"Seorang gadis kecil mabuk di Klub?"
Di dance floor sebuah Klub Malam, Rosalia yang telah mabuk tanpa sengaja menabrak sesosok pria bertubuh tinggi besar. Seharusnya malam ini ia menghadiri pesta pertunangan Rose, sang kembaran, tapi ia justru memilih untuk pergi ke Klub Malam untuk merayakan kelulusannya bersama teman-temannya.Tidak hanya ingin merayakan kelulusan, Rosalia juga memiliki misi lain, ia ingin menanggalkan status perawannya yang selama ini selalu menjadi bahan olokan."Kalau kamu sudah tahu aku mabuk, mengapa tidak membantuku?" Rosalia mengacuhkan ujaran sinis pria itu dan sama sekali tidak melepaskan pandangannya dari pria tersebut. “Ayo, Tuan … bantu aku!”Tapi, alih-alih membantunya, pria itu justru memasukkan kedua telapak tangannya ke dalam kantong celana yang dikenakannya. Sebelah alis pria itu terangkat naik, sementara bibirnya plat membentuk garis lurus."Hei, Tuan!" Rosalia mencembungkan pipinya, ingin rasanya ia memukul pria berwajah arogan itu. Tapi ia mengurungkan niatnya karena netra kuning keemasan milik pria itu untuk sesaat membuyarkan fokusnya. Selain itu, wajah pria itu juga sangat rupawan. Ada dua rahang sempurna tercetak di bawah pipinya... Benar-benar type maskulin yang ia inginkan untuk menghabiskan malam bersamanya. "Pelayan!!""Gadis kecil, apa yang ingin kamu lakukan?!""Aku ingin menyewamu!" jawab Rosalia tegas, ia tersenyum miring usai menyelesaikan kalimatnya. Sedikit puas melihat ada raut terkejut pada pria yang sedang ia ajak bicara.Sesaat kemudian, ia melihat seorang pria yang tengah berdiri di samping pria yang telah ia tabrak kini tampak berbisik pada pria itu. Dan pria itu menanggapinya dengan deheman pelan. Hanya berselang beberapa menit, pria itu tiba-tiba menurunkan tubuhnya dan berjongkok di hadapannya. Menghunjamkan manik matanya ke arah dirinya."Kamu ingin menyewaku?!"Suara pria itu terdengar berat dan mengandung nada mendominasi, namun juga terdengar seksi menyapa indera pendengaran Rosalia."Benar, jadi... Mau kah kamu menghabiskan malam bersamaku?" dengan berani Rosalia membalas tatapan pria itu yang sedang menatap lurus ke dalam matanya, membuatnya hampir tenggelam dalam netra berwarna keemasan milik pria itu."Kamu tahu siapa aku?"Rosalia menilik, jika melihat dari penampilan pria itu, ia bisa menyimpulkan kalau pria yang sedang berjongkok di hadapannya sekarang bukanlah pria dari kalangan menengah ke bawah. Kemungkinan pria itu bisa saja seorang Bangsawan seperti Ayahnya. Dan usia pria itu sepertinya hanya lebih muda beberapa tahun dari Ayahnya. Tapi untuk saat ini ia benar-benar tidak mempedulikan hal itu. Lagipula bukankah bagus jika ia bisa menghabiskan malam dengan seorang Bangsawan juga? Walau hanya sekedar sebagai teman berbagi kesenangan?"Kalau begitu, bagaimana jika kita berkenalan terlebih dahulu?"Kata-kata yang Rosalia ucapkan membuat pria yang sedang berjongkok di hadapannya sontak memicing padanya. Apalagi ia sengaja mengucapkan kata-kata tersebut dengan nada menggoda."Maaf, aku tidak tertarik dengan gadis kecil."Pria itu tiba-tiba berdiri, mengacuhkan Rosalia yang geram melihat keangkuhannya."Hanya satu malam! Aku tahu kamu mungkin memiliki banyak uang, tapi aku bersedia membayar mahal untuk waktu yang kamu habiskan bersamaku.""Seorang gadis kecil ingin membayarku?" pria itu terkekeh dan memberi isyarat pada pria yang sebelumnya telah berbicara dengannya.Hanya dengan satu isyarat dari pria itu, beberapa pria langsung menghampiri Rosalia dan menarik lengannya. Menyeretnya meninggalkan Klub Malam dengan paksa.Berselang satu jam, di dalam sebuah kamar hotel yang mewah. Rosalia yang terus diseret hingga ke hotel ini di lemparkan ke atas ranjang oleh para penyeretnya. Setelah