Sedari tadi, tak hentinya ibuku terus bertanya sehabis melihat aku pulang dengan keadaan pakaian kusut dan rambut berantakan, ibu terus bertanya tentang berita yang ada di koran dan televisi yang membawa namaku dan pria sialan itu. Sungguh aku tak menyangka jika dia bisa memakai cara kotor seperti itu dengan mempermainkan harga diri seorang gadis hanya karena dendam. Sepertinya hatinya sudah dibutakan oleh dendam hingga bisa melakukan apapun.
Sejak pulang pun, aku belum membuka suara sama sekali, aku masih diam dan menatap kesal pada tayangan berita di televisi yang seakan menggambarkan jika aku adalah gadis murahan padahal nyatanya pria itu menjebakku. Namun mana mungkin media yang merupakan tempat pria itu berjaya mau mendengarkan cerita versiku? Mereka pasti akan lebih mendengarkan idola mereka. Jadi percuma melakukan klarifikasi atas masalah ini.
"Nandin."
"Ibu sedari tadi bertanya padamu namun kau hanya diam dan tidak menjawab satu pun pertanyaan Ibu."
"Apa yang terjadi hingga Tama bisa memposting foto kalian yang tertidur di kasur yang sama?"
"Ibu yakin kau tidak akan melakukan tindakan murahan yang akan membuat Ibu malu. Pasti ada penyebabnya, apa pria itu memaksamu?"
Aku hendak menjawab pertanyaan Ibuku namun suara dering panggilan dari ponselku membuat aku tak jadi bicara lalu mengambil ponselku yang berada di dalam tas. Nama Indra yang merupakan tunanganku tertera di layar ponselku. Sejenak aku menghela nafas kasar sejenak untuk menenangkan diri karena aku tahu kemana arah pembicaraan ini.
Baru akhirnya aku mengangkat panggilan tersebut, ibu terlihat penasaran setelah tahu bahwa Indra yang menelepon. Sebelum tunanganku itu bicara, aku sudah lebih dulu bicara.
"Aku tahu apa yang ingin kau katakan. Jadi sebelum kau memutuskan pertunangan kita maka aku sudah lebih dulu memutuskan pertunangan kita. Jangan hubungi aku lagi dan aku anggap kita selesai sampai di sini."
Tanpa menunggu balasan dari pria itu, aku langsung mematikan sambungan panggilan karena merasa pria itu tak penting lagi. Sudah cukup aku ditolak mentah-mentah dulu dengan penghinaan yang menyakitkan, aku tak akan masuk ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya. Tak ada drama marah-marah ketika melihat calon istrinya tidur dengan pria lain dan tak ada drama memohon dengan tangisan ketika calon suami memutuskan hubungan. Semuanya berjalan sesuai keinginanku, tanpa drama, dan semuanya kembali seperti semula.
Ibu mematap terkejut ke arahku karena mendengar ucapanku. Sebenarnya aku hanya takut jika kejadian ini akan berdampak pada ibu yang sudah rentan di usia tuanya. Aku tidak peduli pada yang lain seperti nama baik, pertunangan, dan nasibku. Aku pun tak sedih memutuskan pertunangan ini karena aku tak mencintai Indra, aku berpura-pura bahagia dengan pertunangan ini karena permintaan ibu yang ingin melihat aku menikah.
"Kenapa kamu memutuskan hubungan dengan Indra, mungkin saja dia hanya butuh penjelasan darimu."
"Bu, orang idiot pun tahu jika maksud Indra menelepon untuk memutuskan pertunangan kami karena tak mau berhubungan dengan gadis yang menjadi bahan gosip Negeri ini. Sebelum dia mempermalukanku, maka aku yang akan mempermalukannya."
Aku tak mengerti kenapa ibu masih saja bisa berpikir positif walaupun kemungkinan semua akan baik-baik saja hanya 0.1%. Berbeda dengan ibu, aku berpikir realistis dan tak berharap, berusaha menjelaskan padanya jika pemikirannya salah dengan nada bicara pelan dan lembut karena tak mau membuat ibu menjadi sakit akibat semua deretan peristiwa buruk ini.
