Share

3. Tentang Kita

Xena Ayudi Bridella gadis cantik yang menjabat sebagai saudara tiri dari Abian Malik Guinandra, remaja aneh dengan tingkah konyol sedikit menyebalkan. Pasal hubungan ikatan resmi tak sedarah yang terjadi di antara keduanya, tak ada yang tahu. Di dalam lingkungan Sekolah Menengah Atas Cakra Binanta, Malik adalah orang asing untuk Xena. 

Bukan si remaja tampan yang memutuskan untuk menyembunyikan hubungan keluarga tak sedarah yang terjadi di antara mereka berdua. Namun, Xena. Gadis berambut panjang yang selalu diikat separuhnya agar tak mengganggu pendengaran juga pengeliatan si gadis kala pembelajaran berlangsung itulah yang membuat sebuah kesepakatan dua tahun lalu. 

Malik dan Xena adalah orang asing yang tak saling kenal. Mencoba akrab di tahun pertama kala masa orientasi sekolah dimulai. Banyak yang mengidolakan sosok Abian Malik Guinandra. Sebab paras tampan menghias sebagai anugerah indah dari Sang Pencipta. Untuk Xena? Gadis itu adalah tipe si introvert yang tak suka keramaian menghantui dalam hidupnya. Membenci fakta bahwa Malik adalah si tampan yang menjadi saudara tirinya dari sekian banyaknya manusia di bumi ini. 

Ada satu alasan tegas yang membuat Xena harus menyembunyikan hubungan keluarganya bersama si remaja jangkung itu, sebab Xena membenci orang-orang yang mendekatinya hanya untuk mengambil hati Malik. Menjadikan Xena sebagai si jembatan perantara agar mereka bisa dekat dan mengenal lebih jauh siapa dan bagiamana itu Abian Malik Guinandra. 

Singkatnya, Xena membenci dimanfaatkan oleh mereka si orang-orang brengsek nan menyebalkan yang mengaku sebagai fans gila dari saudara tirinya itu. Jadi, Xena membuat sebuah kesepakatan bersama remaja jangkung yang sudah menjabat sebagai saudara tirinya selama lima tahun terakhir. 

Xena adalah orang asing untuk Malik. Jika waktu mengijinkan, maka Xena adalah teman untuk Malik di lingkungan belajar. Xena dan Malik tak boleh menunjukkan kedekatan sebagai sepasang saudara tiri di depan teman-teman mereka untuk selamanya! Itulah janji yang harus ditepati oleh Malik jikalau tak ingin Xena menaruh banyak kebencian padanya. 

"Xena Ayudi Bridella." Seseorang tegas menyebut namanya. Membuat gadis yang tadinya berjalan untuk kembali masuk ke dalam ruang kelas itu kini kembali terhenti dan memutar tubuh ramping nan tinggi miliknya. Menatap tiga gadis yang berjajar dengan seragam olahraga yang membalut rapi tubuh ramping tak setinggi milik Xena.

"Itu nama lo 'kan?" tanyannya mengimbuhkan.

Dari tatap lensa yang diberikan oleh mereka teruntuk Xena, setidaknya gadis itu bisa menyimpulkan satu hal bahwa mereka menaruh kebencian untuk Xena. 

Jikalau diingat dengan benar, Xena bukan tipe gadis yang suka mencari gara-gara dengan bertingkah sok jagoan dan mau menangnya sendiri. Xena adalah gadis tertutup yang hanya membuka koneksi dengan orang-orang tersentu saja. Sebab gadis yang begitu cantik dengan poni tipis yang jatuh tepat di atas sepasang alis garis sedikit menyiku itu ingin lulus dengan predikat gadis baik yang tak pernah sekali pun menyambangi kantor bimbingan konseling untuk anak-anak nakal berkelakuan aneh seperti saudara tirinya, Abian Malik Guinandra.

"Gue Nara. Nara Chalondra Eri," ucapnya memperkenalkan diri. 

Pentingkah? Xena kini hanya tersenyum miring. Jika diingat sebelum gadis yang setara tinggi dengannya itu mengucap nama panjang yang menjadi identitasnya hidup sebagai seorang remaja di muka bumi, Xena tak pernah sekalipun berbicara untuk menanyakan mau dipanggil dengan nama apa gadis di depannya itu?

"Calon pacar dari Abian Malik Guinandra."

