Share

Bab 2. Rose Pergi.

Author: Abigail Briel
last update Last Updated: 2023-08-26 13:36:07

"Apa yang telah kulakukan semalam?" Pagi hari Rosalia terbangun dengan sekujur tubuh yang terasa remuk. Pria yang telah menghabiskan malam bersamanya sudah tidak lagi terlihat keberadaannya, meninggalkan ia seorang diri dengan masih berbalut selimut hotel.

Di saat ia menemukan banyak jejak merah yang telah ditinggalkan oleh pria asing itu di sekujur tubuhnya, Rosalia pun meringis.

"Seharusnya aku tidak mendengarkan ucapan teman-teman yang mengatakan bahwa malam pertama itu sangat indah." Ia mendengus, sedikit menyesal pada keputusannya. "Tapi, nasi sudah menjadi bubur." Rosalia yang sudah pasrah hanya bisa menunduk lesu. "Lagipula, bukankah aku akan segera pergi dari kota ini untuk melanjutkan pendidikanku? Anggap saja semalam hanyalah kesialan yang tidak perlu aku pikirkan."

Di tengah-tengah lamunannya, suara bel kamar yang terdengar nyaring membuyarkan semua yang sedang ia pikirkan. Ia membalutkan selimut hotel pada tubuhnya untuk menutupi tubuhnya yang polos dan bergegas membuka pintu. Penampilannya itu membuat dua pria berpakaian rapi yang sedang berdiri di hadapannya langsung menundukkan kepala tanpa berani menatapnya.

"Maaf kami sudah membangunkan anda, Nona Rosalia. Tapi kami telah ditugaskan oleh Tuan Ernest untuk mengantarkan Nona pulang."

"Oh, jadi namanya Ernest?" Segaris senyum terukir di bibir Rosalia. Sebelumnya ia sempat berpikir bahwa Ernest akan menghilang begitu saja setelah berhubungan dengannya. Tapi ternyata anggapannya itu tidak sepenuhnya benar. “Ternyata dia tidak seburuk yang aku duga,” gumamnya.

Rosalia mengangguk pada kedua pria suruhan Ernest dan meminta waktu untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.

Tidak butuh waktu lama, akhirnya ia pun telah rapi dengan satu stel pakaian baru yang entah kapan Ernest persiapkan untuknya. Sebelum meninggalkan kamar, Rosalia mengambil ponselnya yang ia simpan di dalam tas, bermaksud ingin mengirimkan pesan terima kasih kepada Ernest.

Namun, ia sontak mengerut kesal. “Ah, dasar bodoh! Seharusnya aku meminta nomornya tadi malam!”

Guratan kesal itu perlahan semakin tercetak ketika ia menemukan banyak panggilan tak terjawab, juga chat yang belum sempat terbaca olehnya di notifikasi ponsel.

Dan chat pertama yang ia buka adalah chat dari Rose–kembarannya.

[Rosalia, aku pergi. Aku tidak ingin melakukan pertunangan dengan keluarga Gail. Aku ingin melanjutkan studiku. Maaf, Rosalia. Maaf.…]

Rosalia melebarkan matanya. “Apa maksud Rose? Apakah pertunangannya telah dibatalkan?”

Tidak punya banyak waktu untuk menjawab pesan Rose, ia memutuskan untuk bertanya pada kedua orang tuanya nanti.

Dengan diantar dua orang suruhan Ernest, Rosalia pulang ke mansionnya. Sepanjang perjalanan, ia terus mengingat kejadian yang ia alami semalam. Seharusnya tadi malam ia hadir menemani Rose yang akan bertunangan dengan salah seorang pria dari keluarga Gail. Pertunangan itu sendiri merupakan pertunangan bisnis yang telah diatur oleh kakeknya sejak lama. Dan sebagai anak tertua, Rose-lah yang harus mengemban tugas tersebut.