"Baiklah. Anggap dugaanmu benar. Sekarang jelaskan apa yang terjadi hingga Tama memposting foto kalian berdua sedang tertidur di akun media sosialnya?"
"Dia menjebakku dan memberiku obat bius. Aku tak tahu bagaimana caranya, namun yang aku ingat hanya ketika aku ingin pulang lalu ada yang membiusku dari belakang."
Rasanya kepalaku sangat pusing dengan semua ini, apalagi bunyi notifikasi dari akun media sosialku yang banjir komentar negatif dan mencibir diriku, mereka semua adalah penggemar bajingan itu yang memuja bajingan itu hingga tak bisa melihat sifat buruk bajingan itu. Mengingat dirinya saja membuat aku ingin muntah karena jijik dengannya.
"Ibu percaya dengan kamu, biarkan Dunia bicara apapun, Ibu akan tetap di sisimu dan mendukungmu."
"Makasih atas kepercayaan Ibu, Nandin engga akan mengecewakan Ibu."
Ketika ibu mulai memelukku dan menguatkanku saat itu juga aku merasa lebih kuat menghadapi semua ini. Aku membalas memeluk ibu dengan erat sambil memikirkan bagaimana cara membalas pria itu. Aku tak akan tinggal diam saja saat ada yang mempermainkan harga diriku sebagai perempuan terhormat.
"Nak, Ibu ingin melihatmu menikah dan berkeluarga. Namun sepertinya Ibu tak akan melihat hal itu."
Ibuku ini memang tahu bagaimana caranya membuat aku menurut, dia langsung menunjukkan raut wajah sedih di depanku. Namun kesedihannya membuatku memiliki ide yang benar-benar licik untuk Tama.
"Ibu akan melihatku menikah."
"Apa? Dengan siapa?"
Aku tahu ini terlalu terburu-buru dan mengejutkan apalagi setelah batalnya pertunanganku. Namun tak ada cara lain lagi, ibu terlihat tak percaya ketika aku mengatakan hal itu. Aku pun langsung menyebut nama pria bajingan yang menjebakku dalam kasus murahan ini.
"Dengan Tama Andrian Thomas."
"Itu tidak mungkin. Bagaimana bisa kau berpikir menikah dengan pria licik seperti itu? Cukup ajang balas dendamnya. Lupakan pria itu!"
"Aku sudah melupakannya sebulan yang lalu namun dia malah datang kembali dalam hidupku dengan membawa bencana yang menyulitkan kita."
"Tapi, Nak ....
"Bu, tolong untuk kali ini Ibu engga akan menghentikan aku. Ibu cukup merestui aku dan aku yang akan menjalankan rencanaku."
Sebelum ibu kembali mengajukan protes dan penolakannya, aku lebih dulu menyela ucapannya dan menggenggam tangannya, menatap dirinya dengan tatapan penuh keyakinan dan berusaha membuatnya percaya dengan keputusanku karena aku tidak bisa bertindak lebih tanpa restunya.
"Baiklah, namun kau harus berjanji untuk berhati-hati menghadapi pria itu."
Aku mengangguk dengan wajah senang lalu segera menelepon nomor media berita yang sempat menemui aku sebulan lalu saat aku memposting masa laluku dengan Tama. Tak butuh waktu lama, sambungan panggilan langsung diangkat dan aku pun langsung menjawab pertanyaan dari media berita ini.
"Selamat pagi, ada apa dan dengan siapa?"
"Selamat pagi, ini saya Nandini Safira, apa benar ini media berita Secret Artist?"
"Ya, astaga Nona Nandini menelepon. Siapkan buku catatan. Ada apa ya, Nona?"
Senyumku semakin lebar saat mendengar antusias dari karyawan yang mengangkat panggilanku. Bahkan sampai terdengar suara krasak-krusuk dari seberang sana. Sepertinya karyawan itu memanggil teman-temannya, hal ini membuat aku semakin yakin jika apa yang aku lakukan akan berhasil. Dengan bangga dan penuh percaya sir aku pun mengajukan pertanyaanku, mereka langsung berteriak histeris karena tak menyangka akan mendapat durian runtuh.
"Saya ingin memberikan klarifikasi saya secara live di media berita kalian soal masalah hubunganku dengan aktor Tama. Apa bisa?"
