"Apa yang telah kulakukan semalam?" Pagi hari Rosalia terbangun dengan sekujur tubuh yang terasa remuk. Pria yang telah menghabiskan malam bersamanya sudah tidak lagi terlihat keberadaannya, meninggalkan ia seorang diri dengan masih berbalut selimut hotel.
Di saat ia menemukan banyak jejak merah yang telah ditinggalkan oleh pria asing itu di sekujur tubuhnya, Rosalia pun meringis."Seharusnya aku tidak mendengarkan ucapan teman-teman yang mengatakan bahwa malam pertama itu sangat indah." Ia mendengus, sedikit menyesal pada keputusannya. "Tapi, nasi sudah menjadi bubur." Rosalia yang sudah pasrah hanya bisa menunduk lesu. "Lagipula, bukankah aku akan segera pergi dari kota ini untuk melanjutkan pendidikanku? Anggap saja semalam hanyalah kesialan yang tidak perlu aku pikirkan."Di tengah-tengah lamunannya, suara bel kamar yang terdengar nyaring membuyarkan semua yang sedang ia pikirkan. Ia membalutkan selimut hotel pada tubuhnya untuk menutupi tubuhnya yang polos dan bergegas membuka pintu. Penampilannya itu membuat dua pria berpakaian rapi yang sedang berdiri di hadapannya langsung menundukkan kepala tanpa berani menatapnya."Maaf kami sudah membangunkan anda, Nona Rosalia. Tapi kami telah ditugaskan oleh Tuan Ernest untuk mengantarkan Nona pulang.""Oh, jadi namanya Ernest?" Segaris senyum terukir di bibir Rosalia. Sebelumnya ia sempat berpikir bahwa Ernest akan menghilang begitu saja setelah berhubungan dengannya. Tapi ternyata anggapannya itu tidak sepenuhnya benar. “Ternyata dia tidak seburuk yang aku duga,” gumamnya.Rosalia mengangguk pada kedua pria suruhan Ernest dan meminta waktu untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.Tidak butuh waktu lama, akhirnya ia pun telah rapi dengan satu stel pakaian baru yang entah kapan Ernest persiapkan untuknya. Sebelum meninggalkan kamar, Rosalia mengambil ponselnya yang ia simpan di dalam tas, bermaksud ingin mengirimkan pesan terima kasih kepada Ernest.Namun, ia sontak mengerut kesal. “Ah, dasar bodoh! Seharusnya aku meminta nomornya tadi malam!”Guratan kesal itu perlahan semakin tercetak ketika ia menemukan banyak panggilan tak terjawab, juga chat yang belum sempat terbaca olehnya di notifikasi ponsel.Dan chat pertama yang ia buka adalah chat dari Rose–kembarannya.[Rosalia, aku pergi. Aku tidak ingin melakukan pertunangan dengan keluarga Gail. Aku ingin melanjutkan studiku. Maaf, Rosalia. Maaf.…]Rosalia melebarkan matanya. “Apa maksud Rose? Apakah pertunangannya telah dibatalkan?”Tidak punya banyak waktu untuk menjawab pesan Rose, ia memutuskan untuk bertanya pada kedua orang tuanya nanti.Dengan diantar dua orang suruhan Ernest, Rosalia pulang ke mansionnya. Sepanjang perjalanan, ia terus mengingat kejadian yang ia alami semalam. Seharusnya tadi malam ia hadir menemani Rose yang akan bertunangan dengan salah seorang pria dari keluarga Gail. Pertunangan itu sendiri merupakan pertunangan bisnis yang telah diatur oleh kakeknya sejak lama. Dan sebagai anak tertua, Rose-lah yang harus mengemban tugas tersebut.Rose Heart, saudari kembarnya itu telah dipersiapkan dengan baik oleh kedua orang tuanya. Dan meskipun ia dan Rose merupakan kembar identik, tetapi sifatnya dan Rose sangat bertolak belakang.Rose adalah kutu buku yang lebih banyak menghabiskan waktunya di perpustakaan agar selalu berprestasi di sekolah. Sementara Rosalia