Home / Romansa / Dear Allah / 10. Dipermalukan!

Share

10. Dipermalukan!

Author: Lusia
last update Last Updated: 2021-04-23 22:24:56

"Mari semuanya makan. Makan malam ini sangat spesial karena Istriku yang memasak, biasanya yang masak Bibi. Di jamin rasanya mantap!" Hasan mempersilahkan mereka semua untuk makan malam. "Nak Zay jangan malu-malu, ya. Anggap saja rumah sendiri, makan yang banyak," ujar Hasan pada Zayna.

Zayna mengangguk kecil. Sebenarnya nafsu makan Zayna telah hilang, tidak berselera makan walaupun Mama Desi menawarkan berbagai lauk pauk dan menyuruhnya menambah nasi, tapi Zayna menolak dan makan secukupnya dengan berpura-pura lahap sebab tidak ingin menyinggung Desi tentang rasa masakannya.

Sepuluh menit berlalu, semua lauk menu di meja makan hampir habis dan hampir tidak tersisa. Semuanya telah menghabiskan makanan masing-masing. Suasana di meja makan dicairkan oleh Tante Dewi yang memulai percakapan.

"Kuliah semester berapa, Nak Zay?" tanya Tante Dewi.

"Baru semester lima, Tante," jawab Zayna dengan ramah.

"Masyaallah, kamu lebih cantik aslinya, tanpa make up, natural, kulit kuning langsat, ya. Mukanya persis seperti Ibunya," puji Tante Dewi. "Pantesan Fatih mau menikah dengannya."

"Iya, ya. Ayu temen bojone Fatih," sahut Tante Yeni memakai bahasa Jawa.

"Masyaallah, aamiin, Tan," tanggap Zayna ketika dipuji. Dia sama sekali tidak terbang kala dipuji.

"Ah jelek begitu, mana ada cantik," celetuk Dona. "Masih banyak diluar sana wanita shalihah yang cocok jadi istri Fatih," lanjutnya tanpa memikirkan perasaan Zayna.

Jleb. Kata-kata itu sungguh menusuk hati. Zayna berusaha tidak mengambil hati. Menanggapi dengan senyum tipisnya. Kenyataan memang dirinya tidak se shalihah seperti kebanyakan wanita di luar sana. Zayna baru belajar mendekatkan diri pada sang pencipta.

"Dona jaga bicara kamu!" tegur Desi sambil menggeleng kepala memberi isyarat ke Dona agar Dona menjaga mulutnya itu. Sedikit tidak terima menantunya dibilang jelek. Padahal cantik begitu.

Dona tidak peduli mendapatkan tatapan tajam dari Ibunya. Dia membalas dengan nada tanpa dosa, "Ih Tante! Kan aku bicara secara fakta lho, Tan. Makanya sebelum dijodohkan harus dilihat dulu masa lalunya. Kalau udah nikah begini kan kita kecewa. Iya, nggak?" Menyenggol lengan Aruni yang duduk di sebelah.

Aruni hanya mengangguk. Tak berkomentar, jadi diam saja. Aruni melirik Pak Hasan, dia masih punya rasa takut pada lelaki tua itu, berbeda dengan Dona asal ceplos tanpa rasa takut.

"Dona apa-apaan kamu!" Yeni mulai emosi dan merasa malu sendiri mempunyai putri yang bersikap seperti tidak diajarkan etika sopan santun. "Maaf, ya semuanya. Dona sedang haid jadi seperti itu, tolong jangan diambil hati," kilahnya sambil tertawa canggung, menangkup kedua tangannya.

"Maksud kamu apa, Dona?" tanya Tante Dewi tak mengerti. "Kenapa kecewa?"

Semua mengerutkan kening kebingungan, kecuali Dona, Aruni, dan Tante Yani. Kini semua mata tertuju pada Zayna, sementara Zayna mencengkeram kuat gamisnya, badannya terasa panas dingin. Jangan-jangan Dona mengetahui masa lalunya? Lengkap sudah rasa sakit Zayna, sudah Latisa tidak menyukainya, sekarang Dona secara terang-terangan memojokkan dirinya dan mempermalukan. Zayna melirik Fatih yang tengah menatapnya dari samping, Zayna langsung menunduk.

"Kenapa kamu diam aja, Mas?" batin Zayna berharap Fatih membelanya dan melindungi.

