Aku tak peduli siapa pemilikmu, saat aku menginginkanmu kupastikan kau hanya akan jadi milikku~Gibran Yudhistira~***Gibran menoleh ke samping dan menatap Sean tajam setelah mendengar nama yang diucapkan oleh sahabatnya itu, sedangkan Sean yang sedang asik menatap layar ponselnya tak menyadari tatapan mata Gibran, Yaza saat itu sedang menerima panggilan telpon, hanya Arik yang menyadari perubahan wajah Gibran disana.Gibran Yudhistira, Sean mengenalnya dari jaman kuliah dulu, saat itu William Genaaro, ayah Sean mengirimnya untuk menempuh pendidikan di Jerman. Disanalah Sean mengenal Gibran, Arik dan Yaza. Satu tahun kemudian adik kandung Sean, yaitu Jerome Genaaro menyusulnya untuk kuliah di kampus yang sama, karena jaran usia antara Sean dan Jerome hanya terpaut satu tahun, akhirnya Jerome pun masuk ke dalam lingkaran pertemanan mereka.“Ehem...” Arik sengaja berdehem cukup keras untuk mengalihkan perhatian Gibran, dan triknya cukup berhasil. Gibran tak lagi memandang tajam ke arah
Pagi ini Aleeka bernapas lega, karena dia bisa memakan sarapanya tanpa mual. Aleeka mengelus perutnya dan mengambil gelas berisi susu ibu hamil yang dibuatkan oleh Nancy.“Terimakasih nak, kali ini kau tidak rewel, bahkan mama bisa menghabiskan segelas susu”Selesai sarapan Aleeka berjlan kembali ke kamarnya, dia harus bersiap pagi ini untuk memberikan laporan yang di mita oleh bosnya di perusahaan.“Nancy, aku akan pulang cepat hari ini dan mengantarmu ke rumah sakit untuk kemo, kau beristirahatlah, aku sudah memesan cleaning service part time untuk membereskan apartemen, jangan sampai kau kelelahan, ok?!”“Bagaimana mungkin aku kelelahan sayang, kau menyuruhku tidur dan makan seharian tanpa mengijinkanku melakukan apapun, aku bahkan merasa badanku pegal semua karena hanya berbaring saja, dan perlu kau ingat... aku baik-baik saja, meskipun kanker sialan ini hidup dalam tubuhku, tetapi aku masih mampu mengurusmu seperti dulu”Aleeka hanya tersenyum menanggapi ucapan Nancy, karena jika
Di dalam kamarnya Aqeela mengunci diri, dia meyuruh maid untuk mengantarkan makananya, dia tak berani turun ataupun keluar kamar, bahkan dia selalu berpura-pura masih berada di tempat tidur tiap kali ada pelayan yang masuk ke kamarnya.“Sial, kenapa Chelsea ada disini? apa hubungan dia dengan Sean? Bagaimana jika dia mengadu pada Sean? Bagaimana jika dia mengenali aku?” kembali Aqeela mengusap wajah dengan kedua tanganya, dia begitu terkejut saat melihat kedatangan Chelsea tadi malam, karena mereka pernah saling mengenal saat kontes pemilihan model di Paris sebulan yang lalu.Aqeela menutup wajahnya dengan bantal. “Aaarrggghhh... apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku harus mencari alasan untuk keluar dari rumah ini, sebelum Chelsea mengadu pada Sean”Aqeela mengambil ponselnya hendak menelpon seseorang, namun niat tersebut diurungkanya saat mendengar bunyi ketukan di pintu kamarnya.“Nona Aqeela, aku mengantarkan sarapan anda nona”“Masuk saja, dan letakan di meja”Selang berapa la
“Apa yang kau dapat dari hasil penyelidikanmu?” Sean kembali ke wajah seriusnya.Arik menatap Sean dan mengutuknya dalam hati, karena sudah mengerjainya pagi-pagi tadi. “Wanita yang bernama Nancy itu ternyata tinggal berdua dengan putrinya, dan kau tau siapa nama putrinya itu?”“Jangan main tebak-tebakan denganku, beritahu semuanya”Arik menghela napasnya, menatap malas pada Sean. “Nama putrinya Nancy adalah Aleeka Maharani Widjaya”“APA?!”Mata Sean membuka lebar mendengar nama yang disebutkan oleh Arik. Sean langsung teringat berkas laporan yang dia terima beberapa hari lalu, di sana tertulis ibunya Aqeela melahirkan secara operasi dikarenakan salah satu posisi bayinya melintang.“Disini Aqeela Maharani Widjaya, dan disana Aleeka Maharani Widjaya. Jadi... mereka kembar?” Sean bergumam sendiri namun masih bisa di dengar oleh Arik.“Kau ingin aku pergi ke Singapura?”“Kita. Kita yang akan pergi kesana, kau bersiaplah”Arik menganggukan kepala. “Apapun demi bayaran yang kau janjikan”