"Tentu saja bisa!"
Tangerang, 03 Februari 2021
Kami dulu pernah memiliki hubungan yang indah saat masa sekolah. Namun dia memutuskan hubungan kami, tapi saat kami bertemu lagi, dia ternyata masih mencintaiku, seperti kekasih pada umumnya, kami melakukan hubungan itu. Ini bukan hal yang tabu lagi di masyarakat. Doakan saja pernikahan kami akan lancar, lagi pula sekarang aku sedang mengandung anaknya. Hasil dari cinta kami.Adakah yang lebih gila dari Wanita Sialan ini?! Apa Nandin tidak malu mengatakan hal itu di depan media? Apa urat malu wanita itu sudah putus? Dia bahkan dengan mudah mengatakan tentang hubungan ranjang dan hamil, mana mungkin dia bisa hamil jika disentuh seinci saja tidak?! Karangan yang sangat indah!Ingin rasanya aku melempar remote di tanganku ke layar televisi yang menampilkan klarifikasi dari Nandin akan postinganku di media
Akhirnya setelah aku menunggu berjam-jam untuk kehadiran aktor terkenal yang terlibat skandal hubungan denganku, dia datang juga ke rumahku setelah melakukan aksi heroik dengan menggedor gerbang rumahku, teriak-teriak bagaikan orang gila di depan rumahku, dan mengancam para penjagaku. Setelah puas dengan aksinya itu, aku akhirnya memberikan perintah agar membolehkan pria itu masuk ke rumahku dan kini dia berdiri di depanku dengan tatapan marah dan tangan terkepal kuat ketika melihat aku memberikannya tatapan menghina sambil tertawa puas karena sudah berhasil membuat uring-uringan untuk bertemu denganku."Hai, Kekasihku. Akhirnya aku membolehkanmu masuk ke rumahku lagi setelah sekian lama.""Bagaimana kabarmu?"
Setelah proses lamaran yang dilakukan Tama di depan ibuku, akhirnya ibu pun setuju dengan rencana pernikahan kami setelah puas bertanya dan menginterogasi Tama. Tadinya aku sudah pasrah jika pria itu menyerah di tengah jalan karena ibu tak hentinya bertanya namun pria itu berhasil menjawab semua pertanyaan ibu dan membuat ibu lebih tenang melepas anak gadisnya di pernikahan hari ini.Pria di depannya yang sedang memasang cincin pernikahan di jari manisnya ini sepertinya ingin sekali dicekik olehku karena sudah mengundang seribu tamu padahal kami sudah janji ini hanya pernikahan sederhana untuk menutup skandal. Namun dia tetap sama dengan Tama yang dulu, bodoh dan tak punya otak.Hampir saja aku meringis kesakitan saat Tama tiba-tiba saja menekan jari manisku dengan kukunya yang cukup panjang, aku menoleh padanya deng
Entah apa yang terjadi antara Nandini dengan ayahnya hingga sampai membuat sikap istrinya menjadi dingin dan kejam pada ayah kandungnya sendiri. Apalagi saat aku menyusulnya masuk ke dalam kamar hotel, aku melihat kamar hotel yang tadinya indah dirancang seperti kamar pengantin yang romantis, berubah menjadi kapal pecah.Selimut tergeletak di lantai, pecahan kaca vas bunga berceceran di lantai, barang-barang lainnya tidak pada tempatnya dan berakhir mengenaskan di lantai. Pasti ini perbuatan Nandini, wanita itu sangat berubah menjadi pemarah padahal dulu dia adalah gadis pendiam."Mana wanita itu?""Akan aku marahi dia karena sudah menghabiskan uangku dengan merusak barang-barang hotel, pasti aku nanti yang disuruh bayar kerugian oleh pihak hotel."Kakiku mulai melangkah mencari keberadaan istriku itu sambil menggerutu kesal karena perbuatan Nandini yang membuat aku harus mengalami kerugian. Aku menikahi w
