Share

Part 1

Kinara menatap sebuah benda yang sangat ringan dan indah di meja, dengan warna yang lembut terkesan elegan dan tak terlalu mencolok membuatnya terlihat menjadi romantis.

"Undangan pernikahan lagi." gumamnya lirih.

Ia mengambil undangan tersebut dan menghembuskan nafas berat, hatinya meringis saat melihat undangan tertuju untuknya. yang membuatnya sesak adalah, di situ tertulis untuk Kinara Larasati & partner.

Ia buka perlahan undangan itu dan mulai membaca isinya. ternyata teman sekolahnya dulu sewaktu SMA yang menikah, namanya Via.

Kinara menutup kembali undangannya, dan melangkah masuk ke kamar. ia merebahkan tubuh lelahnya di ranjang yang tidak empuk namun juga tidak keras.

Di tatapnya langit-langit kamar dengan sendu, apakah hanya dirinya yang tidak akan pernah memiliki pasangan? apakah dirinya sial soal urusan asmara? atau jangan-jangan ia memang terkena kutukan atas ucapannya dulu sewaktu SMA! pikirnya bertanya-tanya dalam hati.

Ia tersentak kaget dan bangun, begitu kata kutukan terlintas di pikirannya.

Ingatannya kembali menerawang ke 8 tahun yang lalu, dimana saat dirinya masih sekolah di bangku kelas 12 SMA.

Flashback on.

"Wee, kalian nanti kalau menikah mau target umur berapa?" tanya Mira pada ketiga sahabatnya.

"Kalau aku sih pengennya nikah muda, jadi biar pas nanti anak ku besar, jarak umurku sama anakku gak terlalu jauh." jawab Nazwa.

"Kalau kau Via?" tanya Mira.

"Aku maunya umur 25 tahun menikah." ucap Via dengan mata yang seakan menerawang masa depan.

"Kalau kau sendiri Mira?" tanya Kinara.

"Aku juga pengen nikah muda tapi kalau bisa ya setelah Nazwa." kata Mira nyengir.

Dan seketika tiga orang tersebut gantian menatap ke arah Kinara, dengan tatapan seakan bertanya 'kalau kau sendiri ingin menikah di umur berapa?'

"Ke-kenapa? kenapa kalian menatap ku seperti itu?" tanya Kinara heran dengan tatapan ke-tiga sahabatnya.

"Hmm, sepertinya tinggal kau sendiri yang belum menjawab." ucap Nazwa menyipitkan matanya.

"Nah, iya betul tuh kata Nazwa." sambung Via menimpali.

"Setuju! hei ayolah Nara, jawab pertanyaan kami!" sambung Mira dengan penuh tekanan agar Kinara mau menjawabnya.

Kinara tersenyum dan mengibaskan rambut panjangnya ke belakang. "soal menikah?" tanyanya terkekeh.

Ketiga sahabatnya mengernyit heran menatapnya, apa yang lucu sampai membuatnya terkekeh? pikir Mira, Nazwa, dan Via.

"Aku tidak percaya cinta! kalau bisa tidak usah menikah." ucap Nara begitu entengnya, seakan menganggap hal itu sebagai lelucon.

"Eh, hussss. Kinara gak boleh ngomong kayak gitu ah, ntar kalau sampai ucapanmu itu di kabulkan sama Tuhan bagaimana?" Via bergidik mendengar ucapan Kinara.

"Iya nih Kinara, gak boleh ngomong gitu." sambung Nazwa yang membeo membenarkan ucapan Via.

Sementara Mira mengangguk setuju dengan ucapan kedua sahabatnya.

"Hahaha, santai aja dong, gue cuma bercanda kelesss." ucap Kinara santai.

"Please deh Nara! itu tuh sama sekali gak lucu tahu!" ujar Mira tak suka.

Dan seperti biasa, kedua temannya yang lain membenarkan ucapan teman yang lainnya. kecuali ucapan Kinara sama sekali tak mereka hiraukan.

"Iya deh, iya maaf, aku tadi benaran cuma bercanda dan gak bermaksud apa-apa." jelas Kinara yang memang tadi bermaksud hanya bercanda.

"Hhhhh, baiklah Nara. kita mengerti maksud ucapanmu, hanya saja itu bukanlah lelucon--"

"Aku mengerti." Kinara memotong ucapan Via.

"Ok, jadi kapan target mu menikah?" tanya Mira kembali.

"Hmm, aku tidak tahu, mungkin aku yang bakalan terakhir menikah dari kalian." Nara terkikik mengucapkan kata-katanya.

Ketiga temannya saling pandang, lalu menatap Nara kembali yang masih terkekeh.

Flashback off.

Kinara meremas rambut panjangnya frustasi, wajahnya terlihat ketakutan.

"Apakah aku bakalan tidak menikah nantinya?" tanyanya bergumam sendiri.

"Tidak, aku tidak mau. ya Tuhan, tolong cabut ucapanku 8 tahun yang lalu. aku ingin menikah, aku juga ingin merasakan kebahagiaan punya pasangan seperti mereka." pinta Kia berdoa.

Wanita itu menitikkan air matanya, merasa menyesal dengan apa yang sudah terjadi.

"Minggu depan Via menikah, itu artinya setelah dia aku menikah kan? ku mohon kabulkan lah doaku, aku tidak mau melajang terus." semakin frustasi lah Kinara di dalam kamarnya.

***********

Seminggu kemudian...

