Remaja jangkung di depannya menghela napas ringan. "Karena hanya itu yang bisa gue lakuin sekarang."
Xena terdiam. Bahkan seorang Abian Malik Guinandra pun mampu mencintai seseorang dalam diam. Memilih untuk tidak mengubah apa-apa yang sedang berjalan saat ini dengan satu alasan pasti, bawah Malik takut akan banyak hal yang berubah jikalau ia mengatakan hal yang menjadi fakta dalam perasaannya sekarang ini.
"Kenapa lo tanya kayak gitu?"
Gadis yang tadinya tegas menatap luas bentangan cakrawala kini memutar posisi duduknya. Berhadapan dengan si saudara tiri dengan posisi duduk bersila rapi seakan sedang mempersiapkan posisi ternyaman untuk mulai berbincang serius dengan remaja jangkung di depannya itu.
"Sebenernya gue menyukai seseorang." Xena mulai membuat pengakuan. Memancing reaksi lain sedikit berbeda ditunjukkan oleh Malik saat ini. Terkejut? Sedikit. Hidup bertahun-tahun dengan seorang gadis cantik bernama Xena Ayudi Bridella dan menjabat sebagai saudara tirinya tentu cukup membuat Malik mengenal baik gadis setara usia dengannya itu. Baik dan buruknya seorang Xena Ayudi yang tak banyak diketahui oleh khalayak umum adalah hal yang sudah cukup bahkan berlebih bisa dimengerti oleh Malik.
Mengenai Xena yang tak pernah mau membuka percakapan mengenai rasa sukanya pada lawan jenis, sedikit membuat Abian Malik Guinandra terkejut kali ini. Xena adalah gadis yang menutup diri untuk hal-hal yang berbau kisah roman picisan ala-ala anak remaja metropolitan. Ia tak terlalu menyukai hidup dengan genre seperti itu. Bahkan, film serta drama yang sering ditonton oleh gadis berambut panjang tergerai dengan ujung ikal itu adalah drama dan film berbau action, thriller, horor, dan misteri. Xena mengatakan alasannya menonton film dan drama bukan untuk mendalami nasib percintaannya yang menyedihkan, namun untuk menghibur diri dengan lari dari dunia nyata masuk ke dalam sebuah dunia imajinasi yang hanya dirinya lah yang mengerti itu semua.
"Seseorang?"
"Hm. Sejak pertama masuk ke SMA." Xena mengangguk-anggukkan kepalanya. Sejenak tersenyum ringan untuk Malik yang masih diam dengan ekspresi datar miliknya.
"Daffa?" Malik mulai menebak asal. Sukses membuat Xena menaikkan sepasang alis cokelat miliknya sembari membulatkan matanya sempurna. Semudah itu 'kan Malik menebaknya?
"Beneran Daffa?" tukas Malik memastikan.
Xena mengerutkan bibirnya. Malas menjawab sebab Malik terlalu cepat dan bodoh dalam mengikuti alur percakapannya saat ini. Bukankah alangkah baiknya kalau Malik berpura-pura tak tahu dan mengijinkan Xena untuk mengatakan juga menceritakan semua yang sedang dirasakannya agar hatinya bisa sedikit lega?
Xena paham. Kalau yang bisa diakuinya hanya perasaan terlarangnya terhadap Daffa, tidak untuk perasaannya terhadap Malik. Dulu sebelum ini, Xena ingin menyimpan perasaannya pada si saudara tiri sebab satu alasan pasti. Abian Malik Guinandra adalah saudara tirinya.
Namun, selepas pengakuan dari Malik akan rasa cinta dalam diamnya pada seorang gadis anonim yang Xena sendiri pun tak ingin menanyainya sebab ia takut akan jatuh terlalu dalam lagi adalah fakta kedua yang menguatkan bahwa rasa teruntuk saudara tirinya itu harus segera dituntaskannya.
"Beneran Daffa rupanya." Malik lagi-lagi membuka mulutnya kala Xena memilih bungkam enggan menggubris apapun lagi saat ini.
"Daffa adalah pacarnya Nea. Lo tau sendiri 'kan?" tegas Malik mulai datang dengan ceramah sok bijak miliknya.
"Gue tau. Makanya gue sedih," tukas Xena akhirnya mau membuka mulutnya. Berdecak untuk menutup kalimat singkat yang baru saja diucapkan oleh gadis itu.
"Lupain," perintah remaja itu menatap aneh si saudara tiri yang kini mendongakkan kepalanya setelah sejenak menunduk dan membiarkan helai demi helai rambutnya terjun melampaui batas telinganya.