melakukan hal itu, para pria berwajah sangar yang telah menyeret Rosalia langsung pergi begitu saja. Meninggalkan Rosalia hanya berdua dengan pria yang telah ia ajak bicara."Bersihkan tubuhmu!" titah pria itu yang hingga kini masih enggan menyebutkan namanya."Ber-bersihkan? Untuk apa?" Rosalia menatap takut pada pria yang telah membawanya secara paksa. Jika tadi ia sangat ingin melalui malam bersama pria ini, sekarang ia justru merasa sedikit cemas."Bukankah tadi kamu mengatakan ingin menyewa jasaku?" pria itu mencibir, seolah Rosalia tidak ada artinya di matanya. Hanya seperti sepiring cemilan tengah malam, "Dengar! Aku paling tidak suka menghabiskan malam dengan seorang gadis kecil yang manja. Jadi, jika tawaranmu tadi masih tersedia... Maka cepatlah bersihkan tubuhmu!"Mendengar ucapan pria itu, Rosalia segera menegakkan tubuhnya dan turun dari ranjang lalu terburu-buru ke kamar mandi."Bersihkan ya bersihkan, tapi haruskah kamu membentakku seperti itu." Rutuknya sebal sambil menutup pintu kamar mandi, tanpa menyadari bahwa pria yang telah ia tabrak saat ini justru tersenyum tipis mendengar ocehannya itu.Hanya 10 menit waktu yang Rosalia habiskan di dalam kamar mandi, setelahnya ia pergi meninggalkan kamar mandi hanya dengan mengenakan bathrobe yang terdapat di dalam kamar mandi. Ia sedikit gugup ketika melangkahkan kakinya keluar, apalagi ketika ia menemukan pria asing itu kini hanya mengenakan kemeja dan celana bahannya saja. Dua kancing teratas kemeja pria itu telah terbuka, dan dada bidang pria itu yang mengintip di balik kemeja yang dikenakannya membuat Rosalia susah payah meneguk salivanya.Glekk!!"Ah, mengapa dia seksi sekali?" Rosalia menjerit dalam hati melihat penampilan pria asing itu yang baru ia kenal malam ini dan saat ini tengah duduk di pinggir ranjang."Kemarilah!"Tiba-tiba, jantung Rosalia berdetak semakin cepat. Waktu seolah berputar lama seiring keraguan yang mulai menyergapnya.‘A-apakah pilihanku benar?’Namun, Ia tak ingin mundur. Ia sudah terlanjur menemukan pria yang secara kriteria sangat cocok dengan seleranya, meski ia sadar kemungkinan usianya dan pria itu terpaut cukup jauh.Akhirnya, malam itu Rosalia benar-benar menyerahkan kesuciannya. Perasaan campur aduk antara kenikmatan dan penyesalan menderanya di saat penyatuannya dengan pria itu. Rasa sakit pada inti tubuhnya tatkala pria asing itu terus bergerak menguasai tubuhnya hampir tak terasa karena ternyata pria itu sangat ahli dalam menyenangkan wanita.Namun, sesekali rintihan kesakitannya dan suara umpatan dari pria itu tetap terdengar memenuhi ruangan kamar hotel yang semula sepi. Panas kedua tubuh melebur, menghalau udara kamar yang tadinya terasa dingin.Menurut teman-temannya yang sudah lebih berpengalaman, bercinta sungguh lah nikmat. Tapi Rosalia justru merasakan sakit pada inti tubuhnya, dan rasa sakit itu tidak juga berkurang meski ini bukan pergulatan pertamanya dengan pria asing itu."Tu-Tuan, aku lelah. Bisakah kita berhenti sekarang?"Sahutan pria itu benar-benar membuat Rosalia sakit kepala. Pria asing itu seakan tidak pernah puas untuk menyentuhnya."Tidak, di sini bukan kamu yang memutuskan kapan aku akan berhenti.""Apa yang telah kulakukan semalam?" Pagi hari Rosalia terbangun dengan sekujur tubuh yang terasa remuk. Pria yang telah menghabiskan malam bersamanya sudah tidak lagi terlihat keberadaannya, meninggalkan ia seorang diri dengan masih berbalut selimut hotel.Di saat ia menemukan banyak jejak merah yang telah ditinggalkan oleh pria asing itu di sekujur tubuhnya, Rosalia pun meringis. "Seharusnya aku tidak mendengarkan ucapan teman-teman yang mengatakan bahwa malam pertama itu sangat indah." Ia mendengus, sedikit menyesal pada keputusannya. "Tapi, nasi sudah menjadi bubur." Rosalia yang sudah pasrah hanya bisa menunduk lesu. "Lagipula, bukankah aku akan segera pergi dari kota ini untuk melanjutkan pendidikanku? Anggap saja semalam hanyalah kesialan yang tidak perlu aku pikirkan."Di tengah-tengah lamunannya, suara bel kamar yang terdengar nyaring membuyarkan semua yang sedang ia pikirkan. Ia membalutkan selimut hotel pada tubuhnya untuk menutupi tubuhnya yang polos dan bergegas membuka pi