Kinara mengobrak-abrik lemari pakaiannya, mencari gaun mana yang cocok untuk ia pakai ke acara pernikahan sahabatnya, Via.

Ia memutuskan memakai gaun berwarna merah, gaun cantik yang terkesan simple. tidak seksi namun juga tidak terlalu tertutup, sangat kontras dengan kulit Kinara yang tak putih namun bukanlah hitam, alias sawo matang.

Kinara menatap sekali lagi penampilannya di depan cermin, ia tersenyum puas melihat penampilannya malam ini.

Namun senyum itu memudar, ia memperhatikan lagi semuanya. wajahnya tidak lah cantik, pipi tirus dan tubuhnya yang terkesan sangat kurus membuatnya tak pede.

Sering sekali orang mengejeknya sih gizi buruk, atau tubuh tinggal tulang dan kulit. wajah penuh bekas jerawat dan terkesan kasar, kadang ia merasa malu sendiri.

Walau pun di tutupi dengan bedak setebal dempul, tetap saja wajah itu terlihat mengerikan. Kinara menghela nafasnya, ia harus percaya diri.

Setelah merasa cukup puas dan kuat, Kinara langsung menuju ke luar rumahnya. ia yakin taksi online yang di pesannya sudah datang, ternyata dugaannya benar, Kinara langsung masuk ke dalam taksi tersebut.

30 menit kemudian Kinara sampai di tempat acara pernikahan Via sahabatnya, Nara ragu ingin keluar dari dalam taksi melihat betapa mewahnya pernikahan sahabatnya itu.

"Sudah sampai mbak," ucap supir taksi saat melihat Kinara tak kunjung keluar.

"I--iya pak." akhirnya dengan berat hati Nara keluar, dan membayar ongkos taksinya.

Setelah taksi pergi, Nara berusaha menormalkan detak jantungnya dan mengurangi rasa gugupnya. Nara masuk ke gedung tempat acara pernikahan. kata Mira dan Nazwa acara pernikahannya dilaksanakan di lantai 15, Nara naik lift dan menekan angka 15.

"Nara!" panggilan suara wanita yang memanggil namanya ketika wanita itu sampai di lantai 15 tempat acara pernikahannya berlangsung.

Kinara menoleh dan mendapati Mira dan Nazwa, mereka berdua di temani suami dan anaknya.

"Apa kabar Nara?" tanya mereka setelah di dekat Kinara.

"Aku ba--baik." jawabnya terbata-bata.

"Sama siapa kesini?" tanya mereka celingak-celinguk mencari seseorang.

"Ehhm, itu aku--"

"Kenapa Nara?" tanya mereka heran.

"Aku mau permisi ke toilet," jawab spontan Nara.

"Ya sudah, pergilah." ucap Nazwa dan Mira.

Saat berbalik badan ingin berjalan ke arah toilet di belakang, tak sengaja Nara menabrak seorang wanita yang sedang memegang segelas minuman di tangannya. minuman itu tumpah dan mengotori gaun wanita itu, Kinara syok bercampur takut.

"Ma--maafkan aku nyonya." ucap Nara gugup.

"Kurang ajar!" maki wanita itu tak terima.

Kinara benar-benar tak sengaja melakukannya, ia terus berulang kali meminta maaf. Nazwa dan Mira juga sudah berusaha membantu sahabatnya itu dengan meyakinkan wanita itu jika Nara tak sengaja melakukannya.

"Dasar wanita buruk rupa!" ejeknya merendahkan Nara.

Semua mata sedari tadi sudah berpusat ke arah mereka, Nara begitu malu saat semua pasang mata menatap intens ke arahnya.

"Menjijikkan! wajahmu menakutkan sekali, seperti monster iihhh." ejek wanita itu lagi bergidik ngeri menatap wajah Nara.

Baru saja Nazwa dan Mira ingin bicara membela sahabatnya, tapi Nara yang malu langsung pergi dari tempat itu secepatnya.

Ia sangat malu sekali di hina seperti itu, tapi ia juga tidak bisa melawan ucapan wanita tadi. karena pada kenyataannya ia memang lah sih buruk rupa, jadi rasanya pun percuma bicara walau hanya sekedar ingin membela diri.

Nara berdiri di depan pintu lift, lift terbuka menampilkan pemandangan tak senonoh yang membuat Nara merasa jijik melihatnya.

Seorang pria sedang bercumbu dengan mesranya bersama seorang wanita, pria itu pas menghadap kearah Nara. tatapannya tajam namun menggoda, Nara sendiri hanya berdiam di tempatnya, ia bingung harus apa.

"Kau jadi masuk tidak?" ucap ketus pria itu bertanya pada Nara yang tak kunjung masuk ke dalam lift.

Melihat Kinara yang hanya diam saja, membuat pria itu kesal dan dengan gerakan cepat ia memencet kembali tombol lift. Nara dan pria itu masih saling memandang hingga pintu lift benar-benar tertutup.

"Wanita aneh!" gumamnya kesal.

"Siapa sayang?" tanya wanita yang bersamanya.

"Bukan siapa-siapa sayang, tetaplah posisi mu begini ya." wanita itu mengangguk.

Kinara terduduk lesuh tak bertenaga di tempatnya berdiri tadi, ia menangis pilu dengan kenyataan nasibnya.

"Aku hanyalah seorang gadis buruk rupa, yang tak akan pernah di cintai atau pun mendapatkan cintanya." kembali ia menangis sejadi-jadinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status