Share

11. Masa Lalu Kelam

Setelah meja makan itu bebas dari peralatan makan, Hasan memandang Zayna yang tengah menunduk dalam-dalam. "Nak Zay, bisa angkat kepalanya cantik?" pintanya dengan suara lembut karena tidak ingin membuat Zayna ketakutan di hari pertama satu rumah. "Saya tidak akan marah, tenang saja."

Awalnya jantung Zayna berdebar tak karuan, suara lembut dari Papa Fatih bisa membuat jantung berdetak normal, jemarinya yang tadinya gemetaran mulai rileks. Perlahan kepala terangkat. Memberanikan diri menatap Papa Fatih, Mama Fatih, serta suaminya secara bergantian. Zayna merasa sangat dipermalukan! Memang sengaja Dona ingin menjatuhkan Zayna dari keluarga Fatih. Keterlaluan! Awas saja kalau bertemu, huh! Zayna tidak terima!

Desi menarik napas dalam-dalam. "Benar apa yang dikatakan Dona?" tanyanya dengan amat serius.

Zayna tertegun menyadari wajah Mama Desi memerah, kedua tangan disilangkan di bawah dada, tatapan berbeda dari sebelumnya. Zayna menjadi panik cemas, dan ketakutan membuat lidahnya kelu tak bisa berkata-kata. Sangat takut Mama Desi marah besar padanya.

"Jawab pertanyaan Mama," paksa Desi.

"Ma, sudah. Jangan ditanya. Lupakan apa yang dikatakan Dona. Bisa jadi wanita itu mengarang cerita. Tidak perlu dibahas, 'kan, Ma, Pa?"

Seketika kepala Zayna menoleh ke suara dingin itu, walaupun dingin mampu membuat Zayna jauh lebih tenang. Melihat muka suaminya dari samping, dia mengira Fatih akan terus diam membiarkan dipaksa menjawab. Tiba-tiba tangan Zayna ditarik oleh Fatih untuk pergi dari ruang makan.

"Fatih berhenti dulu. Mama perlu bicara sama istri kamu."

"Tidak ada yang perlu dibicarakan, Ma." Fatih melangkah naik ke lantai atas sambil menggandeng erat tangan Zayna. Melepaskan tangan Zayna saat sampai di kamar.

Kedua pengantin baru itu duduk di sofa agak berjauhan. Dua menit berlalu.  Setelah dirasa tenang, Zayna berbicara lebih dulu sambil menoleh sekilas ke Fatih. "Terima kasih, Mas."

"Hm." Balasan hanya gumaman.

Zayna terselamatkan dari pertanyaan Mama Desi. "Maaf, Mas. Aku akan bercerita apa yang terjadi di masa laluku. Yang dikatakan Dona memang benar, aku dulu gadis yang suka pergi ke club, berpakaian sexy. Aku dulu wanita yang buruk, wanita yang tidak pantas disebut dari kata sholehah, a-ak-aku ...." Tiba-tiba Zayna merasakan sesak napas, dadanya terasa ditekan hebat ketika sekelebat ingat kejadian di masa lalu.

Fatih langsung menghampiri Zayna. Panik sekali melihat istrinya kesulitan bernapas. "Zay! Zay! Kamu kenapa, Zayna?!" tanya Fatih segera menggendong Zayna dan merebahkan tubuhnya dengan posisi kepala lebih tinggi. "Zay, kamu tidak apa?! Jawab, Zay!" khawatirnya.

Mata Zayna memandang wajah Fatih tepat di atasnya tanpa berkedip. Fatih terus berusaha menenangkan, menyuruh Zayna beristighfar dengan pelan beberapa kali supaya tenang. Zayna menurut mengikuti Fatih yang sedang beristighfar sampai dirinya benar-benar tenang.

"Zay ta-kut kamu kece-wa, Mas. Ka-rena masa laluku," ucapnya tersendat-sendat.

Fatih menggeleng. Mengelus dahi Zayna yang berkeringat. "Tidak, Zay. Mas tidak kecewa. Setiap orang mempunyai masa lalu masing-masing. Kamu sedang berhijrah, jadi berhentilah menceritakan masa lalumu. Kamu tidak perlu diceritakan pada siapapun. Termasuk kedua orang tuaku. Kamu tenang saja, biar aku berbicara mencari alasan agar Mama dan Papa tidak mengungkit masa lalu kamu. Aku akan berusaha menulikan telinga saat orang lain membicarakan keburukanmu di masa lalu."

Zayna mengangguk sambil tersenyum, ucapan suaminya mampu menenangkan dirinya. Syukurlah. Suaminya tidak peduli dengan masa lalunya. Ya Allah, Zayna merasa beruntung.

Cup. Tanpa Zayna duga, Fatih mencium keningnya. Pipi Zayna berubah merah merona. Mendapat kecupan kening untuk pertama kali baginya.

Zayna sadar kepala Fatih sekarang benar-benar di atas wajahnya dengan jarak amat dekat. Bahkan napas saling beradu. Fatih semakin memajukan wajahnya membuat Zayna menutupkan mata. Merasakan napas Fatih meraba-raba mukanya, namun tanpa berpikir panjang tangannya mendorong kuat dada Fatih agar tubuhnya menjauh.

"Kenapa?" Bingung Fatih.

"Aku belum siap, Mas," balas Zayna tersipu malu.

Bukankah Zayna kemarin malam kecewa dengan Fatih karena malam pertama tak disentuh sama sekali? Kenapa sekarang menjadi takut? Ada-ada saja.

Fatih terkekeh kecil. "Kan masih ada malam berikutnya. Tidak harus sekarang."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status