Share

Bab 2. Rose Pergi.

"Apa yang telah kulakukan semalam?" Pagi hari Rosalia terbangun dengan sekujur tubuh yang terasa remuk. Pria yang telah menghabiskan malam bersamanya sudah tidak lagi terlihat keberadaannya, meninggalkan ia seorang diri dengan masih berbalut selimut hotel.

Di saat ia menemukan banyak jejak merah yang telah ditinggalkan oleh pria asing itu di sekujur tubuhnya, Rosalia pun meringis.

"Seharusnya aku tidak mendengarkan ucapan teman-teman yang mengatakan bahwa malam pertama itu sangat indah." Ia mendengus, sedikit menyesal pada keputusannya. "Tapi, nasi sudah menjadi bubur." Rosalia yang sudah pasrah hanya bisa menunduk lesu. "Lagipula, bukankah aku akan segera pergi dari kota ini untuk melanjutkan pendidikanku? Anggap saja semalam hanyalah kesialan yang tidak perlu aku pikirkan."

Di tengah-tengah lamunannya, suara bel kamar yang terdengar nyaring membuyarkan semua yang sedang ia pikirkan. Ia membalutkan selimut hotel pada tubuhnya untuk menutupi tubuhnya yang polos dan bergegas membuka pintu. Penampilannya itu membuat dua pria berpakaian rapi yang sedang berdiri di hadapannya langsung menundukkan kepala tanpa berani menatapnya.

"Maaf kami sudah membangunkan anda, Nona Rosalia. Tapi kami telah ditugaskan oleh Tuan Ernest untuk mengantarkan Nona pulang."

"Oh, jadi namanya Ernest?" Segaris senyum terukir di bibir Rosalia. Sebelumnya ia sempat berpikir bahwa Ernest akan menghilang begitu saja setelah berhubungan dengannya. Tapi ternyata anggapannya itu tidak sepenuhnya benar. “Ternyata dia tidak seburuk yang aku duga,” gumamnya.

Rosalia mengangguk pada kedua pria suruhan Ernest dan meminta waktu untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.

Tidak butuh waktu lama, akhirnya ia pun telah rapi dengan satu stel pakaian baru yang entah kapan Ernest persiapkan untuknya. Sebelum meninggalkan kamar, Rosalia mengambil ponselnya yang ia simpan di dalam tas, bermaksud ingin mengirimkan pesan terima kasih kepada Ernest.

Namun, ia sontak mengerut kesal. “Ah, dasar bodoh! Seharusnya aku meminta nomornya tadi malam!”

Guratan kesal itu perlahan semakin tercetak ketika ia menemukan banyak panggilan tak terjawab, juga chat yang belum sempat terbaca olehnya di notifikasi ponsel.

Dan chat pertama yang ia buka adalah chat dari Rose–kembarannya.

[Rosalia, aku pergi. Aku tidak ingin melakukan pertunangan dengan keluarga Gail. Aku ingin melanjutkan studiku. Maaf, Rosalia. Maaf.…]

Rosalia melebarkan matanya. “Apa maksud Rose? Apakah pertunangannya telah dibatalkan?”

Tidak punya banyak waktu untuk menjawab pesan Rose, ia memutuskan untuk bertanya pada kedua orang tuanya nanti.

Dengan diantar dua orang suruhan Ernest, Rosalia pulang ke mansionnya. Sepanjang perjalanan, ia terus mengingat kejadian yang ia alami semalam. Seharusnya tadi malam ia hadir menemani Rose yang akan bertunangan dengan salah seorang pria dari keluarga Gail. Pertunangan itu sendiri merupakan pertunangan bisnis yang telah diatur oleh kakeknya sejak lama. Dan sebagai anak tertua, Rose-lah yang harus mengemban tugas tersebut.

Rose Heart, saudari kembarnya itu telah dipersiapkan dengan baik oleh kedua orang tuanya. Dan meskipun ia dan Rose merupakan kembar identik, tetapi sifatnya dan Rose sangat bertolak belakang.

Rose adalah kutu buku yang lebih banyak menghabiskan waktunya di perpustakaan agar selalu berprestasi di sekolah. Sementara Rosalia lebih banyak diberikan kebebasan oleh Ibunya untuk menjalani hidup. Itulah sebabnya, keabsenannya semalam bukan hal yang patut digembar-gemborkan.

"Nona Rosalia, kita sudah sampai."

Rosalia tersentak dari lamunannya dan mengangkat wajahnya. "Eng, terima kasih. Sampaikan juga ucapan terima kasihku pada Tuan Ernest."

Setelah melihat anggukan dari kedua pria yang duduk di hadapannya, Rosalia segera turun dari mobil dan tergesa-gesa memasuki mansion.

Ketika memasuki mansion, ia menemukan ayahnya tengah mondar-mandir dengan wajah gusar. Sedangkan Ibunya, wanita yang masih terlihat cantik di usianya yang tidak lagi muda itu kini sedang duduk di sofa. Raut wajahnya tidak terbaca.

"Ayah!" Rosalia melangkahkan kakinya untuk menghampiri Ayahnya. Raut wajah cemas dan penasaran menjadi satu. "Apa yang terjadi? Mengapa Rose pergi?"

Alston Heart yang mendengar suara putrinya itu sontak menghentikan langkahnya. Ia menoleh dan menatap Rosalia dengan tajam. "Dari mana kamu?!"

"A-aku baru pulang dari tempat teman, Ayah," ujar Rosalia terbata.

Tidak mungkin ia berkata jujur. Orang tuanya ini masih punya penilaian kuat, di mana seorang gadis hanya boleh menyerahkan kesuciannya pada sang suami. Apa kabar jika mereka tahu kalau Rosalia telah kehilangan mahkotanya dengan orang asing semalam?

Rosalia melanjutkan kalimatnya saat ayahnya masih menatapnya sanksi. "Bukankah semalam aku sudah meminta ijin pada Ayah untuk merayakan kelulusanku bersama teman-teman?"

"Jadi, kamu sudah tahu kalau Rose telah pergi dan tidak menghadiri acara pertunangannya semalam?"

Rosalia mengangguk pelan.

Alston yang melihat anggukan putri bungsunya itu menyugar rambutnya dengan gusar. Bersamaan dengan itu, wajahnya yang semula penuh amarah dan tampak tegang perlahan-lahan mulai mengendur.

Ayahnya itu mengembuskan napas panjang sebelum meraih tangan Rosalia dan menggenggamnya lembut. "Rosi. Kamu harus membantu keluarga kita, Rosi.” Alston menunjukkan wajah mengiba. “Tolong selamatkan harga diri keluarga Heart yang masih tersisa."

"Ma-maksud, Ayah?"

"Gantikan Rose. Teruskan pertunangan kakakmu.”

Komen (6)
goodnovel comment avatar
Fadiyah NK
Pulang malah disuruh nikah beneran kan
goodnovel comment avatar
Haerani Eka
iyalah gak mungkin rosalia berkata jujur sama bapaknya bahwa semalam ia sudah melepas masa perawannya
goodnovel comment avatar
Rifatul Mahmuda
wkwkwk Rosalia kaget nggak ?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status