“Kau sudah melihatnya Sean?”“Iya, dia memang sangat mirip dengan Aqeela, dan aku yakin gadis yang saat itu tinggal di rumahku adalah dia, bukan Aqeela tetapi Aleeka”Sean dan Arik telah tiba di Singapura, atas permintaan Sean mereka langsung menuju ke apartemen Aleeka siang itu juga, namun saat mereka tiba, Aleeka dan Nancy sedang menunggu taksi online untuk mengantarkan mereka ke rumah sakit. Sean pun memutuskan untuk mengikuti mereka secara diam-diam hingga mereka sampai di rumah sakit. Sean terus mengawasi Aleeka dari tempat tersembunyi, dan dari situ dia mengetahui tentang kondisi Nancy serta obrolan Aleeka dengan dokter.Wajah murung Aleeka setelah mendengar penjelasan dokter tentang penyakit Nancy membuat Sean pun turut merasa bersedih, dia sangat ingin memeluk Aleeka untuk menghiburnya, namun apa daya saat ini Sean hanya bisa melihat Aleeka dari jarak jauh saja. Namun Sean begitu merindukan aroma tubuh Aleeka, dia pun mencari cara untuk berdekatan dengan gadis yang dirinduka
Bersembunyilah sejauh yang kau bisa, tapi saat aku menemukanmu, kau tak akan pernah bisa lari lagi dariku.~Seanders Genaaro~Singapura.Sean menatap layar ponselnya dengan bibir terus menyunggingkan senyuman. Malam ini dia susah sekali untuk memejamkan mata, dia hanya berguling ke kiri dan kanan sambil memegang ponsel di tanganya.Saat Aleeka dan Nancy di rumah sakit sore tadi, Sean sudah menyuruh anak buahnya untuk memasang cctv di seluruh area unit apartemen Aleeka, dan kini Sean tak henti-hentinya memandangi wajah Aleeka yang sedang pulas tertidur.“Aku rindu hembusan napasmu saat kau terlelap di bahuku baby”Sambil tidur terlentang Sean menaruh ponsel di dadanya, seolah itu adalah Aleeka, dengan memejamkan mata dia membayangkan saat malam panasnya bersama Aleeka.~\/~Pagi hari Aleeka terbangun karena mencium aroma kopi kesukaanya, Nancy memang biasa membuatkanya kopi di pagi hari.“Oh Nancy, sudah kukatakan jangan melakukan apa-apa dulu, dan tetaplah diatas ranjang” dengan mata
“Aku mengatakan hal yang sebenarnya Se-... maksudku Tuan Sean, aku benar-benar tidak bermaksud menipumu, tolong kasihanilah kami” Sean hanya diam dan dengan tatapan terfokus hanya pada Aleeka, dan hal itu membuat Aleeka menjadi semakin takut, terlebih dia mengingat bayi yang ada dalam kandunganya. Bagaimana jika Sean menuntut dan memenjarakanya? Sedangkan kondisinya saat ini sedang hamil. Itulah yang menjadi beban pikiran Aleeka saat ini. “Kemasi barang-barangmu, kita pulang sekarang” suara Sean melunak, ada senyum kecil yang dia sembunyikan di sudut bibirnya. “Tapi ini rumahku, kau hendak membawaku kemana?” “Ke Jakarta, atau ke Sisilia itu akan kita bicarakan nanti, untuk saat ini ikutlah saja dulu” “Tidak Sean, buk... bukan begitu maksudku... ehm.. dengar, aku ada pekerjaan disini, aku tak bisa meninggalkanya begitu saja” “Aku bisa mengatur semua itu, kau tenang saja” “Lalu bagaimana dengan Nancy, dia sedang menjalani pengobatan” “Aku sudah mengurusnya, dia akan mendapatkan p
Aleeka mengerjapkan matanya beberapa kali, sinar matahari yang masuk melalui celah jendela kamar membuatnya menyipitkan mata karena silau untuk sesaat lamanya. Perlahan dia mulai bangkit dan duduk, hal pertama yang di lihatnya adalah sebuah kamar besar nan mewah, juga temoat tidur king size dengan kasur empuk dimana dirinya terbaring.“Dimana aku?” lirih suara Aleeka berusaha mengingat rentetan kejadian yang menimpanya. Lalu ingatanya melayang pada saat kedatangan Sean ke apartemenya secara tiba-tiba, Aleeka pun tersentak dan menjadi ketakutan.“Ya Tuhan, apakh Sean sudah mengetahui kebohonganku? Oh tidak... aku harus memperingati Aqeela untuk hal ini, tapi di mana ponselku?”Aleeka mulai meraba dan mencari keberadaan ponsel di dekatnya, namun nihil, dia tak menemukan apapun bahkan dia juga tak mengenali tempat dimana dirinya berada saat ini.Tiba-tiba pintu kamar terbuka, dan masuk seorang wanita paruh baya dengan membawa nampan berisi makanan dengan aroma yang membuat perut Aleeka b