"Tidak, aku tidak mau Ayah!"Rosalia dengan tegas menolak. Mimpinya untuk lanjut kuliah dan meraih cita-cita tidak boleh kandas. Dan, jika ia menyetujui menjadi pengganti kakaknya, itu berarti ia harus mengatakan good bye pada kebebasan yang ia suka."Rosi!!"Kompak, ayah dan ibunya bereaksi atas penolakan Rosalia.Setelah permohonan ayahnya tidak mempan, kini gantian ibunya yang mengiba. "Rosi, Ibu mohon! Kamu harus memikirkan tentang kehormatan keluarga kita!"Rosalia mendesah panjang. Menerima pertunangan mungkin bisa membersihkan kembali nama Keluarga Heart. Tapi bagaimana jika calon suaminya pada akhirnya tahu kalau ia tidak lagi suci?Selain itu, Rosalia tahu kalau Keluarga Gail menjadikan keperawanan sebagai salah satu syarat untuk bisa bersanding dengan mereka.Di tengah desakan kedua orang tuanya, akhirnya Rosalia mengangguk, terpaksa menyetujui ide gila itu. Tapi tidak semudah itu, ia lalu mengajukan syarat kepada kedua orang tuanya bahwa ia ingin mengenal dan memilih sendiri
"Rosi, kamu sudah siap?!"Suara teriakan itu yang berasal dari Ibunya membuat Rosalia tergugu. Ia yang sedari tadi masih mencoba menghubungi Rose tetapi tidak membuahkan hasil, cepat-cepat memasukkan ponselnya ke dalam tas.Namun, tidak lama setelahnya, ia mendengar ponselnya berdering."Siapa yang menelponku!" Rosalia mengeluarkan kembali ponselnya, "Rose?" matanya berbinar kala melihat nama Rose tertera pada layar ponselnya. Dan sebelum ia sempat mengangkat panggilan itu, teriakan Ibunya kembali terdengar dari luar kamar."Rosi?!""Sebentar, Bu. Aku akan keluar sebentar lagi!" sahut Rosalia sambil berteriak juga.Tidak ingin Ibunya menjadi cemas, Rosalia terpaksa mereject telepon dari Rose. Ia memutuskan untuk mengirim pesan pada saudara kembarnya itu.[Nanti aku akan menghubungimu, Rose. Sekarang, aku harus pergi karena Ayah dan Ibu sudah menungguku.]Rosalia bergegas menyimpan kembali ponsel miliknya lalu pergi meninggalkan kamarnya.Ceklek!!"Kamu sudah siap?"Rosalia menganggukka
"Ernest?" Carlisle beranjak dari sofa dan melangkahkan kakinya untuk menghampiri Adik lelakinya yang jarang sekali pulang ke mansion milik keluarganya. "Mengapa tidak menelpon terlebih dahulu kalau ingin pulang?" Ia memeluk Adiknya itu sambil tertawa senang.Rosalia yang menyaksikan hal itu tentu saja sangat terkejut. Ia tidak pernah menduga kalau Ernest yang pernah ia temui di Klub ternyata memiliki hubungan dengan keluarga Gail."Maaf, aku mengejutkanmu, Kak."Mata Rosalia membelalak sempurna mendengar panggilan yang Ernest berikan pada Carlisle."Kakak? Jadi dia... Dia adalah Pimpinan Gail Group?" Sekujur tubuh Rosalia mendadak terasa dingin, seakan ruang tamu mansion keluarga Gail berubah menjadi freezer raksasa.Tanpa Rosalia duga... Tiba-tiba Ernest berpaling ke arahnya lalu menatapnya dengan tajam. Membuat detak jantungnya menjadi semakin tidak beraturan.Demi menghindari tatapan Ernest itu, Rosalia pun menundukkan kepalanya sambil meremas gaun yang ia kenakan. Ia membatin, "Oh
