Share

TK 9

Ceklek!

Evan membuka pintu kamarnya, Mikaila dan Austin langsung tersenyum dan berhambur memeluk dirinya. 

Sungguh, Evan jadi merasa bersalah. Dia sudah menyakiti perasaan orang yang jelas-jelas tulus sayang padanya.

Mikaila dan Austin adalah sosok pengganti yang memberikannya kehangatan sebuah kasih sayang, yang dengan ikhlas menjaga, merawat dan membesarkannya sampai saat ini meski tahu mereka tak memiliki hubungan darah.

Tapi Evan juga tak bisa mengatakan maaf saat ini, kenyatannya dia memilliki ego tinggi. 

"Mari kita makan" ujar Austin menginterupsi.

Mereka bertiga pun beranjak menuju meja makan dan mulai sarapan pagi dengan suasana lebih baik dari sebelumnya. 

Ting!

Hanya suara dentingan alat makan yang terdengar, Mikaila dan Austin tidak pernah menghilangkan gurat senyum diwajahnya.

Ditempat lain, saat udara masih segar. Dan orang-orang belum beraktivitas semua. Immortal masih dalam keadaan tenang. Tidak pernah terpikir akan terjadi penyerangan.

Brush!

Zalan dan pasukannya tiba ditempat yang berbeda, tak kalah tenang seperti di kota. Kondisi kerajaan masih sepi. Beberapa maid dan dewi masak saja berkeliaran menyiapkan makanan pagi. 

Duar!

Duar!

Semua orang dibangunkan oleh alaram bom yang besar, para penjaga kerajaan langsung keluar dan melihat apa yang terjadi.

Sret!

Sret!

Sret!

Enam pasukan prajurit langsung berlarian ketika melihat halaman dan bagian samping kerajaan telah hancur, dan empat orang bersayap hitam terbang diatasnya.

"Bangsa iblis menyerang!"

"Bangsa iblis menyerang!"

"Bangsa iblis menyerang!"

"Bangsa iblis menyerang!"

"Bangsa iblis menyerang!"

Teriakan-teriakan itu langsung menggema di seluruh penjuru kerajaan.

Brak!

Kanagara yang masih terlelap di kamarnya sontak terjatuh dari kasur, telinganya tak salah dengar bukan?.

"Aish, sialan! Akan ku buat menyesal telah mengganggu tidur ku" keluh Kanagara sembari menarik seragam dan tongkat kekuatannya.

Zalan yang memimpin penyerangan kerajaan tersenyum lebar melihat dewa-dewa bodoh dibawahnya ketakutan.

"Sepertinya berita tentang raja itu benar adanya, mereka tak mempunyai nyali sekarang" ujar Clara.

"Huwaaa.. aku jadi malas bertarung" timpal Nikol.

Ketiganya menunggu perintah Zalan, sedangkan lelaki itu tampak tak bergeming dan terus memperhatikan pasukan kerajaan.

"Jika dalam hitungan lima mereka tak menyerang. Bunuh semuanya" ujar Zalan.

Sret!

Lelaki itu mengangkat satu tangannya ke atas. Memberi isyarat dengan lima jari. Hitungan mundur dimulai ketika ia menutup satu persatu jarinya.

Tiga!

Dua!

Satu!

Para pasukan kerajaan mengarahkan panahnya keatas. 

Sret!

Sret!

Sret!

"Tapi menyerang pun kalian akan tetap mati" ujar Clara sembari mengarahkan tangannya ke puluhan anak panah.

Cling!

Dan menghilang. Semua senjata itu raib.

"Tiga.. dua.. satu" ujar Nikol menghitung mundur.

Sret!

Jleb!

Jleb!

Semua panah itu tiba-tiba muncul dan menembus pasukan kerajaan. Semua orang langsung mati hanya dalam tiga detik saja.

"Hey! Panggil yang lebih kuat!" teriak Nakol. 

Suaranya menggema menakuti semua orang. Beberapa pasukan langsung berlari meminta bantuan. Mereka juga sedang memanggil jendral perang langsung.

Berbeda dengan Kanagara, saat penyerangan berlangsung. Damon sedang pergi ke pos penjagaan di Vaneheim, dia ingin melihat langsung keadaan disana. 

Tadinya berjalan lancar, bahkan sesekali Damon membuat obat ramuan berdasarkan jurnal yang dia teliti selama ini. Namun berita kerajaan dan kota yang tiba-tiba diserang membuatnya tak tenang. 

Damon mengendarai griffin yang dia bawa dengan kecepatan tinggi menuju kerajaan. Lelaki itu mengambil jalan memutar karena lupa tak membawa senjatanya. 

Jangan sampai dia melewati kota dan bertemu penyerang, yang ada dia mati ditengah jalan.

Saat Damon berlomba dengan waktu, Kanagara keluar membawa senjatanya.

Kenyataannya pangeran itu harus siap melindungi kerajaan dan immortal saat ini juga. Dengan raut serius, setelah berbincang beberapa saat dengan sang ibu di ruang utama kerajaan. Kanagara keluar bersama rombongan jendral.

Wush!

Wush!