Desi langsung menyuruh kedua putrinya masuk ke kamar. Setelah Denia dan Latisa menaiki tangga, Desi memasang wajah serius membuat Yeni menelan ludah susah payah. "Tante sama sekali nggak paham apa yang kamu katakan."

"Zay kan anak malam, Tante. Dulu suka pergi ke club malam pakai pakaian sexy. Aurat terbuka. Pacarnya ganti melulu," jelas Dona dengan nada suara menghina. "Coba aja Tante tanyain ke orangnya. Kalau nggak menjawab berarti memang benar."

Yeni langsung berdiri dan berseru, "CUKUP DONA! JANGAN MEMBUAT MAMA MALU!" Suaranya menggelegar.

"Kenapa Mama yang malu? Aku mengatakan secara fakta!" kesal Dona, cemberut pada Mamanya tidak membelanya.

Yeni menghampirinya dan menarik paksa tangan Dona untuk keluar dari rumah itu. Yeni sudah terlanjur teramat malu pada Desi dan Hasan atas ucapan putrinya. Disusul Tante Dewi bersama Aruni yang ikut bergegas pulang, dua orang itu tidak mau ikut campur urusan keluarga Fatih. Suasana di meja makan mulai menegangkan dan hanya terdengar bunyi suara sendok garpu, gelas, piring yang diangkat ke dapur satu persatu oleh Bi Astri.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dear Allah   29. Menyakitinya dan Melukai Keluarganya

    Apakah Arga menyesal? Menyasali menikah dengan Rosmala? Seperti kata-kata bijak, penyesalan memang selalu datang diakhir.“Dia juga masih mencintaiku, Nang. Kenapa dia datang saat aku telah menikah dengan Mala,” sesal Arga.Mendengar itu Ganang terkejut setengah mati dengan pengakuan Arga. Lelaki itu mematung di tempat, duduk tak bergerak, dan mata sama sekali tidak berkedip. Sahabatnya ternyata masih mencintaiwanita yang dulu akan dijadikan istri olehnya, namun pernikahan itu batal secara tidak terduga. Mantan calon istrinya menjadi orang ketiga di dalam rumah tangga Arga dengan Rosmala, dan keluarga yang awalnya harmonis sekarang diambang keretakan.“Kamu menyesal telah menikahi Mala bukan Yura?” tanya Ganang dengan serius.Arga mengerjabkan sepasang mata sekali. Dia bungkam, wajahnya memerah setelah mendengar pertanyaan dari Ganang. Menyesal? Arga bingung harus menjawab apa. Menyesal? Arga belum tau ini sebuah penyesalan atau bu

  • Dear Allah   28. Pengakuan Arga

    Rasa bahagia menunggu Arga pulang dan harapan besar masakannya akan di makan oleh Arga kini harapan itu sirna. Rosmala sudah tidak tahan lagi dengan kekecewaan ini, sebagai seorang istri harus tetap sabar menghadapi suami. Tapi sampai kapan?“Ya Allah kuatkan hambamu ini untuk menghadapi Mas Arga,” batin Rosmala.Langkah kaki pelan menuju meja makan, dia merapikan makanan yang sudah tersaji dua jam yang lalu. Rosmala sudah sangat lama menunggu Arga pulang, tapi tidak ada tanda-tanda sang suaminya pulang. Setelah membereskan makanan, Rosmala menaiki tangga lalu masuk ke dalam kamar. Dia duduk di depan meja belajar, meletakan novel dan menyalakan ponsel untuk mencoba menghubungi Arga sekali lagi. Helaan napas terdengar saat panggilannya sama sekali tidak terjawab, pesan juga belum ada balasan.Huh. Rosmala berusaha untuk berpikir positif. Dia lelah overthinking setiap saat.“Apa mungkin Mas Arga masih sibuk, ya? Hingga untuk membalas pesan

