Share

07. Dua Gadis Remaja

"Assalamualaikum," ulang Zayna sambil mengetuk pintu.

Tok.

Hanya satu ketukan, tiba-tiba suara lembut menyapanya saat pintu tiba-tiba terayun terbuka. "Wa'alaikumsalam, Zay?" jawab Desi, Ibu Fatih. Menatap Zayna dengan seraut wajah yang menyambut hangat.

Zayna tersenyum, tidak menunggu lama mencium punggung tangan Mama Desi. "Hai, Tan," sapa Zayna sedikit canggung. Di sisi lain merasa lega, untunglah bukan Fatih yang membukakan pintu.

"Hai, sayang. Astaga, Baru sampai? Ayo cepat masuk! Biar Mama yang bawakan kopernya." Desi meraih koper Zayna dengan memaksa walaupun Zayna menolak untuk dibawakan koper. "Kehujanan pasti? Maaf, ya sayang. Ini salahnya Fatih yang pulang duluan dan tidak mau menjemput kamu. Padahal sudah Mama paksa. Mama nggak tahu kenapa Fatih menjadi begitu. Cuek dan dingin," dumelnya.

Zayna mengerti sekarang, Fatih sengaja tidak menjemputnya. Sakitnya. Zayna pun bertanya apa di rumah ada Papa Fatih. Soalnya Zayna ingin menjaga sopan santun menemui kepala keluarga di rumah itu lebih dulu.

"Papa sedang keluar. Ada urusan mendadak. Nanti malam katanya pulang," tuturnya memberitahu. "Kok manggilnya masih Tante, sih? Mama dong."

"I-iya, Tan. Eh maksudnya, iya Ma."

Zayna mengikuti langkah Desi, rasanya canggung sekali akan tinggal di rumah itu. Terdengar suara berisik kedua adik Fatih yang sedang ribut di meja makan. Mengingat Latisa yang tidak menyukainya membuat Zayna enggan menyapa. Ah, setidaknya kedatangannya disambut baik oleh Ibu Fatih.

"Kak Zay, 'kan?!" teriak Adik Fatih yang terakhir bernama Denia, matanya berbinar senang. "Yey! Akhirnya Kakak tinggal di sini! Jadi ada yang membantuku mengerjakan PR!"

"Jangan teriak-teriak, Denia. Ayo kalian berdua salim sama Kak Zay," perintah Desi.

Dua gadis remaja yang berkepribadian berbeda itu berdiri untuk salim. Latisa tampak ogah-ogahan berbeda dengan Denia yang menghampiri dengan semangat, mencium punggung tangan Zayna. "Kak Zay harus janji, nanti kalau aku ada tugas sekolah harus bantuin, ya?" Memohon dengan puppy eyes.

Zayna mengangguk dan mengelus kepala Denia yang tertutup kerudung. "Pasti Kakak bantu, sebisa Kakak, ya. Tapi kamu harus belajar yang rajin agar bisa pintar seperti Kakakmu dan mendapat peringkat tiga besar."

"Siap, Kak!"

Latisa diam berdiri di depan Zayna. "Cih!" decihnya dengan bibir miring. Latisa benar-benar tidak menyukai kedatangan Zayna di rumah itu, apalagi tinggal satu rumah walaupun tidak akan lama.

Desi terheran-heran. "Kamu kenapa Latisa? Ayo cepat salim sama Kak Zay sebelum Mama antarkan dia ke kamar."

Latisa menggeleng tidak. "Tidak mau. Kenapa sih harus wanita itu yang jadi istri Kak Fatih? Apa tidak ada wanita lain, huh?!" tunjuk Latisa pada Zayna lalu kedua tangannya berkacak pinggang, bibirnya cemberut, dan sorot mata tajam.

Desi syok mendengar ucapan putri keduanya. Padahal Latisa dulu sangat menyukai Zayna sebelum menjadi istri sah Fatih, Latisa selalu memuji kecantikan Zayna. "Bicara apa kamu, Tisa? Mama tidak pernah mengajarkan kamu bersikap kurang sopan!" marah Desi. "Cepat minta maaf sama Kak Zay!"

"Kak Tisa! Jangan begitu sama Kak Zay!" seru Denia.

Zayna diam tanpa kata, menyembunyikan raut sedihnya dengan menarik sudut bibirnya. Kenapa harus menjadi istri Fatih? Bukankah karena perjodohan. Zayna juga tidak tahu mengapa menerima perjodohan itu.

"Ada apa ini? Ribut sekali."

Suara dingin Fatih membuat badan Zayna berbalik, melihat ke arah tangga. Di sana Fatih sedang menuruni tangga, pakai sarung dan baju lengan panjang. Pasti baru selesai melaksanakan sholat dhuhur.

"M-mas Fatih ..." lirih Zayna. Tak bisa dipungkiri Zayna sangat menyukai suaminya memakai sarung. Pertama kali baginya melihat Fatih pakai sarung. Seketika rasa kekecewaan lenyap ketika mengagumi ketampanan Fatih bertambah dua kali lipat ditambah rambutnya yang basah, wajahnya berseri-seri. Zayna tersenyum malu-malu.

"Baru datang?" Fatih sama sekali tidak terkejut Zayna sudah berada di sana.

"Iya, Mas. Baru sampai." Zayna langsung mencium punggung tangan Fatih.

"Fatih bawakan koper Zay ke kamar," perintah Desi sambil menarik tangan Latisa agar menjauh dari Zayna dan akan memberi nasehat. Desi benar-benar dibuat marah pada Latisa, tidak pernah berpikir sedikitpun Latisa berbicara kurang ajar pada menantunya. Bayangkan orang tua Zayna mendengar kata-kata itu, apa tidak akan marah?

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ifah Zah
Sekedar koreksi... Seorang suami bukan meminta talak pada istri, tetapi menjatuhkan talak. Karena posisi Arga sebagai suami sudah mengatakan akan bercerai 3 bulan lagi, maka setelah 3 bulan kemudian otomatis talak Arga atas Rosmala jatuh...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status