Share

Bab 4. Mengunjungi Mansion Keluarga Gail.

"Rosi, kamu sudah siap?!"

Suara teriakan itu yang berasal dari Ibunya membuat Rosalia tergugu. Ia yang sedari tadi masih mencoba menghubungi Rose tetapi tidak membuahkan hasil, cepat-cepat memasukkan ponselnya ke dalam tas.

Namun, tidak lama setelahnya, ia mendengar ponselnya berdering.

"Siapa yang menelponku!" Rosalia mengeluarkan kembali ponselnya, "Rose?" matanya berbinar kala melihat nama Rose tertera pada layar ponselnya. Dan sebelum ia sempat mengangkat panggilan itu, teriakan Ibunya kembali terdengar dari luar kamar.

"Rosi?!"

"Sebentar, Bu. Aku akan keluar sebentar lagi!" sahut Rosalia sambil berteriak juga.

Tidak ingin Ibunya menjadi cemas, Rosalia terpaksa mereject telepon dari Rose. Ia memutuskan untuk mengirim pesan pada saudara kembarnya itu.

[Nanti aku akan menghubungimu, Rose. Sekarang, aku harus pergi karena Ayah dan Ibu sudah menungguku.]

Rosalia bergegas menyimpan kembali ponsel miliknya lalu pergi meninggalkan kamarnya.

Ceklek!!

"Kamu sudah siap?"

Rosalia menganggukkan kepala pada Ibunya. Untung ia bertindak cepat dengan tidak mengangkat panggilan Rose. Kalau tidak, ibunya yang sudah berdiri tepat di depan pintu kamarnya pasti akan mendengar perbincangan mereka.

"Sudah, Bu," jawabnya sambil mencoba mengulas seraut senyum di bibirnya. Senyum yang sedikit dipaksakan, karena demi apapun sebenarnya ia sama sekali belum siap untuk menemui keluarga Gail. Terlebih lagi bertemu dengan kedua anak laki-laki Carlisle yang kemungkinan akan dijodohkan padanya.

"Bagus, ayo! Ayah sudah menunggu di bawah."

Elizabeth meraih tangan Rosalia dan mengajak putri bungsunya itu untuk pergi bersamanya.

Berselang satu jam, setibanya di mansion keluarga Gail, kedatangan Rosalia bersama kedua orang tuanya disambut oleh Carlisle Gail bersama istrinya. Dan juga kedua putra mereka yang merupakan CEO dari dua perusahaan besar yang berada di bawah naungan Gail Group.

Oliver Gail, putra pertama Carlisle ini adalah CEO dari Gail Industries yang bergerak di bidang pembangunan perumahan. Sedangkan Edward Gail, putra kedua Carlisle ini merupakan CEO dari Gail Mart yang bergerak di bidang penjualan. Salah satu dari kedua putra Carlisle inilah yang tadinya akan dijodohkan kepada Rose.

Sebenarnya, masih ada satu pria lajang lagi di dalam keluarga Gail, yaitu CEO dari Gail Group yang merupakan adik kandung Carlisle. Sayangnya, Rosalia tidak terlalu mengenalnya. Rose hanya pernah menceritakan tentang Oliver dan Edward padanya.

Di ruang tamu mansion keluarga Gail, tidak banyak yang bisa Rosalia lakukan. Ia hanya duduk dengan canggung sambil sesekali melirik pada Edward dan Oliver yang juga tampak seolah terpaksa menghadiri acara malam ini.

"Sepertinya mereka juga membenci perjodohan ini." Rosalia tersenyum kaku kala netranya tanpa sengaja bersitatap dengan Oliver. Pria itu cukup tampan, hanya saja terlalu dingin. Sedangkan Edward, meski berwajah datar, tetapi masih tampak kekanakan. "Bukankah usianya dan Oliver hanya terpaut dua tahun?"

Rosalia mengalihkan pandangan pada kedua orang tuanya yang tampak asik membahas tentang persyaratan yang ia berikan.

"Jadi Rose ingin melakukan perkenalan terlebih dahulu dengan kedua putraku sebelum dia memutuskan untuk memilih salah satu dari mereka?"

"Benar." Alston mengangguk canggung sambil melirik istrinya.