lebih banyak diberikan kebebasan oleh Ibunya untuk menjalani hidup. Itulah sebabnya, keabsenannya semalam bukan hal yang patut digembar-gemborkan."Nona Rosalia, kita sudah sampai."Rosalia tersentak dari lamunannya dan mengangkat wajahnya. "Eng, terima kasih. Sampaikan juga ucapan terima kasihku pada Tuan Ernest."Setelah melihat anggukan dari kedua pria yang duduk di hadapannya, Rosalia segera turun dari mobil dan tergesa-gesa memasuki mansion.Ketika memasuki mansion, ia menemukan ayahnya tengah mondar-mandir dengan wajah gusar. Sedangkan Ibunya, wanita yang masih terlihat cantik di usianya yang tidak lagi muda itu kini sedang duduk di sofa. Raut wajahnya tidak terbaca."Ayah!" Rosalia melangkahkan kakinya untuk menghampiri Ayahnya. Raut wajah cemas dan penasaran menjadi satu. "Apa yang terjadi? Mengapa Rose pergi?"Alston Heart yang mendengar suara putrinya itu sontak menghentikan langkahnya. Ia menoleh dan menatap Rosalia dengan tajam. "Dari mana kamu?!""A-aku baru pulang dari tempat teman, Ayah," ujar Rosalia terbata.Tidak mungkin ia berkata jujur. Orang tuanya ini masih punya penilaian kuat, di mana seorang gadis hanya boleh menyerahkan kesuciannya pada sang suami. Apa kabar jika mereka tahu kalau Rosalia telah kehilangan mahkotanya dengan orang asing semalam?Rosalia melanjutkan kalimatnya saat ayahnya masih menatapnya sanksi. "Bukankah semalam aku sudah meminta ijin pada Ayah untuk merayakan kelulusanku bersama teman-teman?""Jadi, kamu sudah tahu kalau Rose telah pergi dan tidak menghadiri acara pertunangannya semalam?"Rosalia mengangguk pelan.Alston yang melihat anggukan putri bungsunya itu menyugar rambutnya dengan gusar. Bersamaan dengan itu, wajahnya yang semula penuh amarah dan tampak tegang perlahan-lahan mulai mengendur.Ayahnya itu mengembuskan napas panjang sebelum meraih tangan Rosalia dan menggenggamnya lembut. "Rosi. Kamu harus membantu keluarga kita, Rosi.” Alston menunjukkan wajah mengiba. “Tolong selamatkan harga diri keluarga Heart yang masih tersisa.""Ma-maksud, Ayah?""Gantikan Rose. Teruskan pertunangan kakakmu.”"Tidak, aku tidak mau Ayah!"Rosalia dengan tegas menolak. Mimpinya untuk lanjut kuliah dan meraih cita-cita tidak boleh kandas. Dan, jika ia menyetujui menjadi pengganti kakaknya, itu berarti ia harus mengatakan good bye pada kebebasan yang ia suka."Rosi!!"Kompak, ayah dan ibunya bereaksi atas penolakan Rosalia.Setelah permohonan ayahnya tidak mempan, kini gantian ibunya yang mengiba. "Rosi, Ibu mohon! Kamu harus memikirkan tentang kehormatan keluarga kita!"Rosalia mendesah panjang. Menerima pertunangan mungkin bisa membersihkan kembali nama Keluarga Heart. Tapi bagaimana jika calon suaminya pada akhirnya tahu kalau ia tidak lagi suci?Selain itu, Rosalia tahu kalau Keluarga Gail menjadikan keperawanan sebagai salah satu syarat untuk bisa bersanding dengan mereka.Di tengah desakan kedua orang tuanya, akhirnya Rosalia mengangguk, terpaksa menyetujui ide gila itu. Tapi tidak semudah itu, ia lalu mengajukan syarat kepada kedua orang tuanya bahwa ia ingin mengenal dan memilih sendiri
