Share

Bab 3. Siapakah Ernest?

"Tidak, aku tidak mau Ayah!"

Rosalia dengan tegas menolak. Mimpinya untuk lanjut kuliah dan meraih cita-cita tidak boleh kandas. Dan, jika ia menyetujui menjadi pengganti kakaknya, itu berarti ia harus mengatakan good bye pada kebebasan yang ia suka.

"Rosi!!"

Kompak, ayah dan ibunya bereaksi atas penolakan Rosalia.

Setelah permohonan ayahnya tidak mempan, kini gantian ibunya yang mengiba. "Rosi, Ibu mohon! Kamu harus memikirkan tentang kehormatan keluarga kita!"

Rosalia mendesah panjang. Menerima pertunangan mungkin bisa membersihkan kembali nama Keluarga Heart. Tapi bagaimana jika calon suaminya pada akhirnya tahu kalau ia tidak lagi suci?

Selain itu, Rosalia tahu kalau Keluarga Gail menjadikan keperawanan sebagai salah satu syarat untuk bisa bersanding dengan mereka.

Di tengah desakan kedua orang tuanya, akhirnya Rosalia mengangguk, terpaksa menyetujui ide gila itu. Tapi tidak semudah itu, ia lalu mengajukan syarat kepada kedua orang tuanya bahwa ia ingin mengenal dan memilih sendiri calon suaminya.

Sekarang, syarat yang ia ajukan justru membuatnya tertekan. Niat hati ingin mengulur waktu, syarat itu justru disetujui dengan begitu mudahnya.

"Bagaimana jika putra Paman Carlisle tidak bisa menerima keadaanku nanti?"

Rosalia yang kini telah berada di dalam kamarnya dan tengah duduk di pinggir ranjang menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur empuknya. Netranya yang berwarna abu-abu cerah menatap nanar langit-langit kamar dengan tatapan kosong, tanpa menyadari kalau seseorang telah masuk ke dalam kamarnya secara diam-diam.

"Hei, Non. Menghilang ke mana kamu semalam?"

Mendengar pertanyaan itu, Rosalia sontak kembali duduk di pinggir ranjang. Ia menatap pada gadis seusia dirinya yang kini sedang berdiri tepat di hadapannya.

"Luna? Berapa lama kamu berdiri di situ?" tanyanya bingung.

Luna yang awalnya ingin menginterogasi Rosalia, segera menghampiri sahabatnya itu.

"Belum lama. Ibumu yang memberitahuku kalau kamu sudah kembali ke mansion." Sejenak, Luna menjeda kalimatnya sambil memperhatikan Rosalia, "Tahukah kamu betapa paniknya aku semalam?"

"Maaf." Rosalia tersenyum kaku. Ia tentu saja tahu kalau semalam Luna pasti panik karena ia tidak kembali ke tempat pesta. Tapi, semalam ia juga tidak bisa menghubungi sahabatnya ini, karena Ernest sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk menyentuh ponselnya. "Apakah Ayah tahu kalau aku tidak bersamamu semalam?"

"Menurutmu?"

"Oh, sukurlah."

Rosalia kembali tersenyum, ia sangat percaya pada Luna. Sahabatnya ini pasti tidak akan berani mengatakan pada Ayahnya bahwa ia menghilang dari pesta semalam.

Apalagi, Ayah Luna merupakan asisten pribadi Ayahnya yang juga ikut hadir bersama Ayahnya di acara pesta pertunangan semalam. Jika sesuatu terjadi padanya, kemungkinan Luna dan Ayahnya juga akan turut disalahkan oleh kedua orang tuanya.

"Rosi?"

"Apa?"

"Kamu belum mengatakan padaku ke mana kamu pergi semalam!”

"Ah, benar. Aku lupa." Rosalia menepuk jidat mulusnya sembari terkikik geli.

Luna yang melihat tingkah Sahabatnya itu, merengut kesal.

"Hei, jangan katakan kalau kamu sudah pergi dengan seorang pria!"

"Tentang itu..." Rosalia menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan sebelum ia melanjutkan kalimatnya. "Aku..."

"Jadi tebakanku benar?"

"Ah, hahaha..." Rosalia menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. "Luna, aku bisa menjelaskannya!"

"Oh? Kalau begitu jelaskan sekarang!" titah Luna tanpa basa-basi.

Rosalia tidak langsung membuka mulutnya, ia mengambil waktu sejenak untuk menata kata-kata yang akan ia sampaikan kepada Luna.

"Aku... Aku menghabiskan malam bersama seorang pria yang bernama Ernest!"

"Apa?!!"

Rosalia tersentak kaget, ia hampir reflek memukul kepala Luna setelah mendengar teriakan dari sahabatnya itu. "Hei, haruskah kamu berteriak sekeras itu?!" ia memukul lengan Luna.

Luna memilih untuk mengabaikannya dan justru menatap Rosalia dengan wajah serius.

"Kamu bilang, kamu semalam suntuk bersama Ernest? Sang Casanova di Klub Malam yang kita datangi semalam?"

"Kamu mengenalnya?"

Luna menggelengkan kepalanya, "Aku tidak tahu nama belakangnya. Tapi sepertinya dia cukup terkenal di Klub Malam itu. Dia terkenal sebagai pria yang suka melakukan hubungan satu malam dengan wanita yang berbeda. Aku juga mendengar kalau dia tidak akan pernah mau berhubungan lagi dengan wanita yang pernah ditidurinya."