"Mana bisa?! Lo pikir semudah itu?" Xena memprotes. Menggerutu pada Malik yang kini terkekeh ringan kala menatap perubahan raut wajah Xena yang terlihat begitu menggemaskan.
"Kalau gitu ambil dari Nea. Simpel 'kan?"
Xena kini mengulurkan tangannya. Sigap memberi pukulan kuat di atas pundak remaja yang kini mengerang kesakitan selepas hantaman tangan milik Xena kuat menimpa permukaan pundaknya.
"Lo mau lihat gue dicaci orang banyak?" paparnya jengkel. Memang, Malik bukan tipe orang yang bisa diajak berbicara serius seperti ini. Ia selalu saja datang dan menanggapi semua hal dengan sikap konyol nan aneh yang terkadang menjengkelkan miliknya itu.
"Kasih saran yang bermutu dikit kenapa sih?" gerutu Xena sekali lagi memprotes remaja yang ada di depannya.
"Sukai orang lain kalau gitu. Itu bisa mengubah perasaan lo ke dia. Cara terbaik untuk melupakan seseorang adalah dengan mencintai orang lain." Bijak! Remaja di depannya itu kini benar-benar terkesan bijak dan dewasa dengan cara pemikirannya. Seakan Malik sudah pernah masuk ke dalam dunia menyebalkan penuh dengan kejutan itu.
Xena diam. Bagaimana bisa ia menyukai orang lain yang bahkan dirinya sendiripun tak tahu, orang macam apa yang harus disukainya saat ini? Lingkungan hidup Xena hanya seputar keluarga barunya, Malik, sahabat dekatnya, juga sekolah dan dunia imajinasinya bersama para aktor tampan dan mempesona.
"Lo sendiri? Kenapa lo gak ungkapin perasaan lo ke dia?" Xena mengubah arah pembicaraannya.
"Gue udah bilang karena itu yang bisa gue lakukan sekarang ini."
"Lo juga menyukai orang yang udah punya pacar?" sahut Xena menebak asal. Jujur saja, dalam hatinya sekarang ini Xena ingin Malik menyebut satu nama seorang gadis yang menjadi idamannya. Mampu mencuri perhatian Malik dan meluluh lantahkan dunia remaja yang menjadi idola kaum hawa di sekolahnya itu.
"Mirip dengan itu. Sederhananya, gue suka sama orang yang menyukai orang lain dan dia terlihat begitu menyukai orang itu."
"Mereka udah jadian?"
Malik menarik kedua sisi bahunya. "Belum mungkin."
"Kenapa gak ungkapin kalau gitu sebelum semuanya terlambat," tutur gadis yang kini sukses menyita segala perhatian milik Abian Malik Guinandra.
"Gue bilang dia terlihat begitu menyukai orang lain. Gue gak bisa merusak kebahagiannya." Malik menyahut. Menghela napas untuk kesekian kalinya.
"Kalau gitu sukai orang lain yang belum menyukai siapapun. Itu akan menjadi lebih mudah untuk lo," tutur Xena dengan nada melirih. Membuat remaja berponi naik di depannya itu kini tersenyum ringan.
"Kalau bisa, pasti gue lakuin."
"Miris banget 'kan kita?" Xena kini kembali mendongakkan kepalanya. Mengembuskan kasar napasnya untuk menghilangkan pedih yang tersimpan di dalam kelopak matanya. Mendengar fakta dan pengakuan dari seorang Malik mengenai apa yang dirasa olehnya sekarang ini seakan menjadi tamparan kuat yang dikirimkan oleh semesta untuk menghukumnya sebab menyimpan rasa terlarang pada saudara tiri sendiri.
Malik menyukai gadis lain dengan amat sangat dan Xena menyukai Abian Malik Guinandra juga dengan amat sangat. Kisah yang rumit. Sebab yang diketahui oleh Malik hanya Xena yang menyukai Daffa, kekasih sahabatnya sendiri. Bukan Xena yang menyukai Malik dan mengharapkan remaja itu untuk membalas perasaannya sekarang ini.
