Share

Part 2

Kejadian barusan masih terus berputar di ingatan Nara, entah kenapa rasanya begitu sesak.

Nara berhenti di pinggir jalan, ia duduk di pinggir jalan seorang diri di tengah malam. kembali ia menumpahkan segala kesedihannya, bukannya ia tak bersyukur kepada sang kuasa karena telah lahir ke dunia tanpa cacat sedikit pun.

Ia hanya merasa mengasihani dirinya sendiri, kenapa semua orang begitu kejam memperlakukan dirinya. apa salahnya jika ia lahir dengan wajah seperti ini, wajah buruk rupa yang sering kali di cemoh orang-orang begitu.

TIIINNNNN!!!

Suara klakson mobil yang sengaja di tekan kencang oleh sang pengemudi, Nara menghalau sinar lampu mobil yang begitu terang dengan kedua tangannya.

Sang pemilik mobil keluar bersama supirnya tersebut menghampiri Nara, Nara menurunkan kedua tangannya. ia mendongak menatap wajah orang yang berdiri di hadapannya tersebut.

"Hhhh, kau lagi!" ucapnya tak suka.

Nara tetap diam di posisinya tanpa mengeluarkan satu kata pun, pria itu menatap sinis seakan jijik melihat Nara.

Hal yang tak di duga Nara sebelumnya, pria itu merogoh saku jasnya dan mengambil dompet super mahal miliknya. 

Pria itu membuka dompetnya dan mengeluarkan satu buah kartu kredit berwarna gold. ia lemparkan kartu itu ke arah Nara seraya berkata.

"Ambillah kartu itu, aku memberimu dengan ikhlas. kau boleh memakainya sepuas mu, dan...." pria itu menjeda ucapannya.

"Permak lah wajah dan tubuhmu hingga se-cantik mungkin, agar setiap orang yang melihat mu terkagum, bukan rasa jijik seperti ini." 

Setelah mengatakan itu pria tersebut pergi begitu saja, Nara bahkan sampai tak sempat mencerna ucapannya.

Nara mengambil kartu tersebut, ia remas kuat kartu kredit gold itu dengan rasa marah yang luar biasa.

"Pria sombong, aku benci padamu!" geram Nara.

***********

Nara kembali memulai aktifitasnya seperti biasa, pukul tujuh pagi Nara pergi bekerja di toko bunga milik Bu Karina. wanita baik hati yang mau mempekerjakannya, Kinara sendiri sudah terbiasa memanggilnya dengan sebutan bunda. atas dasar dari permintaan Karina lah yang sudah menganggap Kinara seperti putri kandungnya sendiri.

"Selamat pagi bunda." sapaan hangat yang selalu Nara berikan untuk wanita berumur 40-an tahun itu.

"Pagi juga sayang." Karina mencium pipi Nara, setelah Nara mencium punggung tangan kanannya.

"Bagaimana pesta tadi malam nak? lancar kah?" dua pertanyaan yang di berikan Karina membuat raut wajah murung di wajah Nara.

"Sangat seru bun." bohong Nara.

"Pasti sangat seru dong, kan sudah lama juga Nara tidak berkumpul dengan teman-teman sekolah, iya kan?" Nara mengangguk.

"Kalau gitu, Nara ke belakang dulu ya bun." Karina mengangguk.

Kinara berjalan ke arah belakang toko bunga. di sana ia melihat dua teman wanita yang juga bekerja di toko bunga ini.

"Selamat pagi semuanya." sapa Nara.

"Pagi Nara," jawab Elma dan Tria bersamaan sembari tersenyum hangat ke arah Nara.

Mereka bertiga memulai pekerjaannya, memilih bunga-bunga segar yang siap di jual dan di rangkai seindah mungkin.

Siang harinya toko bunga bunda Karina tampak sepi pembeli. sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti di toko bunga bunda Karina. seseorang yang mengemudi mobil tersebut keluar, dan membuka pintu mobil bagian belakang. 

Keluarlah seorang pria bertubuh tinggi tegap, pria itu berjalan dengan angkuhnya masuk ke dalam toko bunga.

"Selamat datang di toko bunga bunda Karina." sapa Elma, Tria dan Nara membungkuk hormat menyambut kedatangan pria tersebut.

Tepat saat mereka bertiga menegakkan tubuh, pria itu membuka kaca mata hitamnya.

"Aku mencari bunga Lily segar," ucapnya dengan suara serak-serak seksi. 

Nara membulatkan matanya melihat sosok di hadapannya sekarang ini, lain halnya dengan pria itu tampak terkesan cuek dan seperti tak mengenal Nara.

Elma dan Tria begitu terpesona melihatnya, dengan sigap mereka berdua melayani permintaan pria itu.

Sementara Nara hanya berdiam diri di tempatnya, setelah Elma dan Tria tengah sibuk mengurusi pesanannya, pria itu menatap intens Nara.

"Kenapa kau masih jelek? apa uang yang ada di kartu itu kurang untuk merubah wajah, tubuh, dan penampilan mu?" tanyanya begitu kasar.

Nara memejamkan matanya berusaha menahan kesabaran, di hirupnya nafas dalam-dalam. 

"Ini Tuan." ucap Elma dan Tria menyerahkan serangkaian bunga Lily pada pria itu.

"Terima kasih." ucapnya tersenyum.

Baru saja pria itu membalikkan badannya bersiap pergi, namun kembali ia membalikkan badan menghadap ke arah tiga wanita tersebut.

"Baru kali ini aku melihat seorang pekerja di toko bunga begitu jelek." ucapnya sinis melirik ke arah Nara.

Wajah Elma dan Tria yang tadinya tersenyum kini memudar, mereka berdua merasa tak enak dengan Nara.

"Sebaiknya di ganti saja yang buruk itu, haha itu cuma saran ku saja ya, permisi." ucapnya lagi mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum manis.

"Tunggu!" teriak Nara nyaring saat pria itu baru berjalan beberapa langkah ingin keluar.

Nara berjalan ke arah pria itu, lalu mengeluarkan satu buah kartu kredit gold pemberiannya. terlihat jelas kartu itu sudah lecek dan nyaris hancur.

"Aku kembali kan ini padamu." Nara meraih tangan besar pria itu lalu meletakkan kartu kredit gold miliknya.

"Uang memang penting untuk kebutuhan manusia, tapi uang juga bukan segala-galanya. jika anda merasa bangga dengan apa yang anda miliki sekarang, seharusnya anda bisa menjaganya dengan baik, bukan dengan memberikan kepada orang lain dengan mudahnya." ucap Nara.

Pria itu memperhatikan tajam Nara yang seperti memberinya wejangan.

"Aku memang lah tidak cantik, tapi bukan berarti setiap orang berhak menghina dan menghakimi ku. apa salah orang yang terlahir dengan wajah jelek? apakah hidupku mengganggu orang lain? apa...." ucapan Nara terhenti karena pria itu mengangkat sebelah tangannya.

"Sudah selesai?" tanya pria itu memotong ucapan Nara.

"Aku tidak punya niatan untuk menghina atau pun menghakimi mu, aku hanya memberikan sekedar rasa kasihan ku padamu." ujar pria itu lagi-lagi mencemoh Nara.

"Tahu apa anda dengan ku? sehingga dengan mudah anda begitu perhatian memberikan rasa kasihan padaku." ucap nyalang Nara.

Pria itu tertawa. "sudahlah, membuang waktu saja berdebat dengan gadis jelek seperti mu. sudah jelek, sok hebat lagi." pria itu menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Terima kasih untuk pelayanan disini, jika lain kali aku beli bunga lagi disini, aku harap tidak melihat wajah wanita ini lagi." ucapnya dengan menudingkan jari telunjuknya ke arah Nara.

Setelah mengatakan itu pria itu keluar dari dalam toko bunga, ia memakai kaca mata hitamnya dan masuk ke dalam mobil.

Nara terpaku di tempatnya, air mata turun membasahi pipinya dengan derasnya. Elma dan Tria menghampiri Nara, masing-masing memeluk tubuhnya dari arah samping.

Nara tersenyum, ia bersyukur memiliki dua teman wanita yang masih begitu perhatian padanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status