Pagi hari yang cerah disusul dengan cahaya matahari yang menembus gorden kamar hotel membuat aku terbangun karena tidurku sudah terganggu, aku juga bukan tipe orang yang biasa bangun siang, aku lebih suka bangun pagi agar karena udara pagi hari sangat sejuk dan belum terkontaminasi polusi sehingga terasa sejuk dan segar.Namun saat aku sudah bangun dan duduk di kasur, aku melihat suamiku sudah bangun terlebih dahulu dan sudah rapi dengan pakaian kasual berupa kaos hitam, jaket dengan motif tentara, lalu celana selutut hitam, sepatu converse dan jangan lupakan kacamata hitam beserta topi hitamnya. Pria ini tak pernah berubah tentang kesukaannya pada warna hitam, namun kebiasaan buruknya yang suka bangun siang sepertinya sudah berubah semenjak jadi artis."Apa ada acara undangan sampai kau sudah bangun sepagi ini?""Tutup mulutmu, aku lagi malas berdebat, sebentar lagi akan ada yang meliputku karena kita baru menikah, aku
Akhirnya acara sarapannya sudah selesai, aku dan Nandini pun kembali ke kamar hotel untuk mengemas pakaian kami agar kembali ke rumah hari ini juga, banyak pekerjaan yang menunggu setelah ini dan walaupun berat hati namun aku harus mengakuinya bahwa pernikahan ini membawa dampak baik bagi karirku, sejak pengumuman pernikahanku dengan Nandini, banyak sekali job datang dari berbagai agensi film, iklan, model, dan lain-lain sehingga karirku akan semakin menanjak naik.Kami masuk ke dalam kamar hotel, lalu kami segera mengemas pakaian kami dan keluar lagi dari kamar hotel, belum ada yang buka suara, namun saat berada di lift, Nandini akhirnya buka suara."Aku kira kisah perselingkuhan ibu dan anak hanya ada di film atau novel, tapi itu terjadi di pernikahanku."Aku langsung menoleh ke arahnya dengan tatapan terkejut, dari sekian banyak hal yang bisa ia ucapkan, kenapa harus ucapan yang akan berujung drama baru? Wanita ini s
Hari ini adalah hari pertama aku ditinggalkan oleh Tama, aku tak masalah ditinggal pria itu karena aku juga tak butuh keberadaan pria itu, malah aku senang pria itu tak ada di dekatku jadi aku tak perlu berakting layaknya istri yang mencintai suaminya dan melayani suaminya dengan sepenuh hati.Aku baru saja pulang dari kantor, rumah mewah nan megah serta besar ini terlihat begitu sepi, kalau saja tak ada pekerja seperti pembantu yang lewat maka aku akan merasa ada di rumah tua lama dan kosong, layaknya rumah berhantu yang menyeramkan. Kebetulan juga ayah mertua tidak ada di rumah karena ada pekerjaan di Singapura sehingga di rumah ini hanya ada aku dan ibu tiriku.Tubuhku terasa begitu lelah karena sibuk bolak balik dari satu usaha ke usaha lain untuk pengecekan kondisi, keuangan, keuntungan, transaksi, memberi gaji karyawan, dan lain-lain. Kebiasaan di awal bulan maka aku akan sangat sibuk, niat hati ingin menenangkan diri dengan tidur
Pagi hari yang cerah membuat suasana hatiku ikut senang, setelah selesai mandi dan berpakaian, aku mulai mengecat kuku jariku yang panjang dengan kutek berwarna biru, sama seperti warna langit saat ini. Biasanya hari libur seperti ini akan aku habiskan dengan berdandan, merias diri, merawat diri dengan ke salon dan melakukan berbagai perawatan kecantikan, kalau tidak aku akan ke Mall untuk belanja.Namun sebelum keluar rumah, aku harus mengecat kuku jariku, senyumku terukir indah saat melihat ibu jariku yang terlihat indah dengan warna biru setelah aku selesai mengecat ibu jariku."Kuku yang indah milik wanita yang cantik."Setelah puas memuji hasil pekerjaanku mengecat kuku jariku menjadi warna biru, aku pun lanjut mengecat kuku jariku yang lain dengan perlahan-lahan, teliti, dan hati-hati agar cat kukunya tidak melewati batas kuku. Entah sejak kapan aku mulai suka dengan kesempurnaan, aku malah benci dengan apapun yang terl