Wush!

Mereka terbang dengan gagahnya. Zalan sendiri langsung tersenyum ketika melihat beberapa sosok yang tampaknya sedikit tangguh, sudah keluar.

"Berikan salam kalian anak-anak" ujar Zalan kepada tiga temannya.

Sret!

Kanagara dan pasukan Zalan menjaga jarak sekitar dua meter, tatapan mereka beradu. Bangsa iblis dengan kesombongan dan dewa dengan keangkuhannya.

"Berani sekali bangsa iblis menyerang kerajaan ku" desis Kanagara.

"Sepertinya dia pemegang tahta saat ini" bisik Nikol.

"Dia juga tampan, apa mungkin pangeran immortal?" timpal Clara.

"Sombong sekali tak menggubris perkataan ku" ujar Kanagara lagi.

"Hanya orang bodoh yang akan menyahuti perkataan mu tadi, jelas-jelas kami berani. Mata mu tak berfungsi dengan baik" timpal Nikol.

"Bukan. Tapi dia tak memiliki otak" timpal Zalan dengan nafsu tertahan.

Pasukan dewa berdecih. Setelah mendapatkan hinaan terang-terangan itu mereka tak menahan diri. Semuanya langsung menyerang Zalan juga teman-temannya.

Duar!

Di kota sendiri, sudah langsung porak poranda. Bangunan-bangunan yang terbuat dari batu rubuh rata dengan tanah, udara yang sejuk sudah tak ada. Berganti dengan asap pekat yang mengepul dimana-mana.

Ladia, Kanika dan Awar tersenyum melihat maha karyanya. Mereka bertiga tertawa cekikikan diatas langit. Dibawah sana orang-orang berteriak dan berlarian tak tentu arah. Beberapa sudah terkapar, ada yang menangis dan mengaduh.

"Asik juga mengajak tikus bermain" ujar Awar.

"Kita harus sering datang kemari" timpal Kanika.

"Kita lanjutkan agar lebih seru" imbuh Ladia diangguki keduanya.

Ketiganya menurunkan serangan lagi.

Duar!

Duar!

Ledakan pun terjadi dan membuat orang-orang semakin kalang kabut.

Kembali ke kerajaan. Pasukan dewa terkejut semua serangan mereka tak berkesan apa-apa. Semua itu dikalahkan oleh satu perempuan, Clara tadi temannya memanggil.

"Serangan kalian tak ada yang benar" ujar Clara bosan.

"Oh ya. Terima ini" desis salah satu jendral.

Dia mengibaskan tangannya. Sesaat tak terjadi apa-apa. Clara juga terdiam. 

Bugh!

Namun beberapa saat kemudian, perempuan itu tersungkur ketika sesuatu terasa menghantam kepalanya. Nikol sigap menangkapnya, mata Clara juling, jelas jika itu pusing sekali.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Nikol.

"Tua bangka itu mengagetkan aku" jawab Clara kembali sadar dengan cepat.

"Teleportasi mu tak berguna untuk serangan yang tak terlihat rupanya" gumam Kagara tersenyum senang.

Clara berdecih tak suka. Perempuan itu menghentikan serangannya dan digantikan dengan Nikol Nakol.

Melihat saudara kembar itu melangkah maju, Kanagara dan pasukan jendral lainnya memasang sikap siaga.

Wush!

Wush!

Wush!

Wush!

Nikol dan Nakol melesat cepat sekali. Mereka terlihat seperti berteleportasi tapi sebenarnya hanya berpindah tempat dengan kecepatan tinggi.

"Kami disini" ujar Nikol didepan wajah jendral.

Bugh!

Sesaat sebelum serangan itu kena, Nikol berpindah tempat.

"Bidik yang benar" seru Nakol.

Bugh!

Brak!

Iblis itu muncul tiba-tiba dan memukul salah seorang jendral. Dewa itupun terjatuh sampai ke bawah.

Zalan tersenyum menatap Kanagara, matanya seolah berkata. Melawan anak buah ku saja tak sanggup, jangan sampai aku turun tangan juga.

Dan Kanagara tak menyukainya. Dia yang memiliki kemapuan mengendalikan angin, langsung mengerahkan kekuatannya untuk menyerang Zalan.

Sret!

Sret!

Sret!

Zalan sedikit terkejut ketika angin disekitarnya berputar cepat, dan rasanya sedikit menyilet. Tangannya yang tak berbalut apa-apa tergores di sana-sini.

"Pengendali angin jarak dekat dan jauh ternyata" gumam Zalan.

"Tapi itu tak cukup" imbuhnya.

Wush!

Grep!

Dengan gerakan cepat, Zalan melesat dan mencekik leher Kanagara, pangeran immortal itu terbatuk ketika sedikit demi sedikit lehernya terasa panas.

"Jangan dulu mati" ujar Zalan.

Bugh!

Sekali gerakan dia memukul kanagara sampai lelaki itu menghantam permukaan tanah penuh bongkahan bangunan dibawah sana.

"Pangeran!" pekik semua jendral.

Para jendral mendesih ketika jungjunannya tampak tak sadarkan diri dibawah sana.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status