"Hanya itu?" Rosalia memutar bola matanya, sebal. "Kalau hanya itu, aku sudah tahu."

"Hei, aku jarang pergi ke Klub, oke? Jadi wajar saja kalau informasi yang kudapatkan hanya sedikit," sungut Luna, "Dan juga, semua informasi ini baru kudengar tadi malam, sewaktu aku mencarimu. Saat itu, aku melihat seorang wanita dewasa sedang bertanya tentang seorang pria yang bernama Ernest pada bartender. Katanya, seharusnya Ernest ada di Klub semalam, karena dia sempat melihat Ernest memasuki Klub."

"Luna, bukankah kamu terlalu kepo sampai rela menguping pembicaraan orang?" Rosalia berusaha keras menahan senyumnya ketika melihat Luna melotot padanya.

"Rosi?"

"Apa?"

"Apakah menurutmu Ernest tidak terlalu tua untukmu?"

Rosalia menggedikkan bahunya, "Menurutku dia tidak setua itu." Yah, baginya Ernest masih cukup muda. Walau terlihat dewasa, tapi sebenarnya wajah Ernest belum memiliki kerutan sama sekali. "Mungkin saja dia tipe pria yang sangat mementingkan penampilannya," pikirnya. "Hei, dari mana kamu tahu kalau dia sangat dewasa padahal kamu belum pernah melihatnya?!"

Sementara Rosalia dan Luna terlibat obrolan seru mengenai kejadian semalam bersama Ernest, di sebuah gedung pencakar langit yang memiliki 21 lantai, seorang pria berwajah dingin saat ini tengah duduk di kursi kerjanya sambil memperhatikan layar ponselnya. Sesekali ia tersenyum tipis, menampilkan dua cerukan dalam yang muncul di tengah-tengah kedua pipinya yang tegas.

Alis pria ini tebal dan rapi, hidungnya ramping dan tinggi. Dan kedua rahangnya bak pahatan sempurna yang dipahat oleh pengrajin seni ternama.

"Tuan, ini informasi yang Tuan minta pagi ini."

Seorang pria lain dengan dandanan rapi menyodorkan sebuah amplop ke hadapan Ernest yang masih belum melepaskan pandangannya dari layar ponselnya.

"Tuan Ernest?"

"Hmmm... Kamu sudah mendapatkan semua informasi tentang gadis yang bersamaku semalam?" Ernest langsung menyimpan ponselnya ke dalam saku jasnya, kemudian mengangkat wajahnya. Ia menatap pada Asistennya yang sedang menyodorkan sebuah amplop kepadanya.

"Sudah, Tuan. Semua informasi yang Tuan inginkan ada di dalam amplop ini!"

Ernest mengambil amplop yang disodorkan padanya. Ia membuka amplop itu lalu mengeluarkan beberapa lembar kertas dari dalam amplop tersebut, dan membacanya saksama.

"Rosalia Heart?" ia mengerutkan keningnya ketika membaca nama belakang yang tertera setelah nama Rosalia. "Jadi gadis itu juga memiliki marga Heart?"

Semalam, ia memang belum sempat berkenalan dengan benar dengan Rosalia. Tapi ia ingat Rosalia telah menyebutkan namanya sebelum ia menyentuh gadis kecil itu. Namun, yang membuatnya merasa gusar sekarang adalah karena nama belakang Rosalia!

Heart, nama yang sama dengan nama gadis yang seharusnya bertunangan dengan anggota keluarga Gail semalam.

"Apakah dia orang yang sama?"

"Maksud, Tuan?"

"Apakah dia calon tunangan dari salah seorang putra Carlisle?"

"Bukan, Tuan Ernest. Dari informasi yang aku dapatkan, seharusnya yang bertunangan dengan putra Tuan Carlisle semalam adalah Kakak kembar dari Nona Rosalia, Rose Heart. Tapi yang aneh, ketika Tuan semalam bertemu dengan Nona Rosalia di Klub, ternyata Nona Rose melarikan diri dari pertunangannya."

"Oh? Apakah kamu yakin kalau yang telah menghabiskan malam bersamaku semalam adalah Rosalia, dan bukan Rose?"

"Sebelumnya ketika Tuan mengatakan kalau namanya adalah Rosalia, aku sempat berpikir kalau Nona Rosalia adalah Nona Rose, Tuan. Tetapi tebakanku salah. Dan hal itu dibenarkan oleh kedua Bodyguard yang telah Tuan utus untuk mengantar Nona Rosalia pulang.” Pria pembawa informasi penting itu menjeda kalimat panjangnya. “Menurut mereka, yang mereka antar adalah Nona Rosalia. Sebab setiap kali mereka memanggil nama Nona Rosalia, gadis itu selalu meresponnya, Tuan."

Ernest memegang dagunya dengan gestur tidak terbaca. "Hmmm... Jadi dia kembar? Lalu di mana Saudari kembarnya sekarang?"

Komen (7)
goodnovel comment avatar
Allyaalmahira
makin seru ihh.. lanjut ah
goodnovel comment avatar
Baby Yangfa
Yang dewasa yang lebih menantang ya Rosalia
goodnovel comment avatar
Rifatul Mahmuda
makin seru aja, lanjutkan Thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status