... To be Continued ...Fajar datang membawa hangatnya sinar sang surya. Bersama dengan riuhnya suasana sekolah kalau bel masuk untuk mengumpulkan berbagai macam bentuk dan sifat siswa siswi sekolah menengah atas Cakra Binanta. Tegas gadis itu melangkah menyusuri lorong sekolah. Lelah selepas berdesakan dengan para penumpang bus yang membawa tubuhnya menyusuri padatnya jantung negara kemudian berhenti tepat di halte bus sebelah sekolahnya. Selepas itu, Xena harus kembali berjalan sedikit jauh memutar untuk sampai ke depan gerbang utama yang biasa menjadi akses seluruh warga sekolah untuk keluar dan masuk lingkungan sekolah.Kini hanya tinggal menyusuri satu lorong saja, Xena sudah bisa dinyatakan sampai ke dalam kelasnya sebelum bel berbunyi dan menyisakan lima belas menit pertama. Sebenarnya ada Malik yang siap menghantar dan menjemputnya pulang menggunakan moge yang diberikan sang papa satu tahun lalu genap di hari ulang tahunnya. Akan tetapi, mengiyakan tawaran si saudara tiri sama dengan X
Bel sekolah nyaring berbunyi. Menyentak seluruh penghuni sekolah untuk berhamburan keluar menemukan tujuan baru mereka. Untuk Nea Oktaviana, tujuannya selepas pulang sekolah adalah menyambangi kafe favoritnya dengan sang kekasih ditemani oleh dua teman guna meramaikan suasana. Gadis berambut pendek dengan poni tipis itu kini menyandarkan tubuhnya di dinding sisi pintu kelas yang terbuka lebar. Menunggu Xena untuk datang sebelum akhirnya memutuskan berjalan menyusuri lorong untuk keluar dari lingkungan sekolah.Untuk Hela? Siapa yang peduli dengan orang baru sekarang ini? Toh juga, Hela sudah menyetujui ajakan dari Nea tadi pagi. Jadi, Hela yang harusnya mencari Nea juga Xena. Bukan Xena dan Nea yang harus mencari gadis cantik si 'dewinya' sekolahan itu."Xena," panggil Nea kala gadis yang ditunggu menampakkan batang hitungnya.Xena menoleh. Mengubah arah langkah kakinya untuk mendekat pada si teman dekat yang melakukan aktivitas sama dengannya."Gue mau k
Motor gede milik remaja ber-helm hitam itu kini tegas membelah jalanan padat Kota Jakarta. Sesekali terhenti sebab lampu merah menyala dan berbelok untuk mengikuti alur jalanan yang sedang tempuhnya untuk menyambangi tujuan yang begitu asing untuk Xena sebab Malik tak mengatakan apapun selepas ia menyetujui tawaran mengiurkan si saudara tirinya itu.Mengkhianati Nea dan Daffa juga Hela yang sudah menunggunya di kafe biasa tempat mereka bersua kalau hari libur datang dengan mengirimi sebuah pesan singkat pada gadis berambut pendek, si teman sebangku. Dalam pesan singkat itu, Xena mengatakan bahwa ia tak bisa datang sebab panggilan tiba-tiba dari mamanya untuk menyuruh Xena pulang lebih awal hari ini. Tak bisa banyak membatah, pesan balasan yang diterima gadis itu hanyalah sebuah persetujuan yang memungkaskan kalimatnya dengan pemberian semangat untuk Xena Ayudi Bridella.Moge yang ditumpanginya kini memelan. Menyisih dari padatnya jalanan kota kemudian menepi di salah s
Semilir bayu tegas membelai helai demi helai rambut milik Xena Ayudi Bridella. Selepas menghantamkan satu bogem mentah sebagai berakhirnya pertandingan tinju ilegal yang dilakukan oleh saudara tirinya itu, Malik dinyatakan menang tanpa ada yang membantahnya. Membiarkan remaja itu mengambil uang hasil taruhan dan menggandeng Xena keluar dari sana. Melajukan motor gede miliknya untuk kembali menyusuri jalanan kota dengan suasana langit yang sedikit gelap tak seperti kala mereka datang menyambangi tempat asing untuk gadis cantik yang menjabat sebagai saudara tiri dari Abian Malik Guinandra itu.Tak banyak yang dikatakan oleh Malik dalam perjalanan mereka menjauhi tempat bak sarang iblis dengan tingkat kepanasan dan kepengapan tinggi sebab oksigen tak dibiarkan masuk dengan leluasanya.Taman dekat pusat kota tempat beberapa orang mengistirahatkan lelah mereka adalah tujuan terakhir dari Malik juga Xena dalam menghadapi senja sebelum malam datang menyapa. Merasa