  • Dear Allah   27. Menunggu Lagi

    Rosmala ingin segera pulang saja. Dia sudah tidak tahan lagi harus berhadapan dengan Adam. Rosmala pikir, Adam akan menyerah tidak mendekatinya, namun salah. Tanpa Adam sadari, perlakuan tadi membuat Rosmala tidak nyaman dan semakin membuatnya enggan untuk mengobrol lagi dengan Adam.Okay. Sebaiknya lupakan kejadian tadi.Sekarang Rosmala tak sabar memasak makan malam untuk Arga, suaminya. Sebelum pulang ke rumah, Rosmala berniat membeli sayuran di supermarket dan juga membeli kebutuhan untuk makan malam nanti.Satu jam Rosmala habiskan untuk berbelanja, dia dengan bersemangat mendorong troli belanja di Supermarket, belanja kebutuhan sehari-hari dan tidak lupa membeli keperluan untuk dimasak malam ini juga. Setelah puas belanja, Rosmala menyibukkan diri di dapur. Semua bahan yang tadi dibeli sudah tersedia di atas meja.Sebelum menikah dan setelah menjadi pengantin baru, Rosmala memang tak pandai memasak, namun dia berusaha mengikuti kelas memasak. Rosmal

  • Dear Allah   26. Mengantarkan Pulang

    “Mala,” desis Arga saat melihat nasi kotak di depan pintu. Arga menghembuskan napasnya, tak tega pada Rosmala. Dia merasa bersalah pada Rosmala, bermain di belakang, namun wanita itu masih bersikap baik padanya. Sungguh, Arga tidak tahu harus berbuat apa. Lelaki itu membawa nasi kotak ke dalam, menatap lama nasi kotak yang Rosmala beli. “Maafkan aku,” batinnya. *** Setelah kelas selesai, Rosmala menyuruh Salwa untuk pulang lebih dahulu. Dia mencoba menghubungi Arga. Panggilannya tidak terjawab, mencoba sekali lagi dan akhirnya Arga mengangkat panggilannya. “Assalamu’alaikum, Mas,” salam Rosmala. “W*’alaikum salam,” balas salam Arga. “Iya, La. Ada apa?” tanyanya dengan nada dingin. “Kelas Mala sudah selesai nih,” lapor Rosmala. Sebab, setiap kelas selesai Arga menyuruh Rosmala untuk memberitahunya dan akan mengantarkan pulang, walaupun kadang Arga sering menghilang dan jarang sekali mengantar Rosmala pulang dari kampus. “Mas mau pulang

  • Dear Allah   25. Pengakuan Dokter Adam

    “Kamu bahagia menikah dengannya?”Rosmala terdiam, dia terpaku di tempat. Sama sekali tak berani menatap Adam. Napasnya tercekat. Pertanyaan itu sangat membuatnya mati kutu dan tak bisa berkata apa apa. Bibirnya terkunci rapat beberapa menit setelah Arga memberikan pertanyataan lagi.“Kenapa kamu tidak menjawab, La?” Adam yang menunggu jawaban Rosmala bertanya dengan nada sangat tak enak didengar.Rosmala tergagap, dia gelagapan. “Umm … alhamdulilah,ba-ha-gia kok.” Rosmala menampilkan senyuman palsunya sembari memegang erat nasi kotak di tangannya. Dia berbohong. Tentu saja, terlihat jelas kepalsuan dari mimik wajahnya. Sudah pasti Rosmala ingin menutupi masalah keluarganya. Tidak ingin Adam tau. Kepalsuanya membuatnya semakin dipaksa dalam jurang kebohongan yang telah dibuat sendiri.Bahagia? Tidak. Selama ini Rosmala tidak merasakan kebahagiaan dalam keluarga.“BOHONG!” tuding

  • Dear Allah   24. Kamu Bahagia?

    “La, kamu mau kemana?”Rosmala terkejut ketika tiba-tiba Salwa berjalan di sampingnya, dia kira Salwa sudah kembali ke kelas duluan. “Aku mau ke sana sebentar,” jawab Rosmala mengangkat dagunya tanpa memberi tahu kemana dia akan pergi. “Kamu ke kelas dulu aja.”Salwa mengangguk, rasa penasaran itu hilang ketika matanya tertuju ke tangan Rosmala yang sedang menenteng nasi kotak, sudah pasti nasi kotak itu untuk suaminya. “Ya udah, duluan ya?” katanya.“Iya, Wa,” balas Rosmala sambil tersenyum.Rosmala berbelok dan tanpa sengaja dia menabrak tubuh seseorang dari arah yang berlawanan. Brukkk! Tubuh Rosmala terhuyung, hampir saja nasi kotak yang dia pegang jatuh ke lantai.“Aduh, maaf ya, Kak. Aku sedang buru-buru jadi tak sengaja menabrak Kakak,” kata wanita itu.“Iya, tidak apa-apa kok,” jawab Rosmala.“Sekali lagi maaf ….” Wa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status