"Rosi, kamu sudah siap?!"Suara teriakan itu yang berasal dari Ibunya membuat Rosalia tergugu. Ia yang sedari tadi masih mencoba menghubungi Rose tetapi tidak membuahkan hasil, cepat-cepat memasukkan ponselnya ke dalam tas.Namun, tidak lama setelahnya, ia mendengar ponselnya berdering."Siapa yang menelponku!" Rosalia mengeluarkan kembali ponselnya, "Rose?" matanya berbinar kala melihat nama Rose tertera pada layar ponselnya. Dan sebelum ia sempat mengangkat panggilan itu, teriakan Ibunya kembali terdengar dari luar kamar."Rosi?!""Sebentar, Bu. Aku akan keluar sebentar lagi!" sahut Rosalia sambil berteriak juga.Tidak ingin Ibunya menjadi cemas, Rosalia terpaksa mereject telepon dari Rose. Ia memutuskan untuk mengirim pesan pada saudara kembarnya itu.[Nanti aku akan menghubungimu, Rose. Sekarang, aku harus pergi karena Ayah dan Ibu sudah menungguku.]Rosalia bergegas menyimpan kembali ponsel miliknya lalu pergi meninggalkan kamarnya.Ceklek!!"Kamu sudah siap?"Rosalia menganggukka
"Ernest?" Carlisle beranjak dari sofa dan melangkahkan kakinya untuk menghampiri Adik lelakinya yang jarang sekali pulang ke mansion milik keluarganya. "Mengapa tidak menelpon terlebih dahulu kalau ingin pulang?" Ia memeluk Adiknya itu sambil tertawa senang.Rosalia yang menyaksikan hal itu tentu saja sangat terkejut. Ia tidak pernah menduga kalau Ernest yang pernah ia temui di Klub ternyata memiliki hubungan dengan keluarga Gail."Maaf, aku mengejutkanmu, Kak."Mata Rosalia membelalak sempurna mendengar panggilan yang Ernest berikan pada Carlisle."Kakak? Jadi dia... Dia adalah Pimpinan Gail Group?" Sekujur tubuh Rosalia mendadak terasa dingin, seakan ruang tamu mansion keluarga Gail berubah menjadi freezer raksasa.Tanpa Rosalia duga... Tiba-tiba Ernest berpaling ke arahnya lalu menatapnya dengan tajam. Membuat detak jantungnya menjadi semakin tidak beraturan.Demi menghindari tatapan Ernest itu, Rosalia pun menundukkan kepalanya sambil meremas gaun yang ia kenakan. Ia membatin, "Oh
"Kumohon, Tuan Ernest!"Rosalia memejamkan matanya, ia tak sanggup melihat apa yang ingin Ernest lakukan kepada dirinya. Tapi... Satu menit, dua menit, hingga beberapa menit berlalu, ia yang berpikir bahwa Ernest akan menyentuhnya sontak mengerutkan kening ketika ia tidak lagi merasakan pergerakan Ernest. "Dia... Berhenti?" perlahan-lahan Rosalia membuka matanya, hanya sedikit. Mencoba mengintip apa yang sedang Ernest lakukan. Namun pria berparas dewasa dan tampan itu justru saat ini hanya diam dan sedang menatap ke arahnya. "Tu-Tuan Ernest?" kini Rosalia membuka lebar matanya. Ia hampir tak percaya bahwa saat ini netra Ernest yang tertuju padanya terlihat sangat sendu. Sayangnya itu tak berlangsung lama, karena Ernest segera mengubah ekspresinya setelah ia menegur Ernest. "Mengapa menangis? Apa kamu takut kalau aku akan menyentuhmu lagi?!"Nada suara Ernest terdengar kesal, seakan Ernest merasa tersinggung akan sikapnya. "A-aku...""Lihat itu!" Ernest membalikkan tubuh Rosalia yang
Keesokan harinya, siang hari. "Nona Rose?"Tokk!! Tokk!! "Anda diminta untuk datang ke Gail Group menemui Tuan Ernest."Rosalia yang tengah menyimpan pakaian ke dalam lemari sontak menatap pintu kamar. "Nona Rose?""Sebentar!" Rosalia pun bergegas meninggalkan pekerjaannya lalu melangkah ke arah pintu untuk membukakan pintu. Pagi ini, usai ia menyelesaikan sarapan pagi bersama kedua orang tuanya. Ia dijemput oleh Ben dan dibawa ke mansion milik Ernest yang tampak lebih luas dari mansion milik keluarganya. Baginya semua wajar saja, apalagi Ernest termasuk dalam deretan 3 pria terkaya di Eropa. Meski keluarga Gail sangat terkenal dulunya, tapi sejak Ernest yang mengelola Gail Group. Kekayaan keluarga Gail langsung masuk dalam jajaran Konglomerat yang memiliki harta tidak habis selama 7 turunan. "Anne?" Rosalia menatap wanita paruh baya yang berdiri tepat di hadapannya setelah ia membuka pintu kamar. Anne, wanita paruh baya ini baru ia temui beberapa jam yang lalu ketika ia tiba di