Gemercik suara air yang terjun menghantam ubin kasar di bawahnya kini mulai samar terdengar. Gadis dengan handuk yang membalut kuat rambut basah miliknya itu kini tegas berjalan keluar dari kamar mandi pribadi miliknya. Menatap ruang kosong yang disebutnya sebagai kamar pribadinya itu kemudian mendesah kasar. Mamanya tak akan pulang cepat malam ini, juga sang papa tiri yang memberi kabar serupa padanya. Ia harus bermalam dengan si saudara tiri yang berpisah dengannya beberapa jam lalu selepas moge milik Abian Malik Guinandra sampai ke halaman rumahnya.Tak banyak yang dikatakan Malik untuk Xena begitu juga sebaliknya. Hanya diam masuk ke dalam rumah dan berpisah kala Xena memutuskan untuk menapaki satu persatu anak tangga untuk sampai ke kamar pribadinya di lantai atas. Menutup rapat pintu dan menguncinya agar Malik tak bisa masuk kalau Xena tak mengijinkan.Gadis itu kini duduk di sisi ranjang. Menatap bayangan tubuhnya yang terpantul oleh cermin persegi di depa
Xena menghela napasnya. Menatap sejenak Malik yang kini terdiam sembari merapatkan tubuhnya berhimpit dengan dinding sisi pintu utama. Ikut memberi tatapan pada Xena yang kini membuka perlahan kunci pintu rumahnya. Menekan gagang pintu dan menariknya masuk ke dalam. Kini Xena tak lagi menatap paras tampan saudaranya, namun menatap Hela yang sejenak diam dengan ekspresi kaku. Entah apa yang ada di dalam pikiran gadis bertubuh tinggi dengan paras yang amat sangat cantik itu kala Xena datang menghadap padanya."H--hai Hela," sapanya ringan. Menggoyangkan tangannya sembari tersenyum kikuk.Hela perlahan mengembangkan senyum di atas paras cantik miliknya. Ikut melambai guna menyambut keramahan hati Xena sebagai tuan rumah malam ini."Akhirnya lo membukakan pintu buat gue." Gadis itu tersenyum ringan. Menatap sejenak penampilan Xena yang bisa dibilang alakadarnya. Kaos biru polos berukuran besar yang dipadukan dengan celana tidur kain yang jatuh di kedua mata kakinya den
Hening kembali tercipta kala Xena tegas merapatkan pintu rumahnya. Mematikan lampu halaman depan agar tak ada lagi yang datang dan membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Gadis itu menatap sejenak remaja jangkung yang kini berjalan mengekori dirinya dan duduk di tengah sofa besar depan televisi. Ikut menatap segala aktivitas Xena dengan wajah masam menyertai.Gadis itu kini meletakkan bingkisan yang dibawakan oleh Hela beberapa waktu lalu. Mendesah ringan kemudian berjalan ke arah dapur dan meninggalkan si saudara tiri yang masih diam sembari terus menatap dan menelisik apa kiranya yang sedang mengganggu dalam pikiran dan mengganjal dalam benar Xena Ayudi Bridella malam ini selepas Hela pergi dan berpamitan pulang.Samar terdengar, bahwa Hela menuduh Xena sedang 'bermain' bersama sang kekasih di dalam kamar. Sebab itu Hela mengurungkan niat untuk mampir dan membiarkan Xena menikmati waktunya dengan kekasih. Sebab itu Xena memasang wajah masam sekaran
Ada satu hal yang membuat Xena menerima tawaran Hela untuk menjadikannya sebagai jembatan perantara agar gadis cantik dengan paras anggun se-anggun caranya berbincang itu bisa mendapatkan hati seorang Abian Malik Guinandra, sebab Xena mendapatkan alasan. Sebuah cara untuk mengetahui hal baru yang sedang terjadi pada saudara tirinya dengan kedok, Hela yang menginginkannya.Munafik memang Xena itu, akan tetapi ia tak ingin menyia-nyiakan anugerah yang khusus dikirimkan oleh semesta untuk sedikit menyenangkan takdir mengenaskan yang didapat oleh Xena selama ini. Jadi bisa ditarik kesimpulan bahwa Xena-lah yang memanfaatkan Hela untuk mendapatkan Malik."Lo bahagia jadi saudara tiri gue?" Ucapan remaja jangkung yang duduk sembari menyantap gumpalan mie pedas buatan Xena itu kini sukses mencuri segala fokus milik gadis yang ada di depannya itu."Gue membuat pengakuan tadi, kalau gue bahagia dengan status kita sekarang." Malik mengimbuhkan. Mengulum salivanya kasar