Rose Heart, saudari kembarnya itu telah dipersiapkan dengan baik oleh kedua orang tuanya. Dan meskipun ia dan Rose merupakan kembar identik, tetapi sifatnya dan Rose sangat bertolak belakang.

Rose adalah kutu buku yang lebih banyak menghabiskan waktunya di perpustakaan agar selalu berprestasi di sekolah. Sementara Rosalia lebih banyak diberikan kebebasan oleh Ibunya untuk menjalani hidup. Itulah sebabnya, keabsenannya semalam bukan hal yang patut digembar-gemborkan.

"Nona Rosalia, kita sudah sampai."

Rosalia tersentak dari lamunannya dan mengangkat wajahnya. "Eng, terima kasih. Sampaikan juga ucapan terima kasihku pada Tuan Ernest."

Setelah melihat anggukan dari kedua pria yang duduk di hadapannya, Rosalia segera turun dari mobil dan tergesa-gesa memasuki mansion.

Ketika memasuki mansion, ia menemukan ayahnya tengah mondar-mandir dengan wajah gusar. Sedangkan Ibunya, wanita yang masih terlihat cantik di usianya yang tidak lagi muda itu kini sedang duduk di sofa. Raut wajahnya tidak terbaca.

"Ayah!" Rosalia melangkahkan kakinya untuk menghampiri Ayahnya. Raut wajah cemas dan penasaran menjadi satu. "Apa yang terjadi? Mengapa Rose pergi?"

Alston Heart yang mendengar suara putrinya itu sontak menghentikan langkahnya. Ia menoleh dan menatap Rosalia dengan tajam. "Dari mana kamu?!"

"A-aku baru pulang dari tempat teman, Ayah," ujar Rosalia terbata.

Tidak mungkin ia berkata jujur. Orang tuanya ini masih punya penilaian kuat, di mana seorang gadis hanya boleh menyerahkan kesuciannya pada sang suami. Apa kabar jika mereka tahu kalau Rosalia telah kehilangan mahkotanya dengan orang asing semalam?

Rosalia melanjutkan kalimatnya saat ayahnya masih menatapnya sanksi. "Bukankah semalam aku sudah meminta ijin pada Ayah untuk merayakan kelulusanku bersama teman-teman?"

"Jadi, kamu sudah tahu kalau Rose telah pergi dan tidak menghadiri acara pertunangannya semalam?"

Rosalia mengangguk pelan.

Alston yang melihat anggukan putri bungsunya itu menyugar rambutnya dengan gusar. Bersamaan dengan itu, wajahnya yang semula penuh amarah dan tampak tegang perlahan-lahan mulai mengendur.

Ayahnya itu mengembuskan napas panjang sebelum meraih tangan Rosalia dan menggenggamnya lembut. "Rosi. Kamu harus membantu keluarga kita, Rosi.” Alston menunjukkan wajah mengiba. “Tolong selamatkan harga diri keluarga Heart yang masih tersisa."

"Ma-maksud, Ayah?"

"Gantikan Rose. Teruskan pertunangan kakakmu.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (11)
goodnovel comment avatar
ida Sari
waduh rose kabur dan skr ayah nya rosi ingin dia mengganti kan rose melanjutkan pertunangan dengan keluarga gail..
goodnovel comment avatar
ida Sari
menyesal juga percuma rosi,,sdh terjadi ini,tp kek nya tuh Ernest ga lari dr tanggung jawab deh ,, bukti nya dia nyuruh bawahan nya untuk mengantarkan rosi ke mansion nya
goodnovel comment avatar
Alya 2929
lhaaa malah disuruh gantikan Rose, emang cowoknya mau klo ceweknya diganti jd Rosa.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • 30 Hari Dalam Jeratan Sang Casanova.    Bab 196. Aku Bersumpah Rosi!