"Apa yang terjadi di sini? Mengapa sangat berisik sekali?!"Rosalia yang tengah meronta sontak berpaling ke arah asal suara, begitu juga dengan kedua Security Gail Group yang sedang memegang lengannya. "Asisten Ben, wanita ini memaksa untuk menemui Tuan Ernest." Lapor salah seorang Security yang sedang menahan Rosalia. "Itu benar, Asisten Ben. Tidak hanya itu, wanita ini juga memberikan alasan yang sama seperti semua wanita yang ingin menemui Tuan Ernest sebelumnya." Timpal Security yang satunya. Pria yang tadi menegur, yang tak lain adalah Ben... Sontak mengerutkan keningnya. Lima menit yang lalu, Ben baru mendapat telpon dari supir mansion yang telah ditugaskan untuk mengantarkan Rosalia ke Gail Group. Dan ketika menghubunginya, supir mansion mengatakan padanya kalau Rosalia telah berada di Gail Group untuk memberikan berkas Ernest yang tertinggal di mansion. Karena itulah Ben segera meninggalkan kantor Ernest untuk menjemput Rosalia. "Asisten Ben, ini aku! Rose!!" teriak Rosal
"Tuan Ernest, bukankah kamu yang telah memintaku agar secepatnya ke Gail Group untuk mengantarkan berkas milikmu!" Rosalia mengerucutkan bibirnya lalu menyerahkan berkas yang ia bawa. Tapi, ia tidak menyerahkannya secara langsung pada Ernest, melainkan meletakkannya ke atas meja yang ada di hadapan Ernest. "Tugasku sudah selesai!" tanpa menunggu jawaban Ernest, Rosalia kemudian membalikkan tubuhnya. Berjalan menuju lift tempat beberapa saat yang lalu ia baru saja keluar dari lift tersebut. "Siapa yang telah mengijinkanmu untuk pergi?" cetus Ernest dingin. Kedua alis tebalnya menyatu ke tengah, dan sesaat setelahnya ia melirik Ben lalu memberi isyarat agar Ben segera meninggalkan ruangannya. "Baik, Tuan." Ben langsung pergi begitu saja melewati Rosalia yang justru kini telah menghentikan langkahnya. "Nona Rosalia, tolong jaga sikapmu. Sebaiknya Nona tidak memancing kemarahan Tuan di sini." Bisiknya, ketika ia berpapasan dengan Rosalia. Kata-kata Ben itu, membuat Rosalia mendelik gusa
"Jelaskan apa maksud ucapanmu di mobil tadi?" Rosalia yang sejak 10 menit lalu telah duduk bersama Ernest di dalam room privasi yang terdapat di resto mewah 'Les Jardin'... Menatap Ernest yang sedang berbicara dengan seorang pelayan resto dengan wajah gusar. "Tuan Ernest, jangan mengacuhkanku!" Ernest melirik Rosalia yang terlihat menyimpan kekesalan padanya lalu memberi isyarat pada pelayan resto agar segera pergi. Sepeninggal pelayan resto, Ernest pun menatap Rosalia dengan wajah datar. Baru kali ini ia menemukan ada wanita yang berani mengganggunya ketika ia sedang berbicara. "Hmmm... Kalau aku tidak salah, bukankah kamu termasuk salah seorang gadis yang sangat pintar di sekolahmu? Dan tentang kata-kataku tadi, bagiku itu sudah cukup jelas.""Cukup jelas? Di mana? Karena aku sama sekali tidak mengerti." "Tentu saja tentang perjodohan Rose dengan keluarga Gail."Rosalia mengerutkan keningnya. Sebelumnya ia memang tidak diberitahu apapun tentang perjodohan Rose dengan keluarga Gai