Elizabeth yang mengerti arti dari lirikan suaminya itu langsung menimpali, "Selain itu... Ini juga berguna untuk memberi waktu kepada anak-anak agar mereka tidak menyesali pilihan mereka nantinya. Bagaimana pun, pertunangan ini kami yang atur, bukan atas keinginan mereka sendiri.”

"Hahaha... Tenanglah, Elizabeth. Aku mengerti," tukas Carlisle yang melihat kecanggungan dari Alston dan Elizabeth.

Mendengar pembicaraan kedua orang tuanya bersama Carlisle, Rosalia pun menghela nafas lega.

"Sukurlah."

"Kalau begitu, bagaimana jika Rose tinggal bersama kami di mansion ini selama satu bulan? Dengan begitu, Rose bisa lebih mengenal Oliver dan juga Edward."

Rosalia membeku mendengar usulan itu. Tanpa sadar, ia mengangkat wajahnya untuk menatap Carlisle.

"Apa ini?" umpatnya dalam hati. "Bagaimana mungkin aku bisa tinggal satu atap dengan kedua pria berwajah arogan itu?!"

Dengan wajah memelas, Rosalia berpaling pada Ibunya. Beruntung, Ibunya juga terlihat tidak menyetujui usulan yang baru saja Carlisle lontarkan. Namun, sebelum Ibunya sempat memprotes, Ayahnya telah terlebih dahulu menegur Elizabeth.

"Rosi?"

Rosalia memaksakan sebuah senyum pada Ibunya yang terlihat sangat sedih sekarang.

Tadi pagi, Rosalia akhirnya tahu, bahwa Ibunya sempat mengusulkan pada Ayahnya untuk menunda perjodohan. Minimal, menunggu hingga Rose ataupun Rosalia selesai kuliah.

Sayang, Ayahnya terlalu takut dengan ancaman Carlisle yang ingin menarik semua sahamnya dari perusahaan Keluarga Heart.

"Rose, bagaimana menurutmu?"

Terkejut mendengar pertanyaan itu, Rosalia kembali menatap Carlisle.

"Emmm... Maaf, tadi Paman mengatakan apa?" tanyanya canggung. Tadi, selama beberapa saat, ia memang tidak lagi memperhatikan percakapan Ayahnya dengan Carlisle. Karena seluruh pikirannya telah tersita oleh usulan Carlisle sebelumnya.

"Hahaha... Alston, aku pikir Rose terlalu gugup bertemu dengan kedua putraku."

Rosalia mengacuhkan ucapan Carlisle itu. Ia bahkan melirik Oliver, ingin tahu bagaimana tanggapan pria itu terhadap usulan Ayahnya. Namun, tidak ada yang berubah dari ekspresi pria dingin itu. Masih datar tanpa bisa ditebak.

"Rose, kamu mau kan tinggal bersama Paman dan Bibi di sini?"

Rosalia kembali berpaling, tapi kini ia bukan menatap Carlisle. Ia justru menatap Charlotte, istri Carlisle yang baru saja bertanya padanya.

"Terima kasih, Bibi Charlotte atas tawarannya.” Ia mencoba tersenyum meski berat. “Jika Ayah serta Paman Carlisle sudah memutuskan, bukankah aku hanya bisa menurutinya?"

"Bagus, hahaha..." Carlisle dan Charlotte tertawa senang. "Aku akan mengutus supir untuk menjemput Rose besok pagi!" tukas Carlisle.

"Hmmm... Mengapa aku tidak diberitahu jika ada pertemuan di sini?"

Kata-kata itu yang terdengar arogan, menghentikan percakapan penuh antusias Carlisle perihal rencana kepindahan Rosalia ke mansionnya. Dan membuat semua orang yang berada di ruang tamu sontak berpaling ke arah pintu mansion, di mana dua orang pria tengah melangkah tegap menuju ruang tamu.

Mata Rosalia membulat hebat. "Dia?!" Rosalia yang mengenali kedua pria yang baru saja datang itu langsung membeku. "Mau apa dia ke sini?!"

Comments (4)
goodnovel comment avatar
MAF_0808
ernest ya aduh seneng dong ernest bisa deket lagi ama rosalia
goodnovel comment avatar
Rifatul Mahmuda
Ernest tuh, pasti.
goodnovel comment avatar
Nur Wenda
pasti ernes .........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status