bapak bukan tipe saya. Kata-kata itu terus berputar di kepala dan pikiran Pras. Rangkaian kata-kata yang di ucapkan Wika itu seharusnya membuat Pras senang. Namun anehnya tiap kali kata-kata itu terngiang di telinganya, rasanya Pras mendadak mendidih dan merasa sangat kesal. Dadanya sesak penuh amarah.BRAAAKK.Pras menggebrak meja yang berhasil mengalihkan perhatian dari para dosen-dosen lainnya yang kebetulan berada disitu. "Sialll!" umpat Pras amat sangat kesal dan lagi-lagi berhasil mencuri perhatian teman se-profesinya yang semakin bingung dengan sikap Pras.Hanya karena ucapan seorang gadis kecil yang nakal membuat Pras marah dan mencak-mencak. Lihat saja, Pras akan membalas ucapan Wika.Dan apa tadi dia bilang? Pras bukan tipenya. Hhh, lain waktu ketika Pras bertemu dengannya, maka Pras akan mengatakan hal yang sama."Kau juga bukan tipeku, ciihhhh!" gumam Pras masih belum menyadari keberadaannya
"Vania, kamu kenapa sayang?" tanya Pras pada putrinya yang beberapa hari ini terlihat manyun dan murung. Tak seperti biasanya yang selalu terlihat ceria dan gembira.Vania menatap ke arah papanya dengan tatapan sedih, "kangen kakak cantik, papa.""Uhuukkk!" Pras tersedak makanan yang ada di mulutnya, luar biasa kaget dengan jawaban sang anak.Sofi yang melihat kakaknya tersedak pun buru-buru menyodorkan segelas air mineral pada Pras yang langsung di ambilnya. Pras masih batuk-batuk dan Sofi menepuk-nepuk pelan punggung Pras.Vania yang melihat itu pun semakin manyun, Vania berpikir jika karena dirinyalah sang papa tersedak makanan."Maaf, papa." ucap Vania menundukkan kepalanya tampak sangat menyesal.Sofi dan Pras saling tatap, merasa bingung dengan Vania yang tiba-tiba meminta maaf."Minta maaf untuk apa sayang?" tanya Sofi menyentuh lengan kecil Sofi.
Pras menatap heran gadis nakal yang biasanya ceria kini tampak murung dan sedih, sedari gadis itu turun dari kamar bersama putrinya, sampai sekarang Wika hanya diam saja dengan kepala yang terus menunduk ke bawah.Tak seperti biasanya gadis itu akan memasang wajah yang sangat menjengkelkan bagi Pras. Wajah tengil yang selalu bersikap berani seperti hendak menantang Pras untuk berduel.Pras terus menatap ke arah Wika, menunggu gerakan wanita itu untuk melihat ke arahnya. Tak sengaja Bu Asti menangkap jelas dari penglihatannya kalau Pras terus melihat ke arah putrinya. Bu Asti tersenyum saat ia menebak jika Pras menaruh hati pada Wika."Jangan di lihatin terus seperti itu pak Pras, nanti jatuh cinta loh." gurau Bu Asti pada Pras yang langsung salah tingkah mendengar ucapannya. Pras tersenyum kikuk kemudian mengalihkan tatapannya ke arah Vania yang tampak asyik sarapan dengan roti cokelat buatan ibu Wika.
"Papa! Kakak cantik!" jerit Vania memanggil Wika dan Pras yang seketika tersadar, Pras menyentak melepaskan dekapan tangannya dari tubuh Wika.Pras berdeham menetralkan suaranya, memalingkan wajahnya menatap sang anak yang berlari ke arahnya. Pras menangkap tubuh Vania yang melompat minta di gendong."Hap! Aku berhasil menangkapmu, rawwwrrr!" kata Pras kegirangan masih sambil bersuara seperti monster menyeramkan.Tangan Vania bergerak menutup mulut Pras dan menggelengkan kepalanya. "Tidak, permainannya sudah selesai papa.""Papa? Siapa itu papa?" ulang Pras yang sepertinya masih ingin berperan jadi monster."Iiihhh papa nyebelin!" rajuk Vania. "Permainan sudah selesai dan kamu adalah papaku.""Benarkah anak kecil?" kekeh Pras seraya mengecupi seluruh permukaan wajah Vania hingga basah."Iyuuh, papa jorok!" rengek Vania paling tidak suka saat d
Pras memulai kembali aktifitasnya seperti biasa, weekend telah berakhir dan berlalu begitu cepat. Rasanya Pras masih ingin bersantai-santai di rumahnya bersama sang putri tercintanya, Vania.Tidak seperti hari biasanya, kali ini Pras dibuat frustasi oleh Vania yang hari ini sedikit rewel merengek pada Pras untuk tidak di antarkan ke rumah Tante Sofi.Berulang kali Pras mengatakan pada Vania tak mungkin ia menuruti keinginan putrinya tersebut. Jika Vania tidak di titipkan pada adik kandungnya tersebut, lantas kemana Pras harus menitipkan putrinya pada orang yang tepat selama ia bekerja, aman dan yang terpenting dapat ia percayai takkan menyakitimu putrinya.Maraknya beredar berita miring yang beraneka ragam membuat Pras agak susah dan kesulitan mempercayai orang lain."Pa, Vania gak mau ke rumah Tante Sofi." ucap bocah kecil itu yang ternyata masih betah merengek pada Pras."Vania, tolong ngert