"Kumohon, Tuan Ernest!"Rosalia memejamkan matanya, ia tak sanggup melihat apa yang ingin Ernest lakukan kepada dirinya. Tapi... Satu menit, dua menit, hingga beberapa menit berlalu, ia yang berpikir bahwa Ernest akan menyentuhnya sontak mengerutkan kening ketika ia tidak lagi merasakan pergerakan Ernest. "Dia... Berhenti?" perlahan-lahan Rosalia membuka matanya, hanya sedikit. Mencoba mengintip apa yang sedang Ernest lakukan. Namun pria berparas dewasa dan tampan itu justru saat ini hanya diam dan sedang menatap ke arahnya. "Tu-Tuan Ernest?" kini Rosalia membuka lebar matanya. Ia hampir tak percaya bahwa saat ini netra Ernest yang tertuju padanya terlihat sangat sendu. Sayangnya itu tak berlangsung lama, karena Ernest segera mengubah ekspresinya setelah ia menegur Ernest. "Mengapa menangis? Apa kamu takut kalau aku akan menyentuhmu lagi?!"Nada suara Ernest terdengar kesal, seakan Ernest merasa tersinggung akan sikapnya. "A-aku...""Lihat itu!" Ernest membalikkan tubuh Rosalia yang
Keesokan harinya, siang hari. "Nona Rose?"Tokk!! Tokk!! "Anda diminta untuk datang ke Gail Group menemui Tuan Ernest."Rosalia yang tengah menyimpan pakaian ke dalam lemari sontak menatap pintu kamar. "Nona Rose?""Sebentar!" Rosalia pun bergegas meninggalkan pekerjaannya lalu melangkah ke arah pintu untuk membukakan pintu. Pagi ini, usai ia menyelesaikan sarapan pagi bersama kedua orang tuanya. Ia dijemput oleh Ben dan dibawa ke mansion milik Ernest yang tampak lebih luas dari mansion milik keluarganya. Baginya semua wajar saja, apalagi Ernest termasuk dalam deretan 3 pria terkaya di Eropa. Meski keluarga Gail sangat terkenal dulunya, tapi sejak Ernest yang mengelola Gail Group. Kekayaan keluarga Gail langsung masuk dalam jajaran Konglomerat yang memiliki harta tidak habis selama 7 turunan. "Anne?" Rosalia menatap wanita paruh baya yang berdiri tepat di hadapannya setelah ia membuka pintu kamar. Anne, wanita paruh baya ini baru ia temui beberapa jam yang lalu ketika ia tiba di
"Apa yang terjadi di sini? Mengapa sangat berisik sekali?!"Rosalia yang tengah meronta sontak berpaling ke arah asal suara, begitu juga dengan kedua Security Gail Group yang sedang memegang lengannya. "Asisten Ben, wanita ini memaksa untuk menemui Tuan Ernest." Lapor salah seorang Security yang sedang menahan Rosalia. "Itu benar, Asisten Ben. Tidak hanya itu, wanita ini juga memberikan alasan yang sama seperti semua wanita yang ingin menemui Tuan Ernest sebelumnya." Timpal Security yang satunya. Pria yang tadi menegur, yang tak lain adalah Ben... Sontak mengerutkan keningnya. Lima menit yang lalu, Ben baru mendapat telpon dari supir mansion yang telah ditugaskan untuk mengantarkan Rosalia ke Gail Group. Dan ketika menghubunginya, supir mansion mengatakan padanya kalau Rosalia telah berada di Gail Group untuk memberikan berkas Ernest yang tertinggal di mansion. Karena itulah Ben segera meninggalkan kantor Ernest untuk menjemput Rosalia. "Asisten Ben, ini aku! Rose!!" teriak Rosal
"Tuan Ernest, bukankah kamu yang telah memintaku agar secepatnya ke Gail Group untuk mengantarkan berkas milikmu!" Rosalia mengerucutkan bibirnya lalu menyerahkan berkas yang ia bawa. Tapi, ia tidak menyerahkannya secara langsung pada Ernest, melainkan meletakkannya ke atas meja yang ada di hadapan Ernest. "Tugasku sudah selesai!" tanpa menunggu jawaban Ernest, Rosalia kemudian membalikkan tubuhnya. Berjalan menuju lift tempat beberapa saat yang lalu ia baru saja keluar dari lift tersebut. "Siapa yang telah mengijinkanmu untuk pergi?" cetus Ernest dingin. Kedua alis tebalnya menyatu ke tengah, dan sesaat setelahnya ia melirik Ben lalu memberi isyarat agar Ben segera meninggalkan ruangannya. "Baik, Tuan." Ben langsung pergi begitu saja melewati Rosalia yang justru kini telah menghentikan langkahnya. "Nona Rosalia, tolong jaga sikapmu. Sebaiknya Nona tidak memancing kemarahan Tuan di sini." Bisiknya, ketika ia berpapasan dengan Rosalia. Kata-kata Ben itu, membuat Rosalia mendelik gusa