Sinting gila tak tahu diri! Siapa nama yang baru saja disebutnya tadi? Malik? Saudara tirinya? Sumpah demi apapun, Xena tak akan pernah mengijinkan suadara tirinya untuk meminang gadis aneh nan menyebalkan seperti Nara.

Memang sih, Nara adalah gadis berparas lumayan cantik dengan mata kucing yang tajam di bagian ujungnya. Alis tipis garis yang menjadi penghias indah di atas sepasang bulu mata tipis nan melengkung miliknya. Bibirnya kecil dengan warna pitch yang sedikit mencolok. Hidungnya kecil, sekecil wajah yang menjadi tempat lukis paras ayu meskipun tak se-ayu milik Xena Ayudi Bridella. Rambutnya pendek rapi jatuh di bawah telinga dengan dua anting bulat yang menghias di kedua ujung telinganya. 

Bisa dikatakan bahwa penampilan Nara tak 'setengil' caranya berbicara dan bersikap pada Xena. 

"Terus?" Xena menyahut dengan kalimat singkat. Tak mau mengubah ekspresi datar sedikit malas sebab ia tak ingin meladeni gadis asing di depannya itu.

"Lo nolak dia dan malu-maluin dia di depan umum tadi?!" pekiknya dengan nada meninggi 

Tunggu, siapa yang dipermalukan oleh siapa? 

"Menyatakan perasaan dengan tersenyum kuda sembari berhaha-hihi ringan dan menyerahkan seikat rumput liar sedikit layu, sekarang lo pikir ... siapa yang dipermalukan oleh siapa?" Xena menimpali. Berjalan mendekat pada gadis yang sumpah demi apapun, sangat menyebalkan untuknya saat ini.

"Dia adalah Malik. Semua yang dilakukannya gak ada yang bisa mengatakan—"

"Lo bisa gantiin posisi gue tadi kalau lo iri." Xena menyela. Sejenak melirik dua gadis yang berdiri di belakang satu gadis yang menjadi pemimpin mereka.

"Dan apa ini, kalian girlband Indonesia yang sedang mencari bakat?" kekeh Xena mengakhiri kalimatnya. 

"Gadis sialan ini!" Sigap satu tangan terangkat naik. Mengayunkan sebuah tamparan yang baru saja ingin mendarat tepat di atas pipi gadis yang kini mejamkan rapat kedua matanya. Menunggu rasa sakit nan panas yang mungkin saja akan dirasakannya kala tamparan itu benar-benar mendarat tepat di atas sisi pipi tirus miliknya.

Akan tetapi, tamparan itu tak kunjung datang. Membuat gadis yang sama mulai membuka perlahan kelopak matanya untuk melihat apa yang membuat tamparan tak jadi turun menghantam permukaan pipi tirus miliknya.

"Menampar adalah kekerasan yang bisa dijatuhi hukuman." Seseorang menyela dengan suara berat nan lirih tenang menghanyutkan. Memicu seluruh fokus gadis yang ada di kedua sisinya itu menoleh sedikit mendongak untuk menatap paras remaja berpakaian seragam sama dengan Xena Ayudi Bridella, namun ditambah satu jas almamater yang apik membungkus tubuh jangkung sedikit krempeng miliknya itu.

"Daffa?" lirih Xena berucap. 

Remaja itu kini melepas kasar cengkraman tangannya untuk menghalau aksi tamparan yang baru saja ingin dilakukan oleh tiga gadis bodoh sok kuat di sisinya itu. Kemudian menoleh pada Nara yang melipat keningnya samar sembari sesekali berdecak kesal. 

"Ini lingkungan sekolah. Lo boleh merokok dan melakukan hal kasar lainnya di luar lingkungan sekolah," tukasnya dengan nada tegas. 

Keren! Pembawaan dan setiap kalimat yang diucapkan oleh remaja jangkung dengan poni tipis yang menutupi bagian keningnya itu benar-benar sukses membuat Xena sekali lagi jatuh hati pada jiwa dewasa dan cara kepemimpinan yang ditunjukan oleh remaja di sisinya itu.

"Jika kalian pergi sekarang, gue gak akan membawa masalah ini ke BK." Ia mengimbuhkan dengan nada datar dan ekspresi wajah kaku bak seongok mesin tua yang dirakit menjadi sebuah robot. 

Mereka pergi. Meninggalkan Xena juga remaja jangkung yang kini tersenyum ringan sembari bernapas lega setelah punggung ketiga gadis aneh itu mulai samar terlihat oleh sepasang lensa pekat miliknya. Dia adalah Daffa Kailin Lim.

... To be Continued ....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status