    Ini sudah dua hari sejak terakhir Ernest datang menemui Rosalia di rumah peristirahatan milik Ayah mertuanya. Dan selama dua hari ini, suaminya itu sudah tidak pernah lagi mengganggu dirinya. Tidak menemuinya sama sekali. Membuat Rosalia menjadi bingung dan juga berpikir, apakah Ernest benar-benar telah menyerah padanya. "Ed, aku ingin kembali bekerja!" cetusnya di meja makan, saat ia sarapan pagi bersama Edward. Namun Edward hanya menatapnya dengan wajah seolah kurang yakin kalau ia sudah siap untuk bekerja. "Bagaimana tubuhmu, Rosi? Kau yakin ingin melakukan hal ini?"Rosalia mengangguk tegas, keseriusannya itu juga ia tunjukkan lewat tatapan matanya yang tertuju pada Edward. "Aku bosan, Ed," ungkapnya, mencoba menjelaskan alasan tentang mengapa ia memutuskan untuk pergi bekerja. Sesaat, ia sempat menangkap raut wajah Edward tiba-tiba tampak aneh. Seolah ada sesuatu yang sedang disembunyikan Edward darinya. Tapi apa? "Baik, tapi sebaiknya aku menghubungi Luis terlebih dahulu, b

  • 30 Hari Dalam Jeratan Sang Casanova.    Bab 195. Halusinasi Atau Nyata?

    Di dalam kamarnya, duduk bersandar di atas ranjang, Rosalia terus menunggu seandainya Ernest naik ke lantai dua rumah peristirahatan. Lalu menggedor pintu kamarnya sambil berteriak marah memanggil namanya. Tapi hal itu tidak terjadi sama sekali, terlalu hening, terlalu sepi, membuat ia ingin menangis. Tak lama, suara sedan terdengar di pekarangan rumah. Suara itu seolah bergerak menjauh, pergi menjauhi rumah peristirahatan. "Dia menyerah? Haha ... ternyata hanya begitu." Rosalia tertawa lirih, dan di penghujung tawanya, ia justru terisak pelan. Menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang, meringkuk, dan terus terisak di sana hingga ia tertidur. 1 jam kemudian, gagang pintu kamar Rosalia tiba-tiba bergerak turun. Berselang beberapa detik, pintu itu yang ternyata tidak terkunci bahkan didorong perlahan dari luar oleh sesosok tubuh tinggi besar. Sesaat, pria ini melemparkan pandangannya ke arah ranjang. Menatap cukup lama pada Rosalia yang telah tampak pulas, baru kemudian melangkah perlah

  • 30 Hari Dalam Jeratan Sang Casanova.    Bab 194. Permohonan Maaf.

    Malam hari, usai makan malam. Rosalia terus mengunci dirinya di dalam kamar, duduk termangu di atas ranjang sambil menyembunyikan wajahnya di antara kedua lututnya yang sengaja ia tekuk. Hari ini ia jengkel sekali, sangat jengkel atas semua yang telah Ernest lakukan padanya. Dan ... bagaimana bisa suaminya itu merayunya, menggodanya, menyentuhnya dengan tangan yang pernah menyentuh Barbara sebelumnya, tanpa merasa bersalah pada dirinya? Ernest anggap apa dirinya? 'Itu karena kau juga sengaja membiarkannya melakukan hal itu padamu, Rosi! Kau ... selalu takluk ketika Ernest menyentuhmu. Kau selalu menyerah di bawah kecupannya. Pria itu menyadarinya, Rosalia Heart! Dia mengetahui kelemahanmu!'Rosalia memiringkan kepalanya, mencoba mengacuhkan semua jeritan yang diteriakkan hatinya padanya. Meski ia tahu kalau semua itu memang benar adanya. Yah, ia memang selemah itu di hadapan Ernest. Itu benar, dan ia tidak menampiknya. Ia juga sadar kalau ia tidak bisa melihat sekelilingnya karena h

  • 30 Hari Dalam Jeratan Sang Casanova.    Bab 193. Apakah Sudah Terlambat?

    Perlahan-lahan, Edward membalikkan tubuhnya. Dan ia sontak membeku saat telah berhadapan sempurna dengan Pamannya. Sebab wajah Ernest kini tampak sangat menakutkan. Beberapa saat yang lalu, Ernest hampir berhasil melepaskan satu-satunya kain yang masih melekat di tubuh Rosalia, namun konsentrasinya tiba-tiba terganggu oleh suara bel. Selama beberapa saat ia mencoba untuk mengacuhkannya, tapi naasnya ... suara bel kedua justru membuat Rosalia seketika membuka matanya. Istrinya itu menatap lekat ke arahnya, ia bahkan melihat ada kebencian di wajah Rosalia saat itu. Dan lebih sialnya lagi, suara bel kembali terdengar. Semakin sering, hingga Rosalia yang semula telah terpengaruh oleh sentuhannya, langsung mendorong tubuhnya. Istrinya itu bahkan segera memunguti semua pakaiannya dan bergegas berlari ke kamar mandi. Keributan itu tentu saja membuat Ernest meradang. Karena gara-gara suara bel, gairahnya yang semula telah berada di puncak, akhirnya langsung terjun bebas akibat penolakan Ros

  • 30 Hari Dalam Jeratan Sang Casanova.    Bab 192. Apakah Rosalia Yang Telah Membuka Pintu?

    Pukul 11 siang, Edward, Ben, dan juga Elio tampak memasuki lobby hotel. Ketika ketiganya telah memasuki lift, Edward yang sudah menahan kesabarannya sejak turun dari mobil, langsung membuka mulutnya. "Ini terlalu siang!" protesnya pada Ben, "Kau dengar? Rosi pasti sangat kelaparan sekarang," sungutnya. Ben tidak menanggapi celotehan Edward itu, melainkan melirik arloji mewah yang melingkar di pergelangan tangannya. "Sekarang sudah pukul 11? Seharusnya saat ini Tuan sudah terbangun, 'kan? Dan juga sudah berbicara pada Nyonya, 'kan? Apa mereka baik-baik saja?" gumamnya pelan, ada keresahan di dalam nada suara Ben. Begitu pula kala ia melihat lampu lift yang menunjukkan pergantian lantai semakin mendekati lantai tempat di mana kamar Ernest berada. Tepat di saat lift tiba dan pintu lift telah terbuka, dengan wajah ragu ia keluar dari lift. Edward masih berkicau bak burung merpati yang belum diberi makan, namun Ben sengaja menulikan telinganya. Ia bahkan tidak mengerti sejak kapan Edwar

  • 30 Hari Dalam Jeratan Sang Casanova.    Bab 191. Dua Hati Yang Saling Merindukan.

    'Jangan!' erang hati Ernest, saat Rosalia tiba-tiba membuka piyama yang ia kenakan. Lalu mengusap tubuhnya yang memanas dengan menggunakan ... apapun itu, kini benda sialan itu sedang menari-nari di atas kulit tubuhnya. Membuat ia sontak menahan nafas ketika benda itu perlahan bergerak turun dan menyusuri perutnya. Menuju ke area ... "Bagaimana ini? Tubuh Ernest semakin panas, apa yang harus kulakukan sekarang? Dan di mana mereka?"Fiuh, Ernest menghela nafas lega. Karena bertepatan ia membuka matanya— di saat yang sama Rosalia tiba-tiba melemparkan pandangannya ke arah pintu kamar. Namun tangan istrinya itu masih mengusap perutnya, bahkan handuk yang Rosalia genggam di tangannya hampir menyentuh ... Ernest melirik benda lembut berwarna putih itu sambil kembali menahan nafas. Sebab, jika benda sialan itu sampai menyentuh miliknya, Rosalia pasti akan segera tahu kalau ia telah terjaga. 'Jangan ke sana! Ukh ....' Ia sontak merapatkan bibirnya kala jari kelingking Rosalia tiba-tiba me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status