Share

TK 5

"Anggota kerajaan tidak boleh bersikap seperti ini" ujar Evan.

"Kamu pikir ini cukup?" tanya Damon meremehkan.

"Hm?" 

Wush!

Evan terkejut melihat Damon melepaskan diri dari serangannya menggunakan kekuatan angin. 

"Dan kamu pikir, hanya kamu yang bisa mengendalikan tanah?" tanya Damon. 

"Salah besar, seorang rakyat tidak boleh memberontak apalagi menyerang anggota kerajaan. Atau itu bisa disebut pengancaman dan kekerasan" imbuhnya.

Sret!

Wush!

Evan menghindar dengan mudah ketika Damon menyerang dengan serangan tanah, kekuatannya cukup besar juga.

Tanah yang tadinya landai, berubah tekstur dan pecah-pecah. Meskipun itu tak seberapa, Evan yakin dirinya bisa melakukan hal lebih besar.

"Kita bicara baik-baik, dan bukannya seorang anggota kerajaan wajib melayani keluhan rakyat ya?" ujar Evan tenang.

"Bagaimana sekarang? Aku mengeluh soal keamanan yang buruk. Kamu sendiri bahkan tidak berani menampakkan diri kepada masyarakat" imbuhnya heran.

Damon terdiam, memang darimanapun dilihat pihak kerajaan salah, tapi tidak mungkin dia yang menjadi salah satu bagiannya, menunjukkan betapa buruknya kerajaan sekarang.

"Aku akan menemui raja di kerajaan, dan mengatakan jika pekerjanya bersikap buruk" ujar Evan.

"Jangan pernah datang ke kerajaan" timpal Damon.

"Hah? Ada apa lagi? Aku semakin yakin jika kerajaan sedang dalam keadaan buruk" ujar Evan.

"Diam!" bentak Damon.

"Kamu tidak tahu apa-apa, jangan asal berbicara" imbuhnya.

"Lihatlah, hanya dengan satu pernyataan aku membuat mu marah. Hal itu membantu menjelaskan semuanya" ujar Evan tersenyum miris.

"Maaf Evan, ku pikir kamu orang yang bisa diajak berkerjasama" ujar Damon.

"Tapi ternyata tidak" imbuhnya seraya mengeluarkan serangan angin ditangannya.

Evan melihat perlawanan itu hanya tersenyum. Jika ingin, mengalahkan Damon adalah hal yang mudah.

"Oke-oke baiklah, aku tidak seharusnya berbicara seperti itu" ujar Evan mengalah.

"Lagipula orang desa dan terpencil seperti aku tak bisa langsung berspekulasi, hanya karena ini waktu pertamanya datang ke kota" imbuhnya.

Perlahan Damon menurunkan serangannya, Evan juga terlihat terbang membentang sayap.

"Terimakasih mu aku terima, lain kali tetap datangkan prajurit meskipun masalah telah selesai" ujar Evan memberikan sarannya.

"Aku pamit, ayah ku membutuhkan anaknya untuk membantu berdagang" imbuhnya pergi terbang.

Damon terdiam menatap kepergian Evan, tadinya dia tak bermaksud bersikap seperti ini. Tapi sesuatu seperti mendorongnya.

Evan sendiri tadinya hendak menyerang Damon, tapi ungkapan 'jangan datang ke kerajaan' membuatnya banyak berpikir. Mungkin kastil itu sedang kacau, dan mungkin juga yang Damon lakukan berkaitan dengan itu.

Tapi sudahlah, enggan terlalu memikirkannya. Evan pergi melesat cepat kembali ke kota. Damon sendiri langsung pulang ke kerajaan dengan jalur memutar.

Singkatnya Evan sudah kembali, Mikaila tampak sudah membereskan semua dagangannya, padahal Evan tahu, jika masih banyak senjata yang belum dia jual.

"Kenapa kita membereskannya ayah?" tanya Evan.

"Jangan banyak bicara, bantu ayah dulu. Akan ayah ceritakan semuanya di rumah" ujar Mikaila rusuh.

Terpaksa Evan pun menuruti perintah sang ayah, meskipun dia sangat penasaran. Tapi sepertinya bukan sang ayah saja yang rusuh, beberapa pedagang juga terlihat membereskan gerainya.

Sedangkan Damon, lelaki itu juga pulang dengan perasaan heran, Sepanjang perjalanan dia melihat masyarakat gelisah. Ada apa? Padahal sedang tidak terjadi sesuatu.

Hal itu membuat Damon ikut gelisah, jalan keluarnya adalah dengan menemui sang ayah dan bertanya apa yang sedang terjadi.

Evan dan Mikaila juga bergegas, mereka pergi terbang dan meninggalkan direwolfnya berlari sendiri. 

Ada hal baru yang tersebar tadi di kota, dan itu membuat Mikaila takut. Beberapa orang yang juga sama seperti dirinya pun merasakan hal yang sama. 

Wush!

Wush!

Wush!

"Ayah apa semuanya baik-baik saja" ujar Evan.

"Tidak. Kita harus segera sampai di rumah" timpal Mikaila.

"Tapi kenapa?" tanya Evan.

"Agar kita bisa pergi" jawab Mikaila membuat Evan semakin bingung.

Ditempat lain, Damon sampai di kerajaan dengan selamat. Lelaki itu langsung melesat mencari sosok ayahnya. Namun tak ia temukan, malah sosok Kanagara yang menyambutnya.

"Dari mana saja kamu?" tanya Kanagara.

"Bukan urusan mu, yang jelas aku melakukan sesuatu yang seharusnya kerajaan ini lakukan" ujar Damon sarkas.

"Dan, ya. Dimana ayah ku?" imbuhnya bertanya.

"Melakukan pekerjaan kerajaan kata mu? Kalau begitu bagaimana bisa bangsa iblis sudah menguasai Vaneheim?!" ujar Kanagara membuat Damon terkejut.

Apa benar yang dikatakan pangeran itu?.

"Jangan bercanda Kanagara" ujar Damon.

"Untuk apa aku bergurau hal seperti ini? Kamu tahu, aku sangat pusing sekarang?! Bagaimana jika bangsa kotor itu sudah menyiapkan rencana besar dan immortal akan hancur" timpal Kanagara sedikit panik.

"Kamu memang tidak cocok menjadi seorang raja, bahkan aku ragu dengan gelar pangeran mu" sinis Damon.

"Masih sempat mulut mu itu menghina ku? Apa bedanya sekarang?" ujar Kanagara.

Damon memilih tak memperdulikan Kanagara, lelaki itu melengos meninggalkannya. Kanagara sendiri, kembali larut dengan pikirannya. Yang harus dia lakukan sekarang adalah menenangkan rakyat karena berita penyerangan ini sudah menyebar.

Sret!

Meninggalkan sang pangeran, Damon meringsek masuk kedalam ruang kerja ayahnya. Dan benar saja, lelaki itu sedang berbicara dengan para jendral.

"Ayah bagaimana semua ini terjadi?" tanya Damon to the point. Persetan dengan para jendral yang harusnya dia hormati.

"Bangsa iblis berhasil merasuki seorang dewa sihir, mereka lalu menanamkan kekuatannya pada semua orang. Alhasil satu kawasan Vaneheim berubah jadi pasukan iblis baru" jawab sang ayah.

"Ini akibatnya jika bagian keamanan longgar!" desis Damon menyulut beberapa jenderal.

"Apa maksudnya tuan Damon berkata demikian?" tanya salah seorang dari mereka dingin.

"Kami sudah melakukan tugas semaksimal mungkin, menjaga keamanan bahkan berkelana atas kemauan sendiri" timpal yang lainnya tegas.

Namun Damon tak terintimidasi sama sekali, lelaki dan itu tersenyum kecut dengan tenang.

"Kalau begitu aku harus mengasihani kalian. Sebelumnya terimakasih atas jasanya. Tapi apa kalian tahu bagaimana keadaan bawahan kalian ketika tak terkontrol jendralnya?" tanya Damon.

"Banyak kasus kejahatan di kota yang sudah tak ditangani lagi, prajurit tidak ada yang peduli. Dan kenapa bisa Vaneheim berubah jadi pasukan iblis? Bukan karena penjagaan kerajaan yang tak lagi maksimal bukan?" imbuhnya sarkas.

Para jendral terdiam. Mereka tidak tahu jika bawahannya selama ini bersikap demikian.

"Siapkan pasukan untuk perketat penjagaan, bangun aliansi untuk semua kemungkinan terburuk" ujar Damon.

"Tapi sebelum itu seleksi lagi mana prajurit yang pantas mengemban tanggungjawab ini" imbuhnya melengos pergi.

Ditempat lain Evan dan Mikaila sudah sampai, Austin sang isteri menyambutnya dengan gelisah.

"Ada masalah? Kenapa kalian terlihat buru-buru?" tanya Austin.

"Kita bicarakan didalam" ujar Mikaila.

Ketiga orang itu pun masuk, dan si kepala keluarga mulai menceritakan apa yang tadi terjadi.

"Vaneheim telah berubah jadi pasukan iblis, kerajaan akan melakukan pengetatan penjagaan" ujar Mikaila.

"Lalu?" tanya Austin.

"Kerajaan kekurangan anggota keamanan, mereka pasti akan menarik setiap pemuda utamanya dewa dan akan dijadikan tentara perang" ujar Mikaila.

Tatapan kedua orangtua itu langsung tertuju kepada Evan, sedangkan yang